Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label Internet Provider

Ketika Konten Blog Menggeser Sistem Marketing Jadul

Dahulu kala ketika internet belum semasif sekarang, rumah sering didatangi Mbak-mbak atau Mas-mas  berpenampilan menarik. Dengan senyum menawan, mereka mengulurkan tangan menawarkan produk dari perusahaannya. "Maaf, mengganggu sebentar. Mari lihat dulu sampel produk kami dari perusahaan XYZ." Begitu mereka biasanya memperkenalkan diri. Mayoritas pemilik rumah langsung menggeleng sambil meneruskan aktivitasnya. Sebagian lagi acuh sembari mengalihkan perhatian. Ada juga yang masuk ke rumah dan menutup pintu. Respon para salesman tersebut pun beragam. Beberapa orang dengan sopan berlalu dari rumah, tapi ada pula yang gigih terus mendesak calon konsumen.  Walaupun upayanya nihil karena tetap dicuekin. Saat dulu masih kanak-kanak, saya pernah bertanya pada orang tua. Kenapa tidak membeli produk dari mereka? Kasihan sudah berjalan jauh, terpapar sengatan sinar matahari pula. Mereka pun sering diacuhkan orang, bahkan untuk salesgirl beresiko digodain pria iseng. Jawaban orang tua

Melestarikan Literasi bersama Konten Blog Melalui Internet Provider

  Walaupun sering dipandang sebelah mata dibandingkan konten visual, blog bisa menjadi media menulis untuk banyak orang. Seperti catatan harian online, blog merupakan sarana untuk berbagi pengalaman, opini, ataupun ilmu bagi pembaca internet .   Di tengah gempuran konten foto dan video, blog masih tetap eksis bertahan sebagai salah satu media online populer. Dikutip dari DemandMetric, tercatat sebanyak 59 % pemasar masih melihat peluang melalui blog.    Dari HubSpot diketahui, pada tahun 2018 sebanyak 55 % pemasar masih menetapkan blog sebagai prioritas pemasaran mereka.   Blog tetap memiliki gigi dalam digital marketing.   Daya tarik blog bukan hanya sebagai media pemasaran, tapi juga berbagi pengalaman bagi para penggunanya. Setiap orang memiliki cerita yang berbeda. Melalui blog penulis bisa berbagi kisah unik. Banyak cerita menarik, bahkan kisah yang dulu kita pikir tak mungkin ada pada media mainstream , sekarang bermunculan di blog.   Saya pernah membaca seorang blogg

Kreasikan Konten Game bersama Internet Provider

Excellent   Demikian kata yang kerap didengungkan hape jadul saya, saat berhasil menuntaskan satu seri game menyusun balok.   Jenis game dari masa lampau ini sering dimainkan saat luang.   Ada kesenangan tersendiri ketika berhasil melewati tantangan dan naik tingkat.   Pada tingkat baru, kesulitannya lebih tinggi.   Tantangan lebih tajam dan waktu bermain terus ditambah.   Akibatnya kerap tugas rutin jadi terbengkalai.     Inilah salah satu dampak negatif game.   Gambar-gambar mungil pada layar mampu menyihir   penggunanya hingga lupa waktu, bahkan tugas rutin seperti makan dan bersih-bersih.   Kalah dalam satu tingkat, bukannya berhenti dan istirahat dulu.   Namun, semakin penasaran dan terus menambah jam online.   Mata sudah perih urusan nanti, badan pegal nggak terasa lagi selama jari-jari masih bisa menari.   Beberapa waktu lalu, media elektronik pernah menayangkan kisah remaja yang terpaksa dibawa ke rumah sakit jiwa karena tidak mampu terlepas dari gadgetnya.   Ada la