Tampilkan postingan dengan label Ceritaku. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Ceritaku. Tampilkan semua postingan

Kamis, 24 Agustus 2023

Ini Manfaat Pindahan Rumah



Pindahan rumah tidak hanya menguras tenaga dan biaya, tapi juga mental. Siap pindahan berarti siap beradaptasi dengan lingkungan baru. Apalagi jika di rumah baru kita akan menemukan pengalaman serta komunitas berbeda. 

 

Ada beberapa alasan pindahan. Umumnya, karena sudah memiliki rumah sendiri, habis kontrakan, atau mutasi tugas.  Namun, ada pula yang telah bosan dengan rumah lama dan ingin mencari suasana baru. Kalau yang terakhir ini mungkin masuk kategori kelebihan dana, ya.


Sejak kecil saya sudah beberapa kali ikut kepindahan rumah bareng keluarga. Hanya sekali kami pindahan lintas kota. Selebihnya cuma antar kecamatan, bahkan RT/RW. Dekat sekali, kan.  


Meskipun berdekatan, lingkungan baru tetap memberi nuansa berbeda. Setelah lama dan nyaman menetap di rumah terdahulu, sekarang harus menemukan apa yang menarik dari tempat baru. Alasannya simpel, supaya  betah di rumah sekarang.

 

Jika telah tenteram di tempat lama, biasanya agak ogah-ogahan memulai lagi dari awal. Kebanyakan demikian.  Padahal, kalau sudah lama di lokasi baru, ada saja hal menarik yang selama ini luput dari perhatian.  Mungkin tempat baru lebih aman.  Atau lokasi sekarang lebih mudah dan murah berbelanja kebutuhan.

 

Jadi, suka atau tidak, tetap ada manfaat pindahan rumah. Apa saja manfaat tersebut, berikut ulasannya.

 

Pindah Rumah Bukan Sekadar Angkat Barang

Kepindahan rumah biasanya diawali dengan keliling mencari pemukiman baru, atau bertanya tentang informasi rumah kosong.  Nah, pada fase ini umumnya banyak pilihan tersedia. Calon penghuni tinggal memilih sesuai dengan selera, kebutuhan, serta kantong. Jadi, walaupun capek mutar-mutar, nikmati saja proses pencariannya. 

 

Saat dulu berburu rumah, biasanya sempat deg-degan mencari rumah baru. Hati baru plong ketika sudah menemukan kediaman yang tepat. Memang sulit menemukan pemukiman 100% ideal sesuai keinginan. Nggak ada yang sempurna.  


Faktor kurang lebih pasti muncul. Namun, jangan pesimis. Tunggu dulu setelah beberapa saat tinggal di rumah baru. Siapa tahu ada kejutan, seperti uraian berikut. 

 

#  Menemukan Lokasi yang Lebih Baik

Selama ini kita ingin bermukim di sekitar pusat kota. Setelah memantapkan niat untuk pindahan, akhirnya keinginan menemukan lokasi yang sesuai terwujud.  


Bermukim di pusat kota agak menguntungkan karena biasanya berdekatan dengan fasilitas penting.  Cuma, tinggal di lokasi elit umumnya cukup menguras kantong. Biaya hidup lebih mahal daripada daerah pinggiran.

 

Sebaliknya, jika tinggal di daerah pinggiran mungkin perlu berjuang untuk pulang pergi ke kantor, sekolah, atau fasilitas penting lainnya.  Namun, biaya hidup lebih terjangkau bagi orang kebanyakan. 


Walaupun agak capek karena lama di perjalanan, tapi masih bisa irit untuk kebutuhan sehari-hari. Pilihannya memang tergantung pada kekuatan kantong masing-masing.

 


# Mampu Memiliki Rumah Impian

Pemilihan rumah untuk masih sorangan, pasangan yang baru menikah, hingga yang sudah memiliki beberapa orang anak, tentu berbeda.  


Para lajang bisa bertahan dalam rumah yang super mungil dengan ruangan terbatas. Sementara bagi yang sudah menikah dan memiliki anak, berbeda lagi denahnya. Setiap anggota keluarga membutuhkan ruang pribadi dan perlu bangunan yang lebih luas.

 

Ada anak yang mau kamar terpisah dari saudara-saudaranya. Atau kepala keluarga memerlukan ruang kerja nyaman.  Sementara, ratu rumah tangga ingin dapur yang lebih luas dan taman untuk berkebun. Belum lagi kebutuhan garasi jika baru saja membeli mobil.

 

Apabila rumah lama belum memenuhi kriteria yang diinginkan, mencari rumah baru bisa menjadi pilihan. Apalagi kalau budget sangat mendukung. Keluarga penting menyediakan kediaman nyaman, agar seluruh anggota dapat beraktivitas dengan tenang.

 

# Beradaptasi dengan Lingkungan Baru

Menetap dalam jangka waktu panjang di rumah lama membuat penghuninya berada pada posisi nyaman. Kalau sudah nyaman, biasanya malas bergerak dan sulit berkembang. Hingga, suatu saat ada faktor yang menyebabkan keluarga harus mencari pemukiman baru. Suka atau tidak, inilah waktunya beradaptasi.

 

Dari pengalaman beberapa kali pindahan, fokus masalah adaptasi biasanya dengan tetangga. Di lokasi lokasi baru, beragam karakter yang kita temukan.  Mulai dari warga yang ramah, acuh, hingga misterius. 


Hah, gimana tetangga misterius? Dia sering bolak-balik lewat rumah, tapi nggak pernah menegur. Rumahnya sebelah manapun kurang jelas. Mau menegur duluan, wajahnya kaku. Gimana nggak misterius?

