Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2024

Stasiun Televisi vs Era Digital

Kapan terakhir menonton acara televisi secara utuh? Dari stasiun televisi bukan internet. Jika ditanya demikian, saya perlu berpikir sejenak kemudian menjawab : lupa! Kalau menonton sebentaaar saja, masih sering. Apalagi, jika ada anggota keluarga yang hobi menonton televisi. Acara menonton jarak pendek pun cukup singkat, paling lama sekitar setengah jam. Itu pun dengan syarat, kalau acaranya lumayan bagus.   Televisi sudah jarang saya tonton. Jika ingin menonton, saya lebih sering menggunakan Youtube ataupun sosmed. Ya, karakter orang zaman sekarang, mau usia berapapun hampir sama karakternya. Gadget yang mungil dan praktis lebih sering digunakan, meskipun mata agak perih karena layarnya yang sempit. Dulu kata orang, menonton televisi lebih banyak sisi negatifnya, terutama dari segi kualitas acara yang dinilai rendah. Contohnya mudah. Coba saja ingat dulu program sinetron yang banyak menimbulkan pro kontra, karena menyuguhkan cerita yang mengabaikan akal sehat. Padahal cerita baik b

Abadikan Kenangan bersama Sepiring Mie Gomak

Ada cara unik yang saya lakukan untuk mengabadikan kenangan, yaitu melalui makanan. Jika sedang berbelanja ke pasar atau supermarket dan melihat kemasan mie lidi, memori saya sering melayang ke masa silam. Kenangan itu mengingatkan saya pada aroma dan cita rasa sepiring mie gomak, masakan khas Sumatera Utara. Bertahun-tahun yang lalu, mie gomak merupakan sarapan ideal dalam keluarga kami. Meskipun kakak-kakak saya sudah berumah tangga atau merantau, tapi ada waktunya kami berkumpul bersama orang tua. Nah, pagi hari daripada repot keluar mencari sarapan, kami mengolah bahan mie lidi menjadi hidangan mie gomak.  Sebungkus mie lidi tidak akan cukup untuk sarapan sekeluarga yang mayoritas berperut karet. Lemari dapur di rumah minimal harus menyimpan dua bungkus untuk persiapan acara kumpul keluarga. Bumbu-bumbunya pun sudah tersedia lengkap dan tinggal mengolah. Kakak sulung saya yang akan memasak dengan resep andalan. Biasanya, sambil menunggu masakan, kami sering mengobrol beragam topik

Kios Buku dan Sekelumit Kisah Lampau

Sebelum internet beredar, buku menjadi rekan sejawat terbaik untuk pelajar dan mahasiswa. Tampilan kertasnya yang ramah mata, membuat orang betah membaca dalam jangka waktu lama. Belum lagi aroma buku baru yang kerap memberikan sensasi berbeda bagi para pembacanya. Hanya saja, tampilan fisik yang tebal menjadikannya beban jika dibawa bepergian. Inilah alasan mengapa sebagian orang memilih ebook yang lebih praktis di era digital. Walaupun demikian, tetap ada penggemar setia buku fisik sampai sekarang, baik tua maupun muda.  Beda dengan ebook yang tinggal didownload melalui jejaring internet, buku fisik harus dibeli secara langsung ke tokonya atau melalui online. Sekarang transaksinya sudah lebih mudah karena telah tersedia olshop. Kalau dulu calon pembeli harus berjibaku menembus jarak dan lalu lintas untuk memperoleh buku yang dibutuhkan, sekarang dari rumah pun semua bisa dipesan.  Soal harga buku dulu, saat masih berstatus siswa harga bukunya lebih terjangkau. Berbeda lagi pas kuliah