"Sudah membuat artikel, kok, masih nulis cerpen?"
Begitu ada yang pernah berkomentar melihat daftar isi blog saya. Maklumlah, isinya gado-gado tulen. Beragam tulisan mulai dari artikel hingga cerpen, ada terpampang. Ulasan produknya bervariasi tanpa niche (tema) tertentu. Pokoknya, mood menulis tergantung ke mana angin bertiup.
Menurut mereka, menulis itu harus fokus pada satu genre. Jangan semua diaduk, nanti adonannya nggak jadi alias sia-sia. Mengerjakan satu saja belum tentu beres, apalagi lebih.
Hmm ... benar, ya? Padahal, menulis beragam genre cocok untuk dikerjakan di rumah, tanpa terikat jadwal. Kita bebas mengerjakannya darimanapun. Semakin banyak genre yang dikuasai, semakin baik. Istilahnya memperluas kesempatan dan nggak terperangkap pada zona nyaman. Selain menambah skill, siapa tahu ada benefit dari multitasking ini.
Sebenarnya, ada satu lagi peristiwa yang meyakinkan saya kalau sekarang kita sebaiknya terus menambah skill. Jangan cepat puas jika sudah nyaman di genre tertentu. Perubahan terus terjadi dan menggilas siapapun yang tidak waspada.
Akhir Agustus lalu, sebuah toko buku legendaris yang berdiri sejak tahun 1960-an, resmi ditutup. Nama toko buku ini cukup mentereng, tapi ternyata merek saja nggak cukup untuk mempertahankan bisnis. Sebelum penutupan, mereka mengobral semua buku dengan ketentuan beli 1 gratis 2. Miris melihatnya.
Berita tersebut melayangkan kenangan saya saat masih mengenakan seragam sekolah. Pada masa itu, jalan-jalan ke toko buku rasanya senang sekali, persis seperti keliling mal sekarang. Untuk anak sekolah pada zaman dulu, bisa memborong beragam buku favorit sudah termasuk kemewahan.
Mencium aroma buku baru serta melihat warna-warni alat-alat tulis, langsung pingin memasukkan semuanya ke keranjang. Belum lagi pernak-pernik yang unik dan lucu-lucu. Menggemaskan dan seperti minta dibawa pulang. Untung saya bukan berasal dari keluarga sultan. Jadi, harus tahu diri. Hahaha.
Sekarang pemandangan di toko buku memang sepi. Pengunjungnya bisa dihitung jari. Hari gini, jarang sekali melihat generasi muda berkerumun di toko buku seperti dulu. Anak-anak zaman now lebih suka bercengkerama dengan gadget daripada buku.
Zaman memang sudah berubah. Angkatan jadul cuma bisa mengenang dari jauh. Buku cetak mulai turun pamor. Namun, bukan berarti generasi muda nggak ada yang suka membaca. Mereka lebih tertarik melihat ebook daripada buku konvensional. Mungkin karena tampilannya lebih praktis dan nggak perlu lemari untuk penyimpanan.
Kalau saya sebenarnya masih lebih suka dengan buku konvensional daripada ebook. Mata nggak perih membacanya, bisa menghirup aroma buku baru, sekaligus mengoleksi bervariasi pembatas buku. Cuma, gimana pula ya, mau melawan zaman. Hanya beradaptasi solusi perubahan zaman, atau ikut punah dan hanya menjadi penonton keberhasilan orang lain.
Uniknya lagi, di Youtube saya melihat ada beberapa penulis kondang yang membuat channel sendiri. Isinya? Nggak jauh-jauh dari pembahasan buku mereka. Sebenarnya, cara ini bagus untuk menjangkau para pemirsa yang nggak hobi baca. Melalui visual, mereka tetap memperoleh ilmu dan info dari orang yang kredibilitasnya sudah terbukti.