 

# Mindset Baru

Bersosialisasi dengan tetangga baru bisa mengubah mindset kita.  Bukankah manusia dibentuk oleh orang-orang di sekitarnya? Hal-hal yang sering dilihat dan didengar, mampu memperluas wawasan. Mengobrol dengan mereka, memungkinkan kita melihat ide yang selama ini belum pernah melintas di benak.

 

Bertemu dengan beragam karakter, apalagi jika mempunyai profesi atau pengalaman yang berbeda, bisa menjadi kesempatan untuk bertukar pikiran. Siapa tahu ada peluang usaha baru. Relasi bisnispun bertambah, bahkan memperoleh lapangan kerja menarik.  Kemungkinannya  selalu ada, kan?

 


#Me Time Seru di Rumah

Bukan hanya menyangkut pekerjaan, lokasi baru juga memungkinkan kita untuk mengembangkan hobi lama yang sempat tertunda. 


Pada rumah terdahulu, hobi bercocok tanam mungkin sempat tertunda karena keterbatasan lahan.  Sementara di rumah baru, areal bertani masih terbuka lebar. Minimal, bolehlah menanam sayuran sederhana untuk kebutuhan dapur.

 

Hobi ngemil? Coba lirak-lirik sekitar rumah baru.  Siapa tahu ada beragam cemilan yang perlu segera dicoba. Carilah cemilan yang dulu sulit ditemukan di tempat lama. 


Asyik, kan, mencicipi cemilan di rumah.  Nggak perlu biaya mahal, cukup santai duduk di rumah sambil mengutak-atik hape. Asal tidak berlebihan, ngemil bisa menjadi me time seru.

 

#Kesempatan Memilah Milih Barang di Rumah

Bagi yang pernah pindahan, membongkar barang-barang di rumah bisa membuat kejutan. Pernah nggak menemukan barang yang belum terpakai, bahkan masih terbungkus rapi dalam plastik? 


Barang-barang tersebut tergeletak dengan nyaman di lemari. Kalau dipikir-pikir sekarang, untuk apa dulu dibeli kalau hanya menjadi penghuni abadi lemari?  Sayang, lho, uangnya.

 

Selain barang yang belum sempat terpakai, pindahan juga menyebabkan tong sampah lebih penuh.  Barang-barang yang tak diperlukan lagi langsung dialihkan ke sana. Daripada dibawa dan menyesakkan di rumah baru, lebih baik dibuang. Kalau masih bagus, ada juga yang diberikan atau dijual kepada orang lain.

 

Dari pengalaman saya, ada pelajaran yang bisa diambil dari kejadian tersebut.  Lain kali, kalau belanja pertimbangkan dulu secara matang. Ada nggak gunanya membeli barang tersebut? Apakah yang dibeli memang kebutuhan atau keinginan?  


Karena kalau masih bertahan di rumah lama, belanjaan menumpuk di lemari bukan masalah. Jika pindahan, nah, baru terasa ribet mengangkut dan menyusun di tempat baru.

 

Pindahan Rumah demi Kelangsungan Hidup yang Lebih Baik

Pindahan rumah bukan sekedar latihan fisik mengangkat barang dan terima beres. Pindahan berarti juga mengendalikan mental, termasuk stres dan lelah setelah berkeliling mencari lokasi pemukiman tepat.  Panas terik hingga hujan dilewati agar menemukan pemukiman tepat. Apalagi jika waktunya mepet, tekanan semakin menyesakkan.

 

Proses pindahan rumah cukup capek, tapi lega setelah semua selesai. Walaupun ribet dan terkadang bikin pusing, banyak kok manfaat menarik dari pindahan rumah. Ada hal-hal tertentu yang tidak kita temukan di rumah lama, tapi menjadi rutinitas di tempat baru. 


Misalnya, di tempat baru saya bertemu penjual sayuran matang keliling. Sementara, di lokasi lama cuma ada pedagang sayur mentah.  Nah, lebih praktis, kan, kalau ingin mencoba menu baru.

 

Untuk yang mau pindahan, ayo, semangat mengangkati barang dan beberes.  Awalnya, memang canggung berada di lokasi baru. Supaya seru, cari tahu apa yang menjadi ciri khas lokasi tersebut. Siapa tahu ada kuliner lezat, tempat wisata menarik, atau komunitas warga yang akrab. Coba saja temukan pengalaman baru di sana.



Kamis, 17 Agustus 2023

Lupakan Dulu Palugada, Ayo, Merintis Blog Khusus Cerita Anak kincirairliliput.com





Ada yang masih suka membaca cerita anak (cernak)? Jangan bingung dulu. Ada, kok, orang dewasa yang masih suka membaca cernak, termasuk yang menulis blog ini. Cernak menarik bisa dinikmati semua usia.  Mulai yang masih memakai seragam sekolah sampai yang sering mengenang masa sekolah, layak kok membaca cerita anak.


Nah, jadi kalau ada yang masih hobi dengan dongeng atau cernak, silakan mampir ke blog yang baru  saya rintis kincirairliliput.com. Silakan diklik.


Hari gini membuat blog cerita anak? Bukankah anak sekarang lebih suka menonton video daripada membaca?


Kenapa nggak nulis tema yang populer di blog, seperti travelling atau kuliner?  Pasti lebih banyak peminatnya.


Hmm, begitu, ya?


Pengalaman bersama Cerita Anak

Menulis cernak sebenarnya bukan tugas baru bagi saya. Sejak beberapa tahun yang lalu, saya sudah menulis cernak dan ada beberapa karya yang dimuat di majalah anak.  Pengalaman awal belajar menulis, ya, dari cernak. Lumayan, lho, selain mendapat honor, keceriaan dunia anak ikut mengalir ke penulisnya.


