Langsung ke konten utama

Postingan

Prioritaskan Kesehatan Mata Sebagai Investasi Seumur Hidup

Kaca mata identik dengan orang tua dan kakek nenek lansia. Penglihatan yang mulai mengabur karena faktor usia ataupun penyakit, membuat para warga senior banyak yang bermata empat. Namun, apa jadinya kalau anak-anak sudah menggunakan kaca mata? Berkaca mata sejak usia 12 tahun, saya paham bagaimana risihnya dulu pertama kali memakai benda bening berbingkai ini. Saat masuk ke kelas, ada beragam tatapan dari teman-teman, mulai dari yang bingung, merasa kasihan, sampai yang meledek.  "Ih, seperti Betet!" Begitu gurauan seorang anak diiringi senyum geli. Hah, Betet? Sejak kapan ada burung Betet yang memakai kaca mata.  Cerita beginian cuma ada di kisah dongeng. Terlalu berlebihan. Candaannya diabaikan saja Waktu itu,  bukan perkara mudah menjadi penderita rabun jauh atau miopia. Apalagi di sekolah saya tidak banyak anak yang memakai kaca mata. Kalau kita beda sendiri, jadi kelihatan aneh.  Padahal, siapa juga yang mau terkena rabun jauh? Walaupun risih, keluhan mata tidak boleh

Dicari, Pemain Bola Berkarakter Kuat dan Tangguh bersama Inner Strength BISKUAT ACADEMY 2022

Pemukiman padat identik dengan anak-anak bermain pada sore hari cerah.  Pekik riang mereka tak bisa diredam oleh situasi yang tak stabil.  Harga-harga barang boleh melonjak, resesi mengancam, politik bisa bergejolak.  Namun tiada yang bisa menghentikan tawa riang mereka.   Mungkin hanya pandemi kemarin yang sempat membuat suasana senyap sementara.  Setelah virus mulai mereda, kegembiraan mereka kembali menyeruak di antara tembok-tembok perumahan. Pemukiman menjadi sunyi jika tak ada bocah seliweran. Permainan yang paling sering dilakoni anak-anak, terutama pria, adalah sepak bola. Entah itu di gang sempit atau perumahan dengan lapangan luas, si bundar selalu mampu menerobos lingkungan warga. Melalui tendangan kaki atau sundulan bola, para bocah itu menunjukkan kreativitasnya mengiring bola hingga sulit direbut lawan. Sepak bola sudah menjadi olahraga favorit di tanah air. Setiap pertandingan kejuaraan mulai dari kelas lokal hingga global, dipenuhi penggemar fanatik. Klub-klubnya berteb

Zenfone 9, Ponsel Mungil dari ASUS dengan Perfoma Maksimal

ASUS meluncurkan produk baru. Bukan laptop, tapi ponsel Zenfone 9 yang mungil dengan fitur mutakhir.   Untuk yang punya rencana mengganti ponsel yang sudah jadoel, kesempatan ini menjadi rekomendasi pas. Apalagi untuk yang hobi memotret ataupun merekam video, Zenfone 9 bisa menjadi andalan. Dengan tampilan ringkas, Zenfone 9 patut dimasukkan dalam daftar ponsel favorit.  Apa saja kriteria gadget mungil ini? Kamera dual dengan stabilization Dengan kamera stabilization muka belakang pada Zenfone 9, pengguna bisa merekam video dengan kualitas gambar jernih. Ditanamkan kamera 50 MP, kualitas video aman dari gangguan guncangan.  Merekam Makro Siapa yang sering merekam gambar dari jarak dekat? Zenfone 9 bisa digunakan untuk memotret objek berjarak 4 cm.  Dengan lensa wide beresolusi 12 MP dan sensor Sony IMX363, hasil jepretan tak kalah dengan fotografer profesional. Bentuk Mungil untuk Kemudahan Beraktivitas Berukuran 14,8 cm x 7 cm,  Zenfone 9 aman diselipkan di saku atau tas mungil untuk

Kisah Setangkup Roti Tawar Melintasi Zaman

Sebagai penganan sejuta umat yang universal, roti mudah ditemukan di berbagai gerai makanan. Mulai dari kios-kios hingga supermarket tersedia cemilan lezat ini. Praktis dan tahan basi untuk beberapa hari, kudapan ini sering dibawa sebagai bekal.  Teksturnya tidak mudah hancur selama tidak terjepit benda-benda padat. "Anak sekarang kalau melihat roti, biasa saja. Berbeda dengan kami dulu. Melihat roti mata kami langsung bulat. Soalnya, jarang-jarang ketemu jenis makanan ini. Kami cuma mampu makan roti sumbu alias singkong." Begitu cerita dari salah seorang guru saya di masa sekolah. Ibu guru ini berasal dari generasi  baby boomers  dan pernah melewati kondisi serba terbatas di Indonesia pasca kemerdekaan. Konon, pada masa itu roti pernah menjadi simbol status sosial di masyarakat.  Hanya orang-orang dengan kelas ekonomi tertentu yang sanggup membelinya. Kelas lain cukup cuci mata saja menatap tampilannya yang lembut kecoklatan. Ah, ibu guru terlalu berlebihan.  Roti sumbu juga