Belum selesai masalah perbukuan, datang lagi AI (Artificial Intelligence) bersama ChatGPT dengan kemampuan menulis yang oke punya. Bukan hanya kepenulisan, hampir semua bidang digempur AI. Semua bidang hampir dikuasai mesin. Tinggal kesiapan kita saja beradaptasi dengan suasana baru ini.
Melihat perubahan yang semakin kencang, masih mau berdebat tentang hanya fokus pada satu genre tulisan? Artikel saja atau coba genre lain. Para penulis kondang berani, kok, menambah profesi mereka dengan menjadi pembicara di Youtube. Masa rangkap menulis beragam genre masih diperdebatkan?
Semua memang tergantung karakter orangnya. Kalau bagi saya, jika ada kesempatan mengembangkan skill, ayuh saja. Jangan tunggu lagi. Percepatan sudah semakin menggilas. Siapa lelet dan ragu-ragu, siap-siap ketinggalan dari yang lain.
Peluang eksis dalam bidang penulisan semakin terbuka lebar dengan adanya media online dan aplikasi kepenulisan. Kalau dulu hanya orang-orang terbatas yang bisa melewati seleksi penerbit, sekarang di era dunia maya siapa pun bisa menjadi penulis. Mulai dari tulisan serius hingga lebay, semua masuk di antrean online.
Semakin pesat perkembangan media online, semakin luas kesempatan untuk berkreasi di bidang ini. Apalagi menulis boleh digarap dari rumah. Lebih hemat waktu, bebas macet, hanya perlu jaringan internet dan gadget, serta bisa jadi sumber cuan. Apalagi banyak pilihan tema atau genre tulisan
Nah, kalau mampu mengerjakan beragam genre tulisan, kenapa nggak dimulai? Mengerjakan tugas borongan seperti ini nggak mudah karena kalau nggak teliti cenderung menguras energi, kurang fokus, hasil nggak maksimal, serta bisa menjadi pemicu stres.
Itu jika dilihat dari sisi negatif. Kalau manfaatnya banyak juga, lho. Multitasking menantang kita semakin kreatif dan mahir mengatur waktu. Kebayang, kan, mahir mengelola beberapa tugas dalam waktu yang hampir bersamaan. Rasanya pingin tepuk bahu sendiri sambil berujar, "Ternyata kamu bisa juga, ya, walaupun hampir tepar."
Mengerjakan multitasking nggak mustahil, asal mau capek sedikit. Apalagi kalau pekerjaan itu bisa dilakukan di rumah. Sayang waktu yang berlimpah hanya menyelesaikan satu tugas saja. Jadi, jika mampu, punya tenaga, serta kapasitas maksimal, gas terus!
Untuk yang berminat menulis beragam genre dari rumah, berikut ada sedikit tipsnya. Boleh juga dicocok-cocokkan dengan pekerjaan multitasking lain. Siapa tahu membantu.
Nggak mudah, tapi bukan berarti nggak mungkin. Lebih baik agak repot sedikit berusaha hari ini, daripada kelak menyesal mengabaikan kesempatan yang melintas.
Tips agar Lancar Menulis Artikel dan Fiksi
Walaupun sama-sama berwujud tulisan, artikel dan fiksi memiliki perbedaan yang signifikan. Penulis perlu usaha terbaik agar mampu menciptakan karya maksimal dari kedua genre tersebut.
Artikel bertujuan untuk menyampaikan informasi, opini, ataupun argumen yang dapat mempengaruhi pembaca. Data tulisan diambil dari sumber yang bisa diverifikasi dan terpercaya. Bahasa tulisan pun lebih baku, runtut, dengan struktur yang terorganisir.
Sedangkan fiksi berasal dari imajinasi penulis yang bertujuan untuk menghibur pembaca. Penuturannya tergantung pada kreativitas penulis. Kisahnya boleh dituturkan secara runtut, flashback, ataupun sudut pandang berbeda. Semakin unik alurnya, semakin memikat ceritanya.