Bagaimana dengan anak-anak yang lebih berminat pada visual daripada tulisan? Kalau menurut saya, selama masih ada buku pelajaran dan buku cerita, baik berupa ebook atau konvensional, cernak masih relevan untuk diterbitkan.  Dunia literasi dengan huruf-hurufnya masih memiliki peminat.


Lagipula, gambar dan video tetap membutuhkan tulisan untuk menyampaikan pesan pada pemirsa.  Coba saja kalau ada gambar tapi tak ada penjelasan, penonton bingung apa maksud dan tujuannya?  


Minimal, harus ada penulisan skenario atau dialog antar pemainnya. Nah, kalau mau membuat caption atau tulisan serta dialog, kan sebaiknya ada kemampuan menulis yang mumpuni.  Keahlian menulis tersebut bisa diperoleh dari banyak membaca.


Berarti, tulisan dan buku-buku masih tetap diperlukan. Benar, nggak?


Dari Palugada hingga Blog dengan Niche Khusus

Tahun 2021 ketika merintis blog ini, ada yang komentar kalau isinya palugada (apa lu mau gua ada), nano-nano, gado-gado, dan istilah sejenis lainnya. Artinya, blog ini tidak mempunyai tema khusus, lebih kepada ulasan campur aduk seperti rujak. Padahal, blog yang sukses umumnya fokus pada satu tema (niche)


Waktu itu, saya bingung gimana mengatasinya? Tema apa yang perlu diusung? Bisa menulis dan menyelesaikan satu artikel saja sudah bagus.  Hehehe.  Begitulah kacaunya dulu.


Kemudian ada yang kasih saran, ditulis saja apa pun ide yang muncul. Nanti akan terinspirasi dan menemukan tema yang tepat.


Saya pikir, betul juga. Kalau hanya berdiam diri, takut, dan ragu, sampai kapan pun blognya tak pernah dikelola. Lebih baik beraksi dulu. Jadi, ide apapun yang muncul di benak dituangkan saja ke dalam tulisan.  Siapa tahu nanti ketemu jalannya. Nah, jadilah blog super gado-gado ala palugada.


Hingga suatu hari saya teringat masa lalu. Dulu saya pernah menulis cerita anak. Kenapa nggak mencoba mengulang hobi lampau? Unik juga kalau membuat blog khusus cerita fiksi untuk mereka.  



Kemudian, terbentuklah kincirairliliput.com. Seperti roti, isinya masih segar dan hangat dari panggangan. Blog tersebut baru memuat beberapa cernak. Untuk ke depan, mudah-mudahan saya bisa konsisten memposting satu cerita setiap akhir pekan.


Saya sengaja tidak memilih tema yang lagi populer, seperti travelling ataupun kuliner, walaupun tulisan seperti ini yang ramai peminatnya.  Pada tema tersebut sudah banyak blogger yang lebih mapan, jadi sebaiknya saya menggarap ladang yang lain.  Hitung-hitung, sekalian cari tema yang agak berbeda. Namun, bukan asal tampil beda. Saya tetap berusaha memberi tulisan bermanfaat atau sekadar menghibur. 


Intinya, setiap orang memiliki keunikan masing-masing. Jadi, sebaiknya buatlah konten sesuai kemampuan sendiri daripada ikut-ikutan yang lain.  Soal hasilnya, nanti kita lihat. Jalani saja prosesnya dengan konsisten. Hasil bisa menyusul belakangan.


Soal nama blog, saya memilih kincirairliliput karena pernah melihat lukisan indah pemandangan kincir air. Suasananya seperti di tengah padang rumput nan sejuk, tapi sunyi karena jauh dari pemukiman penduduk. Dalam benak, saya bertanya-tanya. Gimana rasanya tinggal di rumah kincir yang setiap saat terdengar suara percikan air?


Mungkin ilustrasi lukisan agak berbeda dengan kehidupan nyata. Walaupun kelihatan indah dan tenang, tapi agak berbeda juga tinggal di daerah terpencil. Orang bakalan sepi di tengah padang sendirian.  Nah, karena sulit ke sana, maka keindahannya disematkan pada nama blog baru saya. Jadi, kesannya tetap melekat pada ingatan.


Selain membentuk pemandangan indah, kincir air juga bisa menjadi energi pembangkit listrik, terutama untuk daerah terpencil.  Kelihatan hanya bangunan dan peralatan sederhana, tapi memberi dampak untuk masyarakat.  Di zaman sekarang listrik sudah menjadi kebutuhan primer dan kincir air bisa menjadi solusi.


Sedangkan liliput merupakan tokoh dongeng yang cukup populer dalam cerita anak.  Liliput digambarkan mahluk bertubuh mungil dan sering menggunakan topi runcing dengan pakaian warna-warni. 


Seperti manusia, raut wajahnya beragam.  Ada yang ramah dan suka tersenyum, tapi ada juga yang cemberut dan sering menggerutu. Fisik mereka agak mirip kurcaci, tapi tubuh liliput berukuran lebih kecil.  


Kesimpulannya, kincir air liliput berarti aktivitas mahluk mungil yang memberi manfaat. Jadi, nggak ada pekerjaan yang terlalu kecil atau sepele dan remeh temeh.  Asal dikerjakan dengan sepenuh hati, semua kegiatan bisa memberi manfaat.



Oya, beragam tulisan yang dimuat pada blog tersebut, ditujukan untuk anak usia 11 - 12 tahun. Pada usia tersebut, anak sudah mampu membaca lancar dan lebih nalar dengan variasi tema tulisan. Mereka sudah bisa mengambil kesimpulan dan pesan dari media yang dibaca.  


