Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label Cerpen

Cerpen : Lingkaran Waktu Dalam Secangkir Kopi

Di rumah kami, ada topik yang sering menjadi bahan obrolan panjang.  Bukan berita politik, atau gonjang-ganjing ekonomi, apalagi gosip pesohor. Semua objek tersebut jarang melintas pada percakapan rutin.  Kopi yang kerap beredar dalam setiap perbincangan keluarga. Bubuk hitam itu menjadi primadona di lingkunganku.   “Kamu jangan mengejek kopi.   Dia punya mata dan telinga, lho, bisa mendengar yang kita katakan.   Kopi juga bisa mengikuti kemana pun kamu pergi.”   Sambil berkata begitu Kak Benny, kakak semata wayangku, menyeruput secangkir kopi hangat. Aroma seduhan beradu udara pagi nan segar, memenuhi gazebo depan rumah kami.   Aku hanya mencibir mendengar ucapan berlebihannya.   “Eh, nggak percaya dia, Pa.”   Kakakku tertawa seraya memandang Papa yang ikut terkekeh melihatku menolak minuman favorit mereka. Roti bakar lapis sarikaya di piring bolehlah jadi sarapanku, tapi tetap tanpa kopi.   “Nggak segitunya, kali,”   bantahku.   “Dengar ya, Tin, kita berhutang b

Cerpen : Kornea

Sebentar lagi, sepasang bola mataku akan kembali melihat warna-warni dunia dengan segala keindahannya. Sinar mentari segera menerobos lensanya untuk meninggalkan jejak keunikan semesta. Namun dengan indera yang sama, aku pun akan menemukan kemuraman manusia dengan segala kekejian, keserakahan, dan fatamorgana. Apakah kabar ini akan membawa berkat atau mudarat? “Bapak beruntung bisa segera bertemu dengan donor yang tepat.” Begitu disampaikan asisten ketika aku hendak berangkat ke rumah sakit.  “Kalau nanti sudah bisa melihat dengan normal, Bapak tidak perlu tenaga saya lagi untuk mengetik. Tulisan dan karyanya langsung terurai dari jari-jari sang pengarang.”              Aku menggeleng sembari tersenyum. “Bagaimana mungkin aku melupakan jasa orang yang selalu menuntun ketika duniaku suram?” Asistenku tidak menjawab. Sejenak ruangan tempat kami berkumpul mendadak hening. Aku hanya mendengar helaan napas dan dan sedu sedan yang tertahan di tenggorokan. Kemudian kakinya melangkah menja