Persamaan? Ada! Baik artikel maupun fiksi sama-sama membutuhkan riset. Artikel membutuhkan riset data valid dari sumber yang bisa dipertanggungjawabkan, misalnya buku-buku atau jurnal. Sedangkan ide fiksi biasanya berasal dari hasil pengamatan ataupun pengalaman si penulis sendiri. Jadi, bukan sekadar cerita di awang-awang.
Cuma, memang cukup puyeng menulis dua genre berbeda. Otak perlu piawai menyesuaikan ritmenya. Terkadang berhasil, terkadang kurang stabil. Hehehe. Namanya juga usaha. Harap maklum.
Rumit? Boleh jadi. Supaya agak ringan, mungkin tips di bawah ini bisa membantu menulis kedua genre tanpa ribet.
# Susun Jadwal Penulisan dan Fokus pada Satu Saja Genre Sesuai Jadwal
Sebaiknya hindari menulis artikel dan fiksi dalam waktu bersamaan. Buatlah jadwal khusus untuk tiap-tiap genre. Jadi, jangan setengah jam mengerjakan artikel, kemudian langsung disambung dengan mengerjakan fiksi. Ambil jeda waktu sejenak.
Tentukan rentang waktu yang cukup panjang antara keduanya. Akan lebih baik lagi jika dijadwalkan hari yang berbeda untuk menyelesaikan dua tulisan beda aliran. Jika hari ini mengerjakan artikel, besok fiksi. Dengan syarat, nggak dikejar deadline, ya.
# Buat Outline Penulisan
Semahir apapun tehnik menulisnya, sebaiknya buatlah outline sebelum memulai naskah. Outline itu berisi garis besar rencana naskah, atau peta petunjuk dalam berkarya. Kalau untuk saya, outline berarti seperempat naskah sudah ditulis, serta cukup ampuh mencegah kebuntuan ide.
Artikel dan fiksi sama-sama membutuhkan outline. Bedanya outline artikel menggunakan bahasa yang teratur dan logis dengan struktur yang teroganisir. Susunan dalam artikel dimulai dari kalimat pembuka, isi, hingga kesimpulan yang disusun rapi. Semua sesuai jalur dari A sampai Z.
Sedangkan fiksi lebih bebas tergantung pada ide si penulis. Tulisan boleh dipaparkan secara runtut ataupun melompat-lompat ringan seperti kelinci. Semakin unik dan misterius alurnya, semakin menarik kisah fiksi tersebut.
# Istirahat
Bukan hanya kegiatan fisik, duduk di belakang meja sambil mengetik pun perlu istirahat. Saat pikiran mampet dan kepala terasa 'panas', inilah saat yang tepat untuk relaksasi. Coba berhenti sejenak dan temukan aktivitas santai, seperti menonton film, membaca, atau jalan menghirup udara segar.
Asal jangan keterusan sampai lupa waktu dan laptop. :D
# Konsisten
Awalnya, sih, semangat. Seterusnya? Masih betah mengulang kebiasaan berlatih setiap hari? Saya dulu suka moody-an, hasilnya pun terombang-ambing. Kita memang menuai apa yang ditabur.
Terkadang capek juga menunggu hasilnya. Cuma, kalau memang niat, secapek apapun tetap dijalani. Sebaiknya, dari awal memang sudah niat untuk menyelesaikannya. Bukan karena disuruh orang lain, apalagi karena ikut-ikutan.
# Mendaftar Kelas Online
Di tempat saya tinggal jarang ada kelas offline kepenulisan. Makanya, kalau mau berkembang, saya harus berinisiatif mencari sumber ilmu baru.
Sekarang di medsos banyak kelas online dari berbagai bidang ilmu. Cuma, tetap hati-hati. Ada kelas abal-abal yang nggak jelas siapa mentornya, begitu pula materinya, padahal uang kita sudah terkuras. Saya dulu pernah kena yang beginian.
