Pasar tradisional sering diidentikkan dengan tempat kumuh. Banyak orang enggan berbelanja ke sana, apalagi sejak pusat perbelanjaan modern mulai menjamur. Dulu saat masih sekolah, saya memiliki teman perempuan yang ogah belanja ke pasar tradisional. Dia selalu menolak jika Ibunya mengajak ke tempat jual beli kebutuhan sehari-hari itu. Alasannya klise, kotor dan berantakan. Beberapa tahun yang lalu, saya bertemu dengan teman lama ini. Sekarang dia sudah menjadi Ibu dari tiga anak. Kami sempat mengobrol sebentar. Sayangnya, karena keasyikan bertukar cerita, saya lupa bertanya apakah dia masih enggan belanja ke pasar. Mengurus keluarga kecil begitu lumayan biayanya. Pasar tradisional bisa menjadi alternatif belanja rumah tangga yang terjangkau. Kalau saya sejak kecil senang saja diajak Ibu ke pasar, daripada di rumah cuma bengong. Walaupun bolak-balik ke sana, saya enggak pernah bosan. Ada saja hal-hal baru yang bisa dilihat. Barang-barangnya cukup lengkap dan murah pula. Hanya saja jal...
Tahun baru menjadi momen tepat untuk menoleh sejenak pada masa lampau. Bukan hanya rentang waktu setahun yang lalu, tapi masa se-dekade dulu perlu diputar kembali. Momen ini sekadar mengingat kalau sudah banyak peristiwa yang terlewati. Tetapi, sesulit apa pun, ternyata mampu juga diatasi. Saat banyak yang menikmati liburan akhir tahun ke luar kota hingga mancanegara, saya justru kembali ke kota kelahiran. Rasanya memang agak aneh. Orang lain sudah jalan-jalan ke berbagai lokasi, tapi saya masih berputar-putar pada tempat yang sama. Namun, segala sesuatu pasti ada alasannya. Tidak ada yang muncul secara kebetulan. Dengan kembali ke kota kelahiran, saya berkesempatan melihat kembali rumah lama. Hanya melihat saja, tidak bisa lagi menjenguk ke dalam. Dulu kami mengontrak dan mengenal baik pemiliknya. Sekarang pemilik lama sudah menjualnya pada orang lain. Saya tidak mengenal penghuni baru, jadi tidak boleh masuk ke ruangannya. Masih bisa menatap dari luar saja sudah senang, m...