Kalau ada usia dewasa yang mau ikut membaca, boleh-boleh saja. Cernak tetap asyik, kok, untuk disimak segala usia.  Ceritanya menghibur di tengah kesibukan kita beraktivitas.


Ayo, Berkreasi Melalui Jejaring Digital

Jika ada yang memiliki ide unik untuk konten, baik tulisan atau visual, coba saja direalisasikan. Siapa tahu karya-karya tersebut bisa bermanfaat.  Kita tidak pernah mampu memprediksikan bagaimana hasilnya pada masa mendatang. Justru kalau disimpan terus dalam pikiran atau gadget, tidak seorangpun yang mengenal goresan tangan kita.


Sekarang zamannya digital dan kesempatan berkarya dengan berbagai bidang terbuka lebar.  Yuk, pergunakan waktu dan peluang untuk membuat kreasi hasil ide sendiri. Ide setiap orang unik dan jangan ragu untuk berkarya.





Kamis, 27 Juli 2023

Sekilas Pengalaman Budidaya Tomat di Pekarangan Rumah



Pengalaman Budidaya Tomat



Ada yang belum kenal tomat?

 

Sepertinya sekarang sulit menemukan orang yang belum mengenal tomat, meskipun tidak hobi memasak. Tomat kerap diolah dengan sayuran sebagai hidangan keluarga. Selain diolah di rumah, sudah banyak makanan kemasan yang dicampur dengan tumbuhan ini, seperti saos tomat. Jus tomat juga populer sebagai teman kuliner.

 

Selain populer, pohon tomat yang rimbun merupakan pemandangan menarik yang sering saya lihat di media. Saya pun jadi ingin memiliki pohon tomat di rumah. Dulu pernah mencoba menanamnya di pekarangan. Hasilnya?  Gagal total!  Tomatnya busuk dan batangnya perlahan mati. Padahal setiap hari saya siram.  Ternyata menyiram saja tidak cukup. 

 

Kata orang, sayur-sayuran dan buah-buahan sulit tumbuh di daerah berhawa panas. Saya bermukim di Medan dengan suhu udara yang cukup terik. Tomat tumbuh optimal pada daerah bersuhu sekitar 18°C – 25°C pada siang hari.  Sementara saya tinggal di ko bersuhu sekitar 24°C – 31°C pada siang hari (menurut catatan BMKG), bahkan, pada bulan April kemarin pernah  mencapai 36,5 C. 

 

Itu baru masalah suhu udara, belum lagi kondisi lahan. Pekarangan rumah saya sudah  dimarmer seluruhnya.  Kalaupun mau bercocok tanam, ya, harus menggunakan pot berisikan. Namun, solusi ini pun bukan tanpa kendala. Tanah di seputaran rumah kurang subur karena telah bercampur pasir hasil renovasi bangunan. 


Jadi, saya pikir, sudahlah lupakan saja keinginan untuk budidaya tomat di rumah.  Nanti busuk lagi kayak dulu, padahal sudah  membeli bibit satu sachet.  Hasilnya nol besar.  Kalau senang melihat pohonnya, kapan-kapan bisa jalan-jalan ke ladang tomat. Iya, kan?

 

Ternyata ada kejutan di kemudian hari.

 

Bibit Tomat dari Selokan

Suatu hari saat jalan kaki olga keliling kompleks, saya melihat ada pohon tomat ranum yang tumbuh subur di depan rumah tetangga. Wah, ini kejutan.  Ternyata ada juga yang berhasil membudidayakan tomat. Kebetulan pemiliknya ada di depan rumah, jadi langsung saja saya tanya.

 


"Nggak ditanam itu, Kak. Dia tumbuh sendiri di depan rumah.  Disiramnya pun kalo ingat.”  Demikian jawaban pemilik rumah. 

 

Saya cuma manggut-manggut.  Dia kelihatan tidak peduli dengan tumbuhan tersebut.  Kalau mau tumbuh syukur, kalau nggak juga bukan masalah. Pohon itu ditanam seadanya di dalam pot, lengkap dengan tiang penyangga. Daun-daunnya pun agak layu. 


Waduh, kasihan si tomat. Ketika saya lewat beberapa minggu kemudian, pohon tersebut sudah tinggal batang dengan beberapa helai daun.

 

Kemudian, saya perhatikan ada dua pohon tomat lagi yang tumbuh di seputaran komplek, bahkan salah satunya tumbuh liar.  Begitu mudahkah tanaman ini berkembang biak walaupun di daerah panas?  



Saya pun mengambil kesimpulan, tomat mungkin bisa tumbuh di daerah panas, asalkan dirawat dengan tekun. Apapun yang diabaikan, biasanya nggak pernah memberi hasil optimal.

 

Jadi, gimana?  Mau mencoba bertanam tomat lagi?

 

Awalnya, saya malas mencoba  karena sudah bosan berkali-kali gagal.  Namun, pendirian saya goyah ketika melihat sebatang tomat yang rapuh tumbuh di pinggiran selokan pas depan rumah.  


Tingginya baru sekitar 0,5 meter. Bentuknya mulai melengkung karena tidak ada tiang penyangga.  Kalau tidak diselamatkan, dia mungkin akan menjuntai dan jatuh ke dalam selokan.

 

Saya berpikir, mungkin ini kesempatan untuk mempraktekkan kembali budidaya tomat di pekarangan rumah.  Kemungkinan tumbuh tetap ada. Toh, sudah ada contohnya dari tetangga.  


Tomat terbukti bisa tumbuh, sekarang tinggal tergantung  pemiliknya.  Mau dirawat atau terima nasib saja? Kalau jadi syukur, kalau nggak berarti bukan rezeki.

