Tampilkan postingan dengan label IndiHome. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label IndiHome. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 13 Mei 2023

Ketika Konten Blog Menggeser Sistem Marketing Jadul

Internet Provider


Dahulu kala ketika internet belum semasif sekarang, rumah sering didatangi Mbak-mbak atau Mas-mas  berpenampilan menarik. Dengan senyum menawan, mereka mengulurkan tangan menawarkan produk dari perusahaannya.


"Maaf, mengganggu sebentar. Mari lihat dulu sampel produk kami dari perusahaan XYZ." Begitu mereka biasanya memperkenalkan diri.


Mayoritas pemilik rumah langsung menggeleng sambil meneruskan aktivitasnya. Sebagian lagi acuh sembari mengalihkan perhatian. Ada juga yang masuk ke rumah dan menutup pintu.


Respon para salesman tersebut pun beragam. Beberapa orang dengan sopan berlalu dari rumah, tapi ada pula yang gigih terus mendesak calon konsumen.  Walaupun upayanya nihil karena tetap dicuekin.


Saat dulu masih kanak-kanak, saya pernah bertanya pada orang tua. Kenapa tidak membeli produk dari mereka? Kasihan sudah berjalan jauh, terpapar sengatan sinar matahari pula. Mereka pun sering diacuhkan orang, bahkan untuk salesgirl beresiko digodain pria iseng.


Jawaban orang tua saya singkat saja. Menurut mereka, produk yang dijual salesman itu sangat terbatas, beda kalau langsung membeli ke toko. Di pertokoan pelanggan bisa memilih sesuai selera, harga dan kantong.  Kalau sales cuma ada pilihan di tasnya saja.


Meskipun demikian, sesekali kami pernah membeli produk yang ditawarkan salesman. Itupun jarang dan biasanya karena dagangannya unik dengan harga masuk akal. Kalau biasa-biasa saja, langsung lewat tanpa kesan.


Seiring berjalan waktu, semakin banyak salesman yang datang ke rumah. Produk yang mereka jual tetap terbatas dan kurang bervariasi. Sekarang saya paham alasan orang tua dulu.  Memilih di pertokoan langsung memang lebih menyenangkan daripada yang datang ke rumah.  Saya pun mulai mengabaikan kedatangan mereka.



Kemudian saya kuliah di Fakultas Ekonomi Manajemen yang banyak membahas tentang penjualan produk. Pada semester akhir, saya mengambil kosentrasi pada Manajemen Pemasaran.  Waktu itu sebenarnya ada banyak pilihan, mulai dari Manajemen Keuangan, Personalia, hingga Usaha Kecil. Dari semua jurusan tersebut, saya mantap memilih Manajemen Pemasaran.


Alasannya sederhana saja. Saat berbelanja keperluan di supermarket, saya sering penasaran kenapa sabun A lebih laku dari sabun B? Padahal kalau di suruh memilih, saya lebih suka dengan aroma sabun B. Akan tetapi, mengapa sabun A lebih laku dan dikenal konsumen?


Di kampus, saya belajar tentang strategi pemasaran perusahaan. Produk yang biasa-biasa saja bisa lebih laku asalkan tepat strategi pemasarannya ke konsumen. Tepat di sini termasuk biaya yang tidak sedikit untuk pemasangan iklan di televisi, media cetak, hingga spanduk. Salesman pun merupakan satu strategi pemasaran perusahaan.


Di semester terakhir itu, kami mendapat mata kuliah Salesmanship yang memaparkan tentang pemasaran  door to door.  Selama ini saya berpikir kalau sales itu hanya perlu berpenampilan rapi dan menarik, sekaligus murah senyum. Pokoknya, sampul luar nomor satu. Namun, semua itu ternyata belum cukup.


Sebelum terjun ke lapangan, mereka di-training menghadapi calon konsumen dengan berbagai karakter. Mereka dididik supaya mahir berkomunikasi dan meyakinkan orang. Para sales juga harus mengenal manfaat dan kelebihan produknya agar calon konsumen percaya dan mau membeli.