Nggak apa-apa, ini jadi pelajaran penting. Sejak saat itu saya mencari kelas online dari teman medsos yang bisa dipercaya. Gimana caranya tahu si teman bisa dipercaya? Saya lihat hasil kerja dan konsistennya. Cara ini mujarab, kok. Kelas onlinenya cukup oke.
# Gunakan gadget mumpuni
Walaupun menulis termasuk aktivitas ringan dalam dunia per-gadget-an, tapi tetap perlu laptop tangguh dan mumpuni agar bisa berkarya maksimal. Aneh, kan, kalau pas lagi seru-serunya menulis, tiba-tiba laptop mogok gara-gara kehabisan baterai. Atau, tampilan layarnya nggak ramah di mata.
Saya pun membutuhkan laptop mumpuni agar tetap lancar selama ketak-ketik di rumah. Karena itu, saya mulai lirak-lirik gadget yang lagi tren sekarang. Targetnya, laptop yang ringan, model kekinian, tapi perangkat yang ditanamkan dalam bodinya cukup lengkap.
Setelah mondar-mandir di website ASUS, saya kepincut dengan ASUS Vivobook 14 A416. Tampilan sederhana, tapi langsing dan ringan. Perangkat yang ditanamkan di dalam bodi laptop cukup lengkap dan dipasarkan dengan harga terjangkau.
Untuk kalangan awam, ASUS Vivobook 14 A416 sudah memenuhi kriteria. Apalagi yang sering menggunakan Microsof Word, Exell dan Power Point, laptop ini bisa jadi andalan bekerja di rumah.
"Laptop ASUS hadir dengan dilengkapi Windows 11 Home. Ketika pekerjaan menumpuk, laptop ASUS dengan Windows 11 siap membantu Anda menyelesaikannya. Laptop ASUS dengan Windows 11 yang lebih nyaman di mata, memungkinkan Anda mengekspresikan diri dan cara kerja terbaik Anda. Dan tidak hanya Windows 11 asli, tersedia juga genuine Microsoft Office 2021 untuk menunjang aktivitas Anda sepanjang hari."
Mau tahu lebih lengkap kriteria laptop ini, yuk, simak terus tulisannya.
Ini Alasan ASUS Vivobook 14 A416 Layak Diajak Menulis di Rumah
Saya bukan content creator Youtube, bukan pula gamer yang mengutak-atik gadget berjam-jam untuk latihan menghadapi kompetisi. Meski hanya menulis berbagai genre, tidak berarti saya mengabaikan spesifikasi laptop yang digunakan.
Bagi saya, laptop yang tepat itu berarti pas dipakai untuk mengetik, punya penyimpanan file mencukupi, oke diajak berselancar di internet, serta bisa menonton video sepuasnya. Simpel, kan? Saya nggak suka neko-neko memilih gadget. Kalau bisa nyambung, lanjut!
Kriteria ASUS Vivobook 14 A416 yang praktis dan memenuhi kriteria, langsung mencuri perhatian saya. Apa saja kriterianya?
¤ Ukuran Layar
Saya pernah melihat ukuran laptop mulai dari 7" sampai 14". Layar 7"? Wow! Kebayang, kan, memakai laptop dengan layar kecil nan mungil? Mata seperti mengerjap-ngerjap membaca tulisan yang terpampang di layar. Belum lagi keyboard-nya yang sempit. Bahu kita kayak dipaksa menyusut saat mengetik.
Karena itu ukuran layar menjadi kriteria penting bagi saya. Berjam-jam mengetik di depan laptop, ukuran layar yang sempit membuat mata cepat lelah. Jadi, kalau ada kesempatan memilih laptop, ambil yang berukuran layar 14", seperti yang ditampilkan ASUS Vivobook 14 A416.
¤ Bodi tipis dan ringan
Bagi saya yang berpostur mungil, laptop tipis dan ringan jadi pilihan tepat. Jangan sampai membawa laptop seperti membawa barbel. Mengangkatnya saja sampai menahan napas dan mencucurkan keringat. Memindahkan laptop berkilo-kilo bisa menjadi beban tersendiri untuk si mungil.