 

Akhirnya, pohon tomat tersebut saya pindahkan dari pinggiran selokan ke pot kecil. Dulu, saya  kurang maksimal memelihara tumbuhan tersebut. Modalnya hanya siraman air tanpa ada pupuk tambahan. Siapa tahu beruntung, tomatnya bisa tumbuh sendiri. 


Ternyata mengandalkan keuntungan saja nggak akan memperoleh hasil maksimal.

 

Kalau dulu hanya menggunakan pengetahuan terbatas, sekarang saya mulai bertanya dengan kenalan yang paham pertanian. Istilahnya, belajar dari pengalaman orang lain. 


Biasanya cara ini lebih sederhana dan mudah dipahami karena memakai bahasa sehari-hari. Kalau membaca dari buku, saya justru semakin bingung karena banyak istilah-istilah kurang familiar.

 

Saran dari para kenalan itu ternyata cukup membantu. Perawatan tomat sederhana dan orang yang awam tentang pertanian bisa mempraktekkannya.  Berikut paparannya.

 

1. Sediakan wadah tanaman yang tepat

Tantangan pertama adalah harus menyediakan wadah yang sesuai, jangan asal tanam. Saya segera mencari cara agar tomat  memperoleh tanah subur.  Ini penting karena rumah sudah dibeton hingga ke pekarangan. Pot bisa menjadi pilihan.



Saya memindahkan tomat tersebut ke pot berdiameter 15 cm. Karena tomat tumbuh menjalar, harus disediakan tiang penyangga. Supaya nggak ribet, saya menanamnya tepat berdampingan dengan pagar rumah.

 

Tomatnya tumbuh, tapi masih malu-malu kucing alis kerdil. Saya ingat, beginilah tomat yang dulu ditanam.  Pohon seperti ini cepat atau lambat akan mati, hanya menunggu waktu. 


Menyerah? Ih, masa nyerah? Tanggung, lho. Sekali ini, saya nggak mau mengulangi kesalahan yang sama.   

 

Seperti manusia, tanaman pun perlu wadah atau tempat tinggal yang cukup nyaman untuk berkembang.  Saya melirik potnya, terlalu kecil dan sesak. Maka, sayapun mengganti pot dengan ukuran lebih besar.

 

Hasilnya terbukti.  Setelah ganti pot, pohon bertumbuh semakin subur.  Batangnya bertambah tinggi, sampai merunduk ke marmer.  Agar terlihat rapi dan indah, saya mengikat batang yang merunduk ke pagar dengan tali agar kokoh kembali.  Dedaunannya pun mulai rimbun.  


Nah, ini petanda kemajuan.  Pohon tomat saya zaman dulu tidak mampu mencapai fase ini.

 


2. Gunakan pupuk kompos

Di depan rumah ada sedikit tanah yang ditanami dengan pohon mangga dan jeruk lemon. Sayangnya, tanah tersebut sudah tidak subur lagi karena  bercampur dengan pasir. 


Lahannya pun pernah disemprot dengan obat anti hama untuk membasmi rumput liar.  Akibatnya, daun pohon lemon yang tumbuh di atasnya mulai menguning seperti kekurangan nutrisi.

 

Kalau tomat ditanam menggunakan tanah tersebut, berarti hanya mengulang kegagalan terdahulu.  Pohon jeruk lemon kokoh saja hampir tumbang, apalagi batang tomat yang ringkih. Kalau mau berkembang dengan baik, harus dicari alternatif agar tanaman tersebut tumbuh subur.

 

Untunglah di rumah ada persediaan kompos, yaitu tanah yang sudah dicampur dengan kotoran hewan. Saya sudah melihat hasilnya pada tumbuhan lain, kompos ini mampu menyuburkan tanaman.  


Mudah, kok, memperoleh pupuk jenis ini.  Temukan saja pada penjual bibit bunga. Kalau di daerah saya, biasanya berlokasi  agak ke pinggiran kota.  Pupuk yang dikemas dalam goni ini harganya cukup terjangkau, kok.

 

3. Pangkas dedaunan yang terlalu rimbun

Saudara saya yang berkecimpung sebagai petani, pernah memberi saran.  Menurutnya, pohon dengan dedaunan yang rimbun sulit menghasilkan banyak buah. Nutrisi dari akar dialihkan hanya ke daun, sehingga tidak mengeluarkan buah-buahan. Benar atau nggak, nih?

 

Saya mencoba bertanya guru virtual, Google. Soalnya, baru sekali ini saya mendengar kalau daun bisa menghambat buah-buahan berkembang.  


Setahu saya, daun justru bermanfaat untuk fotosintesis yang menyerap nutrisi bagi tumbuhan. Dengan bantuan sinar matahari, proses fotosintesis akan menyediakan makanan.  Jadi, dedaunan itu penting sekali.

 

Ternyata di Google pun nyaris tak ada fakta yang mengatakan kalau dedaunan bisa menghambat buah pohon.  Jadi, gimana nih?

 

Saya pikir, ada kalanya ilmu bukan hanya diperoleh secara formal melalui pendidikan akademis.  Pengetahuan bisa diraih dari pengalaman saat berada di lapangan, bukan hanya ruangan. Saya pun memutuskan untuk mengikuti saran tersebut. 

 

Daun yang berlebihan dipangkas, tapi jangan dibuang.  Letakkan dalam pot karena akan membusuk hingga bermanfaat sebagai pupuk.  Jangan pula berlebihan membuang daun, nanti pohonnya tidak bisa lagi berfotosintesis dan mati.  Sayang, kan, sia-sia semua jerih payah.

 

Ternyata saran tersebut manjur juga. Bunga-bunga tomat yang sebelumnya malu-malu, sekarang mulai bermunculan. Putik-putiknya yang halus kemudian menguncup dan berkembang menjadi bakal buah. 