Kelihatan mudah, padahal semua pelatihannya perlu waktu dan biaya yang tidak sedikit dari perusahaan. Itu baru pelatihan. Belum lagi respon di lapangan yang kurang bersahabat. Mereka lebih sering di abaikan oleh penghuni rumah. Melelahkan, tapi para sales merupakan ujung tombak pemasaran tradisional (jadul).


Pemasaran Tradisional, dari Pembagian Brosur hingga Iklan Viral

Selain salesman, iklan di media cetak dan elektronik juga menjadi agen pemasaran perusahaan. Kalau sekarang  ada konten viral, maka dulu ada iklan viral. Ketika internet masih mengambang di awang-awang, televisi sudah banyak menayangkan iklan viral yang menjadi jargon dan slogan gaul.


Penonton setia televisi generasi 90an mungkin sudah familiar dengan jargon viral seperti Silau, ManBelum tahu dia, Saya mau yang paling enak! Kalimat-kalimat singkat tersebut bisa mengundang tawa dan menjadi pencair komunitas dan pergaulan.


Demikian berpengaruhnya iklan televisi pada masa itu. Layar kaca menjadi hiburan utama di rumah. Semakin banyak ditonton pemirsa, semakin kuat peluang produk tersebut laku di pasaran. Terutama jika iklannya disiarkan pada jam yang tepat.


Dulu ada istilah prime time, yaitu waktu penayangan program televisi yang ramai penonton. Konon pada waktu prime time, sekitar pukul 20.00 - 22.00 WIB, harga pemasangan iklan bisa melonjak beberapa kali lipat. Namun, iklannya berpeluang lebih dikenal pemirsa.


Pada jam krusial tersebut, remaja puteri dan Ibu-ibu sering menonton sinetron. Sementara, untuk yang kurang tertarik dengan sinetron, ada pilihan film-film Hollywood di stasiun lain. Orang bersantai di depan televisi masing-masing melepas lelah setelah seharian beraktivitas.


Barisan iklannya?  Jangan ditanya, lebih panjang dari gerbong rel kereta api. Lagi seru-serunya menyimak acara, penonton hanya bisa mengomel saat program dipotong siaran komersial.  


Menunggu iklan berlalu membutuhkan kesabaran ekstra.  Bagaimana tidak? Pergilah sejenak ke toilet, setelah itu mampir ke dapur mencari cemilan.  Kemudian kembalilah ke layar televisi. Dijamin, iklannya belum selesai. Nah!


Beda iklan televisi, beda pula sistem promosi brosur.  Di jalan-jalan kita sering bertemu pria atau wanita yang kerap membagi-bagikan brosur. Kalau beruntung, mereka sekaligus memberikan sampel produk.  


Senang mendapat sampel gratis?  Tergantung. Kalau produknya cocok, senang-senang saja. Tapi kalau nggak, sampel tersebut hanya tergeletak di meja. Tidak semua orang tertarik dengan produk tertentu.  Sistem pemasaran dengan brosur dan sampel pun belum tentu menjamin produk laris.


Ada beragam sistem pemasaran tradisional, termasuk baliho dan spanduk. Belum lagi iklan di majalah dan surat kabar yang saat itu merajai media informasi tanah air.  Biayanya pun lumayan.


Biaya yang dikeluarkan untuk pemasaran jadul nggak tanggung-tanggung. Iklan televisi dengan durasi sekitar 30 detik bisa mencapai puluhan hingga  ratusan juta. Tarif tersebut berbeda jika ditayangkan pada jam prime time


Sedangkan iklan majalah dan surat kabar biasanya bervariasi. Semua tergantung ukuran kolom iklan, termasuk jenis medianya.  Semakin populer koran atau majalah, biasanya semakin mahal. Rata-rata harga pemasangan iklan di media cetak berkisar 14 hingga 25 juta.


Dengan biaya demikian belum tentu semua orang atau perusahaan mampu memasang iklan. Siapa yang memiliki dana mencukupi, mereka yang memimpin pasar.  Nggak heran kalau ada produk bagus, tapi karena minim biaya pengiklanan maka namanya kurang dikenal.