Walaupun beraktivitas di seputaran rumah, laptop tetap dipindah-pindahkan, tergantung suasana nyaman. Kalau pingin di ruang tamu, angkat ke sana, tapi kemudian dibalikkan lagi ke tempat penyimpanan aman. Jangan sekalipun meletakkan laptop sembarangan. Apalagi kalau sering kedatangan tamu.
Atau, kalau bosan di rumah, laptop bisa dibawakan sesekali jalan-jalan ke luar. Saya pernah berpengalaman punya laptop 14" dengan berat lebih dua kilo. Berat, wuih! Belum lagi tas dan perangkat lainnya. Apalagi kalau dibawa jalan-jalan, hasilnya? Lumayan membuat bahu dan kaki pegal.
Dengan berat hanya 1,6 kg dan ketebalan sekitar 19,9 mm, ASUS Vivobook 14 A416 pas dibawa keliling rumah ataupun keluyuran keluar. Bodinya yang ringkas, nggak akan membuat tangan atau bahu saya pegal. Teknologi laptop yang semakin canggih memang menguntungkan si postur mungil.
¤ Baterai untuk Pemakaian 8 Jam
Daerah pemukiman saya kadang-kadang kena giliran pemadaman bergilir. Nggak rutin, sih, hanya urusan pemeliharaan saja dan cuma beberapa jam. Namun, kalau sedang dikejar deadline, pemadaman setengah jam pun bisa jadi problem. Apalagi kalau daya baterai terus menipis.
Baterai ASUS Vivobook 14 A416 yang berkapasitas 37 Wh tahan untuk penggunaan 8 jam. Biasanya, dalam rentang waktu segitu, saya sudah siap utak-atik tulisan. Pemadaman bergilir umumnya maksimal 4 jam. Kalau baterai penuh, amanlah bekerja dengan ASUS. Kapasitasnya cukup untuk selesaikan naskah.
# Layar Andalan yang Lebih Lebar dan Anti Glare
Semakin lebar tampilan layar, maka semakin nyaman mata bekerja di depan laptop. Secanggih apapun perangkatnya, tapi kalau layarnya agak minimalis, kayaknya repot juga. ASUS Vivobook 14 A416 telah menampilkan ukuran layar yang saya inginkan, yaitu 14".
Bukan cuma cocok dengan tampilannya, layar anti glare dari laptop ini pun pas untuk saya yang sering mengetik malam hari. Kenapa suka menulis malam hari? Sebenarnya, nggak ada alasan khusus. Cuma, suasananya lebih santai aja.
Malam hari, biasanya semua urusan sudah beres dan tinggal menunggu jam istirahat. Karena belum mengantuk, yuk, lanjut menulis yang siang tadi belum selesai. Bebas sampai jam berapa, tapi nggak pernah sampai begadang, kok. Soalnya, masih mikirin kesehatan.
Layar anti glare atau anti silau pas untuk mengetik di bawah terpaan lampu ruangan. Layar jenis ini tidak memantulkan kembali cahaya lampu. Saya tidak kesulitan melihat tampilan layar. Dahi tak perlu mengernyit, mata tetap melebar, karena tulisan muncul jelas.
Layar laptop juga sudah dilengkapi layar Full HD dengan resolusi 1920 x 1080 pixel. Kalau sudah selesai menulis atau sekadar istirahat sejenak, bolehlah mencari tontonan menarik di Youtube. Dengan layar FHD yang memanjakan mata, saya puas menyaksikan gambar yang lebih tajam dan jernih.
# Konektivitas
Walaupun hanya menulis di rumah bukan berarti boleh abai dengan konektivitas internet. Jaringan WiFi masih jadi pilihan karena lebih hemat dibandingkan seluler. Kalau memang memungkinkan, WiFi tetap dipasang di rumah untuk koneksi aman, hemat dan stabil.