Wah, sepertinya usaha saya mulai menunjukkan hasil. Memang kita perlu membuka telinga lebar-lebar supaya memperoleh saran yang tepat.

 

4. Gunakan sampah organik sebagai pupuk

Hampir setiap hari di rumah ada sampah organik yang berasal dari sisa sayuran mentah atau kulit buah-buahan. Kalau dibuang hanya menjadi sampah yang mengotori lingkungan.


Padahal jenis sampah ini bermanfaat jika difungsikan sebagai pupuk organik, termasuk untuk tanaman tomat. Cuma, biji buah-buahan jangan dipakai, ya. Nanti ikut bertumbuh di dalam pot dan akan mengganggu tanaman utama. 

 


Saya tidak secara langsung meletakkan sampah organik tersebut ke dalam pot.  Biasanya, sisa-sisa sayuran atau buah saya rendam dulu dalam wadah yang berisi air selama beberapa hari. Setelah itu baru dituangkan ke dalam pot. 


Disarankan supaya menyediakan penutup wadah penampungan sampah organik, agar serangga ataupun aroma kurang sedap tidak mengganggu penghuni rumah.

 

Bagaimana hasilnya setelah keempat point di atas diterapkan pada tanaman tomat? Buahnya memang semakin rimbun, walaupun ukurannya lebih mini daripada tomat yang biasanya dijual di pasar. 



Harap maklum, budidaya ini dilakukan oleh seorang petani otodidak dengan pupuk dan lahan terbatas. Jika ada kesempatan lain, mungkin bisa belajar langsung dari pakarnya. 

 

Meskipun demikian, saya cukup puas.  Eksperimen ini mampu membuktikan kalau tomat memang  bisa tumbuh pada daerah panas, bukan hanya di lokasi pegunungan.  Asal mau merawat, rajin dipupuk serta disiram, hasil nggak akan pernah mengkhianati usaha.

 

Tanah Kita Subur seperti Kolam Susu

Ketika pertama kali melihat bakal pohon tomat tumbuh di pinggir selokan, saya langsung teringat lirik lagu Kolam Susu yang pernah dipopulerkan oleh Koes Plus sekitar tahun 1970-an.


Bukan lautan hanya kolam susu

Kail dan jala cukup menghidupimu

Tiada badai tiada topan kau temui

Ikan dan udang datang menghampirimu

 

Orang bilang tanah kita tanah surga

Tongkat kayu dan batu jadi tanaman

Orang bilang tanah kita tanah surga

Tongkat kayu dan batu jadi tanaman

 

Begitu mudah berbagai tanaman tumbuh subur di negeri ini.  Hanya sebutir biji yang nyangkut di pinggiran selokan, bisa bertumbuh menjadi pohon tomat versi rumahan. Hasilnya lumayan juga menambah olahan dapur. Sekarang kalau mau memasak dengan campuran tomat, tinggal petik dari tangkainya.

 


Kita beruntung memiliki negeri nan subur yang selalu disinari mentari. Apa pun jenis tumbuhan yang ditanam, bisa menjadi bibit unggul asalkan pemiliknya mau merawat dengan tekun.  


Dari aktivitas ini saya memperoleh pengalaman dan pengetahuan baru. Opini orang banyak yang selama ini beredar jangan langsung dijadikan alasan untuk enggan berusaha.  Kerjakan saja dan buktikan, pendapat mayoritas belum tentu selalu benar.  


Kalau beberapa orang tidak mampu mengerjakannya, bukan berarti kegiatannya nggak layak ditangani. Individu lain mungkin bisa menyelesaikannya.

 

Pohon tomat yang tumbuh di depan rumah sudah memberi pelajaran. Selama mau berusaha, belajar, serta tekun, segala sesuatu bisa terwujud.



Referensi :

▪︎ Foto merupakan koleksi pribadi yang diedit dengan Canva.

▪︎  BMKG : Suhu di kota Medan 24 - 31°C dengan Cuaca Berawan (22 April 2023)

https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2023/04/22/bmkg-suhu-di-kota-medan-24-31-c-dengan-cuaca-berawan-22-april-2023-

▪︎. Suhu di Medan Capai 36,5°C, BMKG Beberkan Penyebab Cuaca Panas Menyengat. 

https://medan.tribunnews.com/amp/2023/04/15/suhu-di-medan-capai-365-celsius-bmkg-beberkan-penyebab-panas-menyengat

▪︎. Budidaya Tomat

http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/81277/CARA-BUDIDAYA-TANAMAN-TOMAT-DENGAN-PANEN-SINGKAT/

Kamis, 13 Juli 2023

Melukis Kain bersama Sulaman Kristik





Menyulam merupakan salah satu aktivitas menarik bagi sebagian wanita.  Hanya dengan duduk manis di rumah, kaum hawa bisa menghasilkan kerajinan tangan unik. Hasil karya ini bisa difungsikan sebagai taplak meja, sarung bantal, tempat tisu, hingga hiasan dinding. Jadi, selain untuk menyalurkan hobi, menyulam bisa menjadi kesempatan menambah pundi-pundi.

 

Ada beragam jenis sulaman, salah satunya kristik atau sulam tusuk silang. Berbeda dengan sulaman lain yang umumnya tusuk hias dengan garis lurus atau melengkung, kristik merupakan untaian silang seperti huruf X.  


Motifnya pun beragam, bukan hanya bunga seperti pada sulaman lain. Untuk kristik, kita bisa menyulam motif rumah, pohon, orang, hewan, bahkan pemandangan alam. Jika kumpulan tusuk silang tersebut dipadupadankan, maka akan muncul kotak-kotak yang membentuk ilustrasi di atas kain, seperti contoh di bawah ini.

