Di rumah kami, ada topik yang sering menjadi bahan obrolan panjang. Bukan berita politik, atau gonjang-ganjing ekonomi, apalagi gosip pesohor. Semua objek tersebut jarang melintas pada percakapan rutin. Kopi yang kerap beredar dalam setiap perbincangan keluarga. Bubuk hitam itu menjadi primadona di lingkunganku. “Kamu jangan mengejek kopi. Dia punya mata dan telinga, lho, bisa mendengar yang kita katakan. Kopi juga bisa mengikuti kemana pun kamu pergi.” Sambil berkata begitu Kak Benny, kakak semata wayangku, menyeruput secangkir kopi hangat. Aroma seduhan beradu udara pagi nan segar, memenuhi gazebo depan rumah kami. Aku hanya mencibir mendengar ucapan berlebihannya. “Eh, nggak percaya dia, Pa.” Kakakku tertawa seraya memandang Papa yang ikut terkekeh melihatku menolak minuman favorit mereka. Roti bakar lapis sarikaya di piring bolehlah jadi sarapanku, tapi tetap tanpa kopi. “Nggak segitunya, kali,” ...
Membagikan Cerita Ringan