Bagi content creator, lumayan juga uang segitu. Kalau dihitung-hitung, cukup untuk travelling atau beli gadget terbaru. Saat plesiran, siapa tahu bisa mendapat ide membuat konten. Semakin bervariasi dan menarik kontennya, semakin besar peluang dilirik warganet.


Ribet memang beriklan zaman dulu. Kalau kekurangan dana, pemasaran produk bisa tersendat. Namun, situasi sekarang sudah berbeda. Internet yang telah menyebar hingga ke pelosok negeri, membuat setiap orang mempunyai kesempatan untuk memasarkan produknya sendiri.


Biayanya juga lebih terjangkau daripada pemasangan iklan di media cetak atau elektronik. Nggak perlu sampai membuat kantong bolong apalagi melompong. Dibandrol harga standar, internet rumahan nan kencang sudah dapat dinikmati seluruh penghuninya.


Dengan jaringan internet mumpuni, berpromosi  tanpa dibatasi ruang waktu dan jarak bukan hal mustahil lagi. Digital marketing atau pemasaran melalui jejaring internet memungkinkan siapapun menjadi salesman tanpa harus keluar rumah. Berkreasi dengan konten menjadi kunci eksis berpromosi di era digital.


Konten-konten kreatif menjadi nyawa dari digital marketing. Jika punya kemampuan mengutak-atik kata, gambar, atau video, kesempatan berkarir sebagai kreator konten terbuka lebar.  Kalau belum?  Yuk, belajar mulai sekarang. Jangan sampai ketinggalan.


Utak-atik Kata menjadi Konten Blog

Salah satu konten yang populer dalam arena digital  adalah tulisan blog. Bentuknya persis, tapi tidak sama dengan website. Kalau website umumnya dikelola oleh perusahaan. Sementara blog lebih bersifat kepemilikan pribadi.  Isinya pun berkisar opini dan pengalaman sendiri.


Tapi, sekarang orang lebih suka melihat postingan visual.  Masih adakah peluang untuk blog?


Oo, tentu ada. Walaupun terdiri dari untaian huruf-huruf dan kalimat, blog masih bisa disisipi dengan gambar dan video. Jadi, media online ini termasuk lengkap.  Pembaca bisa memperoleh informasi melalui tulisan, serta memanjakan pandangan mata dengan konten visual. 


Menurut www.canva.com tampilan tulisan pada artikel itu penting. Otak manusia lebih mudah merespon informasi yang dilengkapi dengan gambar. Kita dapat mempelajari hampir 2.000 gambar dan mengingatnya beberapa hari kemudian.


Persentase mengingat otak manusia lebih tinggi pada  informasi visual. Jika sekarang kita mendengar sekilas berita secara lisan, maka hanya 10% kemungkinan mengingatnya kembali selama beberapa hari ke depan.  Berbeda dengan informasi visual, 65% dari informasinya akan kita ingat lagi beberapa hari kemudian.


Nah, jadi supaya blognya lebih menarik, yuk, belajar membuat konten blog yang lebih berwarna-warni.  Mumpung sekarang semakin banyak aplikasi desain, gambar, foto, hingga video yang mendukung.


Selain visual, pasukan digital yang perlu disiapkan blogger adalah barisan medsos. Mulai dari Facebook, Instagram, Twitter, Tiktok, hingga Youtube perlu diaktifkan untuk mempromosikan tulisan. Nggak harus semua, dipilih saja yang mana bisa dioptimalkan.


Inilah kelebihan dari ngeblog. Youtuber belum tentu mempunyai blog, tapi banyak blogger yang memiliki konten Youtube. Demikian juga dengan Tiktoker. Influencer Instagram tidak semua mengelola blog, tapi blogger sebaiknya membuat akun instagram untuk mempromosikan tulisannya.  


Selain menceritakan pengalaman atau opini, blog juga bisa menjadi media promosi seperti iklan televisi atau media cetak dulu. Di tengah gempuran video dan foto-foto, masih adakah perusahaan yang tertarik berpromosi melalui tulisan online?


Tentu ada. Dikutip dari DemandMetric, sekitar 80% pengguna internet  tidak hanya berinteraksi dengan sosial media, tapi juga blog. Sementara dilansir dari HubSpot, blog menduduki peringkat ketiga dalam strategi konten pemasaran setelah video dan ebook.