Atau pingin jalan-jalan bareng ASUS Vivobook 14 A416? Boleh juga! Saya bisa bertualang mengutak-atik dunia maya sambil nongkrong di tempat yang nyaman. Bosan, kan, terus-menerus di rumah hanya memandangi tembok. Asalkan ada koneksi WiFi, ASUS Vivobook 14 A416 aman dibawa bepergian. Perangkat sudah dilengkapi dengan WiFi 5.
Mau ngirim file naskah untuk ikut lomba? Ayo!
# Port Lengkap
Punya laptop mumpuni bukan berarti hanya mengandalkan penyimpanan pada perangkat. Untuk berjaga-jaga, pengguna sebaiknya memiliki cadangan penyimpanan data. Saya pun selalu mencadangkan data melalui peralatan lain. Siapa tahu mau berganti gadget saat membuka data, melalui hape misalnya, tinggal sambung ke penyimpanan cadangan.
Umumnya, cadangan data disimpan dalam USB dan micro SD card. Kalau suatu saat (tapi jangan sampai!) terjadi masalah dengan laptop, data masih aman tersimpan di tempat lain.
Untuk mengantisipasi kemungkinan ini, pada bodi ASUS Vivobook 14 A416 telah ditanamkan port lengkap. Di sisi sebelah kanan terpasang Micro SD Card Reader, Combo Audio Jack, USB 2.0. Sedangkan bagian kiri telah disematkan USB Type C, HDMI, dan USB Type A.
Yuk, amankan cadangan data bersama rangkaian port ASUS Vivobook 14 A416
# Keyboard Nyaman
Menulis membutuhkan waktu lama untuk mengetik di keyboard. Berbeda dengan menonton video yang bisa klak-klik dengan menggunakan mouse, mengetik tetap mengandalkan jari-jari yang lihai merangkai huruf demi huruf. Keyboard yang tepat perlu untuk kenyamanan mengetik selama berjam-jam.
Tampilan keyboard ASUS Vivobook 14 A416 sesuai standar QWERTY berukuran full-size. Tombol-tombolnya cukup besar dengan jarak yang memadai. Rentang jarak ini berfungsi untuk meminimalisir kesalahan orang yang sering kecepatan mengetik, seperti saya.
Selain ukuran yang lapang, keyboard laptop telah dilengkapi dengan fitur backlight atau pencahayaan latar belakang. Jadi, kalau pas mengetik dengan cahaya remang-remang ditemani deadline yang sudah menunggu, saya tetap bisa menulis dengan bantuan fitur backlight yang disematkan di belakang keyboard. Saya nggak akan kesulitan melihat barisan huruf-hurufnya.
Belum punya mouse? Nggak usah khawatir kalau ada laptop ASUS Vivobook 14 A416. Pada keyboardnya telah ditanamkan touchpad yang berfungsi sebagai tombol mouse. Semua fungsi mouse, bahkan meng-zoom, bisa ditangani oleh touchpad ini.
Satu lagi, keyboard sudah didesain tahan air dan tahan debu. Jadi, kalau kecipratan air, nggak usah panik karena telah dilindungi. Pengguna tinggal membersihkannya saja. Beres!
Cuma, walaupun keyboard sudah dilindungi, jangan sengaja menumpahkan minuman, ya. Kalau gini jadi rumit masalahnya nanti. Sesuatu yang disengaja, kan, nggak baik. Jadi, walaupun sudah tahan air dan debu, tetaplah merawat laptop dengan telaten.
# Storage
Supaya skill menulis semakin yahud, saya mengikuti komunitas menulis maupun lomba. Hitung-hitung, mencari pengalamanlah. Dari kegiatan tersebut, peserta sering mendapatkan benefit ebook ataupun materi PPT.