 


Walaupun berbentuk kotak-kotak, jangan berpikir kalau karya ini akan terlihat membosankan. Jika motif kreatif dipadukan dengan warna-warni menarik, maka terciptalah lukisan benang indah di hamparan kain. Semua tergantung kreativitas penyulam. Dia bisa mengutip dari buku motif kristik yang banyak dijual di pasaran, atau membuat kreasi sendiri.

 

Bahan-bahan kerajinan ini juga gampang ditemukan. Cukup sediakan kain strimin atau aida yang permukaannya berlubang-lubang. Kain dengan corak berlubang mempermudah penyulam untuk merangkai benang menjadi bentuk silang. Kalau menggunakan kain biasa, nanti bentuk silangnya tidak rapi karena tak terletak pada satu garis lurus.

 

Untuk jenis benang, bisa dipilih benang wol atau sulam.  Karena ukuran benang ini termasuk besar dari ukuran benang biasa, maka dibutuhkan jarum bermata besar. Bentuk jarumnya agak jumbo supaya nyaman digunakan. 


Kain dan jarum untuk menyulam kristik


Setelah kain, benang, dan jarum tersedia, maka selanjutnya diperlukan buku motif kristik. Nggak mungkin, kan, menyulam sambil berimajinasi. Menyulam pun perlu buku panduan. Cuma, kalau sudah rutin mengkristik, biasanya penyulam mahir membuat motif sendiri. Hasilnya bisa lebih bagus karena kreasi pribadi.  Idenya bukan pasaran dan punya ciri khas. 


Buku motif kristik


Semua kebutuhan di atas banyak dijual di toko peralatan jahit. Tapi, kalau ribet mengumpulkan satu per satu, gimana? Tenang, sekarang sudah tersedia perlengkapan kristik secara paket. Dalam paket tersebut sudah tersedia jarum, benang, kain, sekaligus motif.  


Jadi, tak perlu repot-repot lagi mengumpulkan peralatannya satu per satu. Di toko-toko tertentu biasanya paket ini sudah tersedia dengan harga terjangkau. Hanya saja, tidak sembarangan toko mau menjualnya. Jadi, coba temukanlah di pusat pasar terkemuka.



Sejarah Kristik

Sulaman ini identik dengan hasil karya jadul, bukan  karena sudah eksis sejak zaman nenek kita masih pergi sekolah. Karya ini sudah tersebar di seluruh dunia sejak berabad-abad lalu. Kristik telah melewati batas zaman dan tetap eksis sampai sekarang.


Karya ini sudah ditemukan sekitar abad ke-6 SM di makam Mesir. Kemudian menyebar ke negeri lain, hingga populer di China pada masa Dinasti Tang sekitar tahun 618 -907 M. Selanjutnya, sulaman ini terus berkembang ke seluruh dunia.


Kristik berkembang sampai Amerika Serikat dan Eropa. Di Amerika Serikat, disimpan kerajinan kristik tertua di Pilgrim Hall Plymouth, Massachusetts Amerika. Pada tahun 1653, karya tersebut disulam oleh Lora Standish, anak perempuan dari Myles Standish, seorang penasehat militer kerajaan Inggris.


Di Indonesia, kristik dikenal melalui orang-orang Belanda pada saat sulaman ini tren di Eropa.  Namanya berasal dari bahasa Belanda, yaitu Kruissteek, atau Cross-Stich dalam bahasa Inggris.  Kristik terus berkembang di tanah air sebagai salah satu kerajinan sulaman yang cukup populer.

 

Manfaat Menyulam Kristik

Bagi sebagian orang, kristik merupakan hobi di waktu luang. Namanya hobi, terkadang hanya sekadar melintas untuk mengisi kekosongan jadwal. Padahal, ada banyak manfaat dari hobi menyulam kristik.  Kegiatan ini bukan cuma kesibukan numpang lewat yang langsung dilupakan ketika ada pekerjaan lain.

 

“Ah, ini, kan, aktivitas rumahan untuk perempuan.”

 

Eits, tunggu dulu. Jangan dipandang sebelah mata kegiatan ini.  Memang menyulam mayoritas dikerjakan perempuan, tapi bukan berarti bisa dianggap kesibukan remeh temeh dan unfaedah. Kristik memberi banyak manfaat untuk orang yang tekun mengerjakannya.

 

Apa saja manfaat dari menyulam kristik? Ini dia.

 

Berlatih Konsentrasi dan Fokus

Bagi yang pernah menyulam kristik, mungkin tahu kalau menghitung jumlah kotak-kotak di buku motif perlu konsentrasi. Salah menghitung, sulaman bisa jadi berantakan bahkan harus dibongkar ulang. 


Memang adakalanya bisa diakalin dengan mengganti coraknya. Tapi kalau kesalahan hitungannya sudah parah, terpaksa harus diganti. Ya ... sedikit membuang benang dan waktu.  

 

Oleh sebab itu, perlu melatih konsentrasi dan fokus selama mengerjakan sulaman kristik. Penyulam harus menghitung jumlah kotak dengan benar, kemudian sulam dengan tepat supaya tidak perlu dua kali kerja.


Jarang, kan, ada orang yang mau dua kali mengulang pekerjaan. Kalau boleh, satu kali ayunan tangan, langsung selesai semua. Jadi, dalam mengkristik, konsentrasi adalah koentji.

 

Nah, biasanya sesuatu yang sering dilatih akan menjadi karakter. Dalam pekerjaan lain pun, konsentrasi dan fokus diperlukan untuk memperoleh hasil maksimal. Menyulam kristik bisa menjadi sarana untuk belajar menajamkan karakter ini. Lumayan, kan, kita jadi nggak mudah terdistraksi. 