Jadi, peluang dari blog masih bersinar.  Jangan ragu mencari ide dan berkarya melalui konten blog. Hanya saja, persaingan di blog juga nggak ringan. Dari Growth Badger tercatat kalau pada tahun 2020 ada sekitar 600 juta blog aktive di seluruh dunia.


Biaya untuk ngeblog cukup terjangkau. Ada blog gratisan, tapi jenis ini sulit untuk menghasilkan pendapatan. Biasanya perusahaan yang hendak menggunakan jasa blogger lebih memilih blog Top Level Domain (TLD) alias berbayar.  Jadi perlu biaya membeli domain dulu, termasuk aplikasi yang mendukung isi konten.



Siapkan jaringan internet mumpuni agar ngeblog tetap lancar. Percuma kalau gadget sudah siap, ide kinclong, tapi jaringan internetnya ngadat. Rencana membuat konten langsung buyar.


Karena itu perlu dipilih internet provider yang oke punya. Jaringan kencang dan jangkauan luas menjadi 
kriteria utama memilih provider tepat. IndiHome dari Telkom Indonesia bisa menjadi rekomendasi untuk internet rumahan.


Apa saja kelebihannya?  Yuk, simak ulasan berikut.

IndiHome untuk Internet Rumah tanpa Batas


IndiHome telah dilengkapi dengan kabel optik bawah laut yang aman dari gangguan gelombang elektromagnetik. Berbeda dengan kabel tembaga yang rentan disambar petir, dengan kabel optik pengguna aman berkomunikasi walau cuaca kurang bersahabat. 


Kabel bawah laut IndiHome Jasuka, yang menghubungkan Jawa, Sumatera, dan Kalimantan ruas Batam-Pontianak (Jasuka), memungkinkan jaringan internet telah sampai ke pelosok negeri. Nah, jadi siapa saja yang mempunyai ide konten yahud berkesempatan eksis sekaligus cuan di dunia maya.


Mengenai kapasitasnya, ada beragam kecepatan yang disediakan.  Jaringan internet unlimited berkecepatan 10 Mbps hingga 300 Mbps siap sedia untuk konsumen.  


Bagi rumah berpenghuni sekitar lima orang, 20 - 30 Mbps bisa menjadi pilihan.  Dengan harga terjangkau, pengguna boleh menyusuri dunia maya tanpa batas. Aktivitas mulai dari scroll medsos, webinar, membuka email, mengirim file, menonton video, semua bebas hambatan.


Pemasangannya juga nggak rumit, kok. Hari ini calon konsumen mendatangi kantor IndiHome untuk mendaftar, besok petugas sudah tiba di rumah memasang perangkat internet. Setelah pemasangan selesai, konsumen tinggal melunasi tagihan dan silahkan berinternet ria.  


Pembayaran tagihan juga nggak ribet.  Banyak pilihan mulai dari aplikasi MyIndiHome, langsung datang ke Plasa Telkom, Kantor Pos, ATM, m-banking, internet banking, sampai ewallet seperti OVO. Pelanggan bebas memilih.



Yup, jika belum memasang IndiHome segera datangi kantor terdekat.


Konten Blog dan Masa Depan Digital Marketing

Dulu ketika melihat para salesman berseliweran di depan rumah, tidak pernah melintas di benak kalau suatu hari nanti saya ikut mempromosikan produk. Walaupun bukan menjadi salesman, tapi saya pernah memasarkan produk tertentu melalui blog. 


Ada yang bertanya, apa nggak malu dulu capek-capek kuliah sekarang jadi penulis blog?


Saya justru balik bertanya, kenapa mesti malu?


Bagi saya, blog itu seperti guru virtual, bukan spritual ya. Blog mengajarkan banyak hal. Sebelum membuat artikel, saya harus riset dengan membaca atau menonton video yang berkaitan dengan tema tulisan. Melalui riset, saya menjadi lebih banyak tahu topik-topik yang selama ini cuma menumpang lewat.