Dari webinar komunitas, biasanya peserta diberikan materi PPT. Sedangkan dari lomba menulis berbayar, menang atau kalah, peserta memperoleh beragam ebook. Namanya penulis, santapannya nggak jauh-jauh dari tulisan orang lain. Benefit ini bolehlah menambah referensi dan sumber ilmu dari orang-orang yang sudah mahir.
Semua ebook dan materi PPT tersebut saya simpan sebagai file di laptop. Kapan pingin, tinggal dibaca-baca. Karena itu, saya perlu storage atau penyimpanan cukup lapang untuk beragam ebook dan materi yang mampir.
Storage pada ASUS Vivobook 14 A416 beragam, tergantung seri. Ada beberapa opsi storage dari laptop ini, yaitu SSD yang lebih kencang dari HDD, berkisar antara 256GB, 521GB, hingga 1TB. Jadi, sebelum membeli laptop, pastikan dulu storage yang ditanamkan di dalamnya. Sesuaikanlah dengan kebutuhan kita.
Untuk saya, kisaran storage di atas sudah cukup. Kapasitas file ebook dan PPT lebih irit dibandingkan video. Amanlah menyimpan hadiah-hadiah kecil dalam ASUS Vivobook 14 A416.
Artikel atau Fiksi? Sama Saja
Ayo, latih kemampuan untuk memanfaatkan kemudahan jaringan internet di zaman yang serba cepat ini.
Jangan takut dibilang serakah karena menekuni lebih dari satu bidang. Selama kita nggak berniat mengganggu orang lain, lanjutkan saja. Toh, tujuannya mau meng-up grade diri sendiri. Setiap orang, kan, bertanggung-jawab atas hidupnya masing-masing. Salah satu wujud dari tanggung jawab itu, ya, terus meng-up grade diri sendiri dengan beragam keahlian mumpuni melalui jaringan online.
Generasi sekarang diuntungkan dengan penyebaran jaringan internet yang semakin merata. Dengan gadget di tangan, mereka bisa berkreasi dalam bidang apapun. Nggak perlu media khusus seperti dulu, cukup hape yang dikantongi sehari-hari. Selama positif, jangan lewatkan peluang ini.
Melihat kemudahan zaman sekarang, saya jadi teringat situasi kuliah jadul sekitar tahun 90-an. Saat itu, jangankan internet, hape masih jarang dan hanya orang-orang tertentu yang mampu memilikinya. Kalau perlu internet, saya yang masih mahasiswa, pergi ke warung-warung internet (warnet) yang tersebar di sekeliling kampus.
Menggunakan internet di warnet dihitung perjam. Setiap jam ada pointnya. Kalau sudah mengumpulkan point tertentu, pengunjung mendapat bonus gratis satu jam. Lumayan, kan, untuk kantong mahasiswa yang pas-pasan.
Kalau mau gratisan, ada juga disediakan internet di perpustakaan universitas. Cuma, namanya gratisan sering menjadi rebutan. Terlambat sedikit saja, langsung gigit jari. Siapa kalah cepat, silahkan membelok ke warnet. Wkwkwk. Sedikit nostalgia zaman kuliah dulu.
Karena itu, manfaatkan jaringan internet yang sekarang sudah menjangkau hampir semua kalangan. Jika melihat kesempatan bagus dan kayaknya kita mampu, coba saja. Kesempatan yang sama belum tentu datang dua kali. Jangan sampai kelamaan mikir, nanti dia keburu kabur.
Sekarang semakin banyak gadget mumpuni yang pas dikolaborasikan dengan jaringan internet. Contohnya ASUS Vivobook 14 A416 cocok menjadi laptop untuk meng-up grade diri demi masa depan yang lebih baik. Bersama perangkat yang tertanam di dalamnya, saya bisa terus belajar, membaca, dan berlatih menulis untuk hasil yang lebih maksimal. Genre tulisan apapun nggak masalah.
Jadi, jangan berdebat lagi soal genre kepenulisan, ya. Karena apapun hasil diskusi, pemenangnya tetap ASUS 14 A 416.