 

Melatih Kesabaran

Kesal nggak kalau harus mengulang kesalahan karena salah menghitung kotak motif? Dalam situasi demikian, pilihannya sederhana, kok. Membongkar dan menyulam ulang dengan corak yang benar atau berhenti sekaligus.  


Kalau berhenti biasanya kristik langsung simpan jauh-jauh. Kalau perlu di lemari bagian paling bawah.  Tapi, sayang sekali kalau memilih opsi terakhir. Sudah meluangkan waktu, uang, dan tenaga, eh, malah berhenti.

 

Meneruskan menyulam bisa menjadi pilihan kalau penyulam tetap sabar. Ternyata berhadapan dengan kain dan benang pun perlu kesabaran, ya.  Bukan hanya dengan orang lain membutuhkan bersabar. 


Kalau nggak agak dipaksakan, karyanya tak akan pernah selesai. Kekesalan hanya menyebabkan bahan kristik teronggok di sudut ruangan, kemudian menjadi sarang kecoa atau semut.

 

Padahal kalau tabah meneruskannya, hasilnya bisa beda, lho. Walaupun mengambil waktu cukup lama, kristik yang berhasil diselesaikan menjadi kebanggaan tersendiri. 


Kelak penyulam akan tersenyum karena ketekunannya  telah menghasilkan karya yang indah. Dalam hati dia berucap, nah, nggak sia-sia jerih payahku.

 


Belajar mengasah kreativitas

Menyulam kristik biasanya dipandu dengan buku motif yang banyak diperjualbelikan di toko peralatan jahit. Namun, kalau cuma mengikuti aturan motif, karyanya jadi agak pasaran. Hampir semua orang menggunakan corak yang sama. Jadi, hasilnya seragam dan mirip hingga pilihan warnanya.

 

Oleh karena itu penyulam sebaiknya punya kreativitas.  Yuk, cari ide supaya motifnya agak unik, misalnya mengganti dengan warna yang berbeda dari yang tertera di buku motif. Atau, bisa juga dengan menggabungkan beberapa motif dalam satu kain sulaman. Jadi, karyanya bisa melukiskan nuansa baru.  

 

Meningkatkan ketelitian

Kotak-kotak dalam buku motif kristik umumnya kecil sekali dan saling berhimpitan. Warnanya pun agak mirip, misalnya daun berwarna hijau tua dan hijau lumut sulit dibedakan.  Kalau mata kurang awas, salah sulam bakalan terjadi.  Mata harus bisa menjadi rekan kerja terbaik untuk jari-jari.

 

Oleh karena itu, menyulam kristik membutuhkan ketelitian agar hasilnya kinclong dan rapi. Jangan sampai karena terburu-buru karyanya malah kacau balau. Mengerjakannya harus sabar dan telaten, walau membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Kalau sudah selesai dan hasilnya membanggakan, rasa capek, lelah, dan kesal tadi, langsung menguap ke udara. Puas!  

 

Kesempatan Menambah Pundi-pundi

Nah, ini yang paling menyenangkan. Dengan sulaman kristik, pengguna berkesempatan untuk menambah penghasilan. Asyik, kan. 


Hanya di rumah menyulam sambil mendengarkan musik atau menikmati cemilan, ada kesempatan agar isi kantong bergemerincing. Dari sekedar hobi mengisi waktu luang, kristik bisa menjadi sumber penghasilan sampingan.

 

Apalagi di era online shop seperti sekarang, peluang cuan semakin terbuka lebar.  Hanya perlu memasang toko di dunia maya, karya-karya penyulam sudah terpampang secara global. 


Yap, asal ongkir sesuai, pembeli bisa datang dari seluruh penjuru. Walaupun perlu kesabaran dan waktu yang tidak sebentar, peluang jual beli kristik tetap menjanjikan.

 

Kristik, Sulaman Berciri Khas Kotak

Dengan metode kristik, kita bisa menyulam berbagai jenis objek di atas kain. Kalau sulaman jenis lain biasanya fokus pada bentuk bunga atau daun, kristik boleh menghasilkan beragam motif yang 'terlukis' indah. Dengan menggabungkan motif kota-kotaknya, jenis sulaman ini bisa menghasilkan ilustrasi unik.

 

Walaupun bermanfaat untuk hobi atau meraup penghasilan, sebaiknya tetaplah mengatur waktu istirahat selama menekuni aktivitas ini.  Sama seperti gadget, mata juga perlu beristirahat setelah lelah menyulam berbagai motif.  


Hindari juga mengkristik pada malam hari, atau dalam pencahayaan minim. Hal ini akan akan mempengaruhi  kesehatan mata. Menyulamlah di tempat dengan pencahayaan cukup, terutama dari sinar matahari.

 

Akhir kata, bagi yang hobi menyulam kristik jangan jemu berkarya melalui kegiatan ini. Kristik bisa menjadi kesempatan untuk melatih karakter penggunanya agar lebih sabar, konsentrasi, serta teliti.  


Jenis sulaman ini pun telah menembus zaman, tapi sampai sekarang tetap memiliki penggemar. Artinya, kalau dibawa ke pasaran, bisa menjadi peluang meraih cuan untuk jangka panjang.

 

Nggak perlu takut dibilang jadul karena hobi mengkristik. Sulaman ini tak pernah lekang melewati waktu.



Referensi :

* Gambar merupakan koleksi pribadi yang diedit menggunakan Canva.


* History of Cross Stitch, 

https://juliesxstitch.com/history-of-cross-stitch


* 7 Fakta Menarik tentang Sulaman Kristik Kerajinan Kristik

https://fitinline.com/article/read/7-fakta-menarik-tentang-sulaman-kristik--kerajinan-kristik/