Melalui blog, kegaptekan saya pun mulai berkurang. Setidaknya, nggak separah dulu lagi. Kalau ada lomba ataupun pekerjaan, semua persyaratan administrasi diisi secara digital. Terkadang e-formnya sukses membuat saya bingung, gimana cara mengisinya?


Lumayan panik kalau kebetulan saya kurang paham mengisi e-form yang disediakan panitia. Saya harus berinisiatif menemukan solusi di dunia maya dan nyata. Cari sana cari sini, tanya sana tanya sini, huff, akhirnya selesai juga. Lega.


Dengan ngeblog saya juga mengenal banyak orang, walaupun secara online. Mereka merupakan sosok-sosok yang mempunyai keahlian mumpuni. Melalui individu-individu tersebut, saya tahu banyak hal yang belum diketahui. Terus belajar dan mau menempa diri merupakan upaya untuk memiliki kriteria seperti mereka kelak.


Setiap orang mempunyai peluang untuk berkreasi dengan konten. Kalau saya berminat di blog, maka yang lain mungkin mempunyai talenta membuat video atau ilustrasi. Dengan internet mumpuni, semua karya kita bisa melintas di dunia maya. Soal kualitas akan berjalan kelak sesuai jam terbang dan upaya.


Dengan internet provider IndiHome dari Telkom Indonesia, kreasi kita bebas menjelajah secara digital. Tidak ada lagi batasan waktu dan lokasi. Siapa saja bisa eksis dengan ide nan kreatif.


Ayo, semangat membuat konten bersama IndiHome. 


Referensi :

Minggu, 07 Mei 2023

Melestarikan Literasi bersama Konten Blog Melalui Internet Provider

 

Internet Provider



Walaupun sering dipandang sebelah mata dibandingkan konten visual, blog bisa menjadi media menulis untuk banyak orang. Seperti catatan harian online, blog merupakan sarana untuk berbagi pengalaman, opini, ataupun ilmu bagi pembaca internet.

 

Di tengah gempuran konten foto dan video, blog masih tetap eksis bertahan sebagai salah satu media online populer. Dikutip dari DemandMetric, tercatat sebanyak 59 % pemasar masih melihat peluang melalui blog.  


Dari HubSpot diketahui, pada tahun 2018 sebanyak 55 % pemasar masih menetapkan blog sebagai prioritas pemasaran mereka.  Blog tetap memiliki gigi dalam digital marketing.

 

Daya tarik blog bukan hanya sebagai media pemasaran, tapi juga berbagi pengalaman bagi para penggunanya. Setiap orang memiliki cerita yang berbeda. Melalui blog penulis bisa berbagi kisah unik. Banyak cerita menarik, bahkan kisah yang dulu kita pikir tak mungkin ada pada media mainstream, sekarang bermunculan di blog.

 

Saya pernah membaca seorang blogger yang menulis permasalahan keluarga orang tuanya.  Ada juga yang menuturkan tentang pertengkarannya dengan pasangan.  Sementara yang lain berkisah mengenai suka duka hidup berkekurangan.  Suka duka, lho, bukan cuma duka. Uniknya, kehidupan melarat tersebut dituturkan secara jenaka.  Alih-alih kasihan, kita akan tergelak membacanya.

 

Saya salut melihat orang yang demikian berani membuka kehidupan pribadinya kepada publik. Terkadang berpikir, apa mereka tidak malu kenangan kelam hidupnya menjadi konsumsi massa?  Apalagi menjadi jejak digital di dunia maya. Namun, mereka mungkin sudah memikirkan resikonya secara matang. Buktinya, bertahun-tahun tulisannya tetap tampil di internet dan penulisnya happy-happy saja.

 

Bagaimanapun, beragam cerita itu sudah memperkaya wawasan warganet yang membacanya.  Mereka bisa melihat beragam warna warni hidup dari kacamata orang lain. jadi, pola pikirnya nggak sempit lagi. Blog memang pembawa pesan mujarab karena mampu memuat variasi kisah dengan sudut pandang berbeda.

 


Ciptakan Kreasi Menulis melalui Konten Blog

Istilah blog merupakan singkatan dari weblog yang pertama kali diumumkan oleh Jorn Barger pada Desember 1997. Pada masa itu, media ini dibuat untuk memuat opini-opini dan ide-ide mereka. Tidak hanya tulisan, blog juga memuat data visual. Di sinilah menariknya blog. Kita bebas menuangkan kreasi dan kreativitas kita tidak hanya melalui tulisan, tapi juga dari gambar hingga video. 

 

Bebas bukan berarti tanpa batas.  Kalau topik-topik sensitif, seperti sara atau menyudutkan orang lain, sebaiknya dihindari. Daripada ribut-ribut, iya kan?  


Hanya saja, tetap ada blogger yang berani menyinggung topik-topik bersifat kontroversial. Semua tergantung dengan kepribadian si blogger, apalagi jika mental bloggernya sudah canggih.  Memang kalau hati dari karet dan telinga baja, kayak oke-oke saja mendengar beragam komentar.

 

Menulis blog secara konsisten dan berkualitas bukan mudah, tapi bila dilakukan secara disiplin bisa menjadi penghasilan. Tidak sedikit blogger yang sukses menjaring cuan dari mengutak-atik tulisannya.  Bahkan sudah ada yang mampu mandiri secara finansial.  


Jadi, nggak sia-sia kalau kita rajin memposting tulisan. Hanya saja, blog bukan tanpa kekurangan. Blogger sebaiknya punya tabungan kesabaran tingkat dewa, sebab membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk bisa memetik hasil. 

 

Soal biaya untuk ngeblog, semua tergantung dompet pengguna.  Kalau non-Top Level Domain (TLD) alias gratisan, ya nggak perlu bayar domain atau alamat kita internet.  Cukup sediakan kuota. Namun, jika menggunakan TLD perlu biaya untuk  membeli domain.  Jika ingin membangun bisnis atau memasarkan produk dari internet, sebaiknya gunakan blog TLD karena lebih dilirik perusahaan.

 

Selain domain, ada lagi aplikasi-aplikasi yang harus di-download sesuai kebutuhan, misalnya menggambar, mengedit video, atau mendesign. Dengan penggunaan aplikasi yang sesuai, tampilan dan kualitas blog pun menjadi lebih menarik dan mempunyai peluang untuk dilirik warganet.

 

Uraian panjang lebar mengenai blog tidak lengkap tanpa melibatkan jaringan internet mumpuni.  Kalau mau tancep gas ngeblog, mudah, kok.  Sekarang dari Telkom Indonesia sudah tersedia IndiHome sebagai internet provider yang siap meluncurkan blog kita di dunia maya.

 


Bersama IndiHome, Berani Tuangkan Ide dan Opini Melalui Blog

Setiap orang mempunyai sudut pandang yang berbeda, termasuk memiliki pengalaman beragam yang belum tentu dialami orang lain.  Keberagaman itu justru menarik bila dikemas menjadi konten di internet. Siapa tahu cerita tersebut membawa pembelajaran dan manfaat untuk warganet.

 

Oleh sebabitu, yuk, mari berani menuturkan beragam kisah hidup kita yang bisa memberi inspirasi untuk orang lain.  Blog mampu menjadi media menyebarkan beragam kisah tersebut kepada publik secara global tanpa batas.  Pengguna hanya membutuhkan kemauan, usaha, gadget, serta jaringan internet.

 

Jika membutuhkan internet provider kencang, IndiHome dari Telkom Indonesia bisa menjadi pilihan. Jangkauannya luas hingga hampir seluruh nusantara. Penduduk dari kota besar hingga ke pelosok desa sudah terhubung dengan internetnya Indonesia.

 

Selain jangkauannya yang luas, IndiHome juga telah dilengkapi fasilitas kabel optik bawah laut.  Lokasinya mulai dari Sumatera, Jawa, Kalimantan, Batam, hingga Pontianak.  Kalau dulu ada kalimat yang mengatakan dalammya laut bisa diduga, maka IndiHome telah membuktikannya. Kabel dipasang aman pada kedalaman samudera, bisa berfungsi pula sebagai alat komunikasi.

 

Salah satu keunggulan dari kabel optik adalah tangguh terhadap gangguan petir dan elektromagnetik lainnya. Jenis ini lebih aman dari kabel jenis tembaga yang rentan disambar petir.  Dengan kabel optik, pengguna tetap aman menggunakan alat komunikasi walaupun cuaca kurang bersahabat.

 

Selain canggih, IndiHome merupakan internet provider yang cocok untuk rumah. Hanya dengan biaya sekitar Rp 200.000, pengguna sudah bisa menggunakan internet kecepatan 30 Mbps. 


Dengan kecepatan demikian, penghuni yang beranggotakan sekitar lima orang mampu berselancar di dunia maya.  Mulai dari membuka email, menonton video, mengirim data, mendengarkan musik, hingga membuka sosmed, semua lancar.  Jaringannya kencang bebas hambatan.

 

Ayo, mulailah ngeblog. Menulis cerita di blog bukan aktivitas ketinggalan zaman, tapi merupakan upaya melestarikan literasi.  Dengan jaringan internet mumpuni, konten tulisan kita tersebar tanpa batas dan bisa menjangkau banyak perhatian warganet.

 

Sumber Referensi :

Sabtu, 06 Mei 2023

Kreasikan Konten Game bersama Internet Provider


Internet Provider

Excellent

 

Demikian kata yang kerap didengungkan hape jadul saya, saat berhasil menuntaskan satu seri game menyusun balok.  Jenis game dari masa lampau ini sering dimainkan saat luang.  Ada kesenangan tersendiri ketika berhasil melewati tantangan dan naik tingkat.  Pada tingkat baru, kesulitannya lebih tinggi.  Tantangan lebih tajam dan waktu bermain terus ditambah. Akibatnya kerap tugas rutin jadi terbengkalai. 

 

Inilah salah satu dampak negatif game.  Gambar-gambar mungil pada layar mampu menyihir  penggunanya hingga lupa waktu, bahkan tugas rutin seperti makan dan bersih-bersih.  Kalah dalam satu tingkat, bukannya berhenti dan istirahat dulu.  Namun, semakin penasaran dan terus menambah jam online.  Mata sudah perih urusan nanti, badan pegal nggak terasa lagi selama jari-jari masih bisa menari.

 

Beberapa waktu lalu, media elektronik pernah menayangkan kisah remaja yang terpaksa dibawa ke rumah sakit jiwa karena tidak mampu terlepas dari gadgetnya.  Ada lagi kisah anak yang mengamuk dengan orang tuanya karena tidak dibelikan gawai terbaru.  kemudia muncul cerita anak obesitas karena jarang bergerak dan lebih sering rebahan. Semakin lengkaplah citra negatif dari game online.

 

Anak-anak pun semakin individualis karena lebih suka sendirian ditemani gadget.  Jangan tanya tata cara permainan gobak sodor, mungkin mereka lebih fasih membahas tentang PUBG  Mobile.  Karakter mereka sama seperti paman dan tantenya dulu yang sering mengutak-atik Angry Bird.  Kalau sudah tersentuh jenis game tersebut,  waktu sendirian terasa singkat dan cepat berlalu.

 

Namun, pantaskah kalau gadget dijadikan kambing hitam? Semua tergantung pemakainya. Apalagi seperti halnya manusia, gadget juga memiliki sisi baik dan buruk.  Asal digunakan dengan takaran waktu tepat, gadget pun bisa menjadi konten yang menghasilkan cuan bagi pemiliknya.


Dampak Positif Game dan Konten Cuan 

Game memang membuat penasaran, apalagi kalau pengguna berkali-kali kalah dan kesulitan melanjutkan ke seri berikutnya. Dengan penuh rasa ingin tahu, pengguna berani mencoba memikirkan cara-cara baru untuk meningkatkan kemampuannya.  Belajar lagi dan belajar lagi walaupun tekun hanya untuk membahas game. Karakter yang sebenarnya menjanjikan kalau digunakan untuk pembelajaran lain.

 

Game juga memberi ketangkasan bagi pengguna untuk mengasah tips dan trik dalam mengungguli lawan.  Intinya, gadget mengajak pengguna untuk mempunyai strategi jitu agar memenangkan permainan.  Terlatih dalam mengutak-atik strategi game, pengguna pun mampu menjadi pemecah masalah atau problem solving pada kehidupan nyata.  Mereka mau berpikir taktis untuk mencapai tujuannya.

 

Game juga mampu membuat hati bahagia.  Ingat kata ‘Excellent’ di atas?  Mayoritas orang senang dipuji.  Kalau nggak bisa mendapat pujian di dunia nyata, maka sanjungan dari mesin juga sudah membuat telinga agak melebar.  Hati gembira karena kerja recehan kita ada yang memuji.  Beda dengan dunia nyata.  Boro-boro memuji, kerja keras pun terkadang mendapat kritikan.  Ternyata mesin lebih menghargai upaya kita.  Hihihi.

 

Walaupun demikian, janganlah puas hanya sebagai pengguna game yang mahir.  Mumpung sekarang sudah ada internet provider cepat, yuk membuat konten yang sesuai hobi bertema game.  Kalau di blog, bisa dipilih tulisan ulasan atau pengalaman tentang game tertentu.  Atau bisa membuat konten youtube mengenai game yang sedang tren.  Lumayan kan, selain menyalurkan hobi kita bisa mengundang follower di konten tersebut.  Seiring berjalannya waktu, konten kita bisa semakin dikenal.  Syukur-syukur bisa menjadi narasumber sesuai profesi kita. 

 

Selain menyalurkan hobi, berkonten-ria bisa membawa kita pada komunitas sefrekuensi.  Tidak perlu keluar ongkos tiket dan akomodasi, kita bisa mempunyai teman dari seluruh nusantara hingga luar negeri.  Bersama mereka bisa menambah wawasan, diskusi, hingga teman kopi darat. Hanya melalui internet dan utak-atik konten di dunia maya, sekarang hal ini bukan mustahil.

 


Jangan Tunda Berkonten-ria Bersama IndiHome dari Telkom Indonesia

Sekarang dari rumah dan ujung jari, kita sudah bisa berkarya dan berkreasi.  Kalau hasilnya memuaskan, apalagi out of the box, nama kreatornya pun bisa ikut terangkat.  Kalau dulu hanya orang-orang tertentu yang diliput media.  Sulit bagi orang kebanyakan untuk bisa eksis dan berkreasi. Saat ini, di manapun lokasi kita, semua memungkinkan asalkan tersedia jaringan internet mumpuni.

 

IndiHome dari Telkom Indonesia merupakan internet provider cepat yang jangkauannya sudah mencakup hampir seluruh nusantara.  Pemasangannya juga nggak ribet. Daftar hari ini, besok petugasnya langsung datang. Jaringan internet barupun bisa langsung tancap gas pada hari yang sama.  Kencang anti macet.

 

Jangan kuatir soal biaya per bulan.  Cukup dengan Rp 200.000 perbulan, pengguna sudah memperoleh fasilitas IndiHome dengan kecepatan 30 Mbps.  Artinya dalam satu rumah yang terdiri dari sekitar lima orang, kecepatan internetnya sudah yahud tanpa jeda.  Mau kirim data, email, scroll medsos, pembelajaran jarak jauh, hingga webinar ria sudah bisa dilakukan tanpa hambatan.  Lebih hemat dan terjangkau.

 

Jadi, tunggu apalagi?  Kalau mempunyai hobi atau ketangkasan mengutak-atik game di gadget, mengapa tidak dilanjutkan sebagai kreator di masa depan?  Gawai keluaran terakhir sudah dalam genggaman, internet provider kencang IndiHome telah tersedia. Harga bulanannya cukup terjangkau.  Segeralah ciptakan kreasi dan sebarkan di dunia maya, agar orang-orang bisa melihat dan terhibur oleh talenta kita.


Referensi Gambar : Canva

Menikmati Makanan Tradisional Ikan Sulung-sulung pada Akhir Pekan

Ingin mencoba masakan tradisional berbahan ikan mungil yang unik? Suka dengan racikan bercita rasa pedas? Kalau berkunjung ke Medan, bolehla...