Tampilkan postingan dengan label Resensi Buku. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Resensi Buku. Tampilkan semua postingan

Selasa, 14 Juni 2022

Who Moved My Cheese dan Memanfaatkan Pikiran Negatif




Ceritanya, beberapa hari yang lalu pas lagi bersih-bersih lemari,  saya menemukan buku Who Moved My Cheese karya Spencer Johnson, M.D.  Edisi terbitan lawas ini terdiri dari 105 halaman, hurufnya dicetak besar seperti buku anak SD. Kalimatnya juga sederhana dan dijamin nggak membuat kulit dahi berkerut.


Dengan tampilan demikian, mudah membacanya hingga selesai dalam waktu singkat.  


Dulu pernah membaca buku ini, tapi cuma sekilas saja. Pada waktu itu, isinya belum relevan dengan situasi dunia yang masih aman dan damai. Namun, sejak pandemi merebak, kisah dalam buku ini jadi akrab. Banyak terjadi perubahan yang membuat rumit jika tidak siap beradaptasi.  Salah satunya adalah teknologi.


Nggak mudah kalau mau berubah, apalagi jika sudah masuk dalam daftar gaptek-er. Tapi, menolak perubahan dan enggan belajar lagi, akibatnya bisa ketinggalan dari orang lain yang sudah melesat kencang. Yap, seperti tokoh-tokoh dalam Who Moved My Cheese?.


Sekilas isi buku seperti kisah dongeng, tapi sebenarnya cerita ini disampaikan oleh figur Michael pada reuni singkat dengan teman-teman sekelas dulu. Bermula dari keluhan mereka tentang carut-marut hidup yang berbeda dari pelajaran di sekolah, Michael memaparkan kisah tentang dua tikus, Sniff dan Scurry, versus dua kurcaci, Hem dan Haw, dalam mengatasi tantangan.


Kisahnya dimulai dengan kedua tikus yang identik dengan hewan, ternyata lebih mudah beradaptasi daripada kurcaci, yang lebih dekat dengan karakter manusia. Dengan penciumannya yang tajam, tikus Sniff dan Scurry, tahu kalau persediaan keju yang mulai menipis. Mereka pun keluar dari pojokan nyaman, Stasiun C (Cheese), untuk pergi menyusuri labirin misterius.


Beda dengan Hem dan Haw yang masih mengandalkan status kelas atasnya, dua kurcaci ini menolak fakta kalau keju sudah semakin langka. Mereka yakin, entah bagaimana caranya, persediaan keju akan kembali stabil. Kelangkaan itu cuma ilusi, toh dari dulu aman-aman saja.


Hingga kemudian prediksi Sniff dan Scurry terbukti, keju benar-benar habis dan kelaparan mulai mengancam. 



Lain lagi dengan Hem dan Haw. Mereka dihantui kepanikan karena persediaan makanan terus menipis. Terbiasa dengan posisi stabil, awalnya Hem dan Haw menolak mencari persediaan keju baru. Keduanya justru marah-marah karena menganggap ada yang mengurangi porsi keju.  


Pada pertengahan kisah, Haw akhirnya mengikuti jejak tikus untuk keluar dari Stasiun C (Cheese), pergi menyusuri labirin. Dia tahu harapan mendapat tambahan keju di tempat lama sudah pupus. Keju tidak tumbuh sendiri seperti pepohonan. Kalau mau bertahan hidup, Haw sebaiknya mencari lokasi baru.


Sementara Hem tetap bertahan dengan keyakinan kalau situasi akan kembali normal.


Hem dan Haw sama-sama diliputi pikiran-pikiran negatif tentang situasi dan kondisi mereka. Bedanya Haw mau mengikuti perubahan, belajar menelusuri jalan baru, meskipun tanpa pengalaman. Sementara Hem menyerah pada nasib.


Petualangan Haw bukan berarti bebas tantangan. Banyak kesalahan dibuatnya, beberapa kali tersesat, termasuk menemukan keju yang kualitasnya jauh dari harapan. Namun, Haw terus berusaha, bukan menyerah pada rasa takut. Dia menganggap labirin adalah lorong-lorong fantasi dengan variasi impian yang sudah menunggu di suatu tempat.


Hingga di akhir perjalanan dia menemukan kejutan!


Kedua kurcaci ini punya pikiran negatif, namun respon mereka membuat hasil berbeda.  Apa saja pikiran-pikiran negatif mereka?


  • Takut
Haw dan Hem terbiasa hidup tenang dan nyaman di Stasiun C. Mungkin keduanya nggak pernah melihat dunia luar, karena selama ini semua kebutuhan mereka terpenuhi. Untuk apa mencari pengalaman baru di daerah asing kalau bisa bersantai sekarang?  Dalam benaknya, dunia luar itu penuh dengan ancaman dan tindak kejahatan (memang ada benarnya juga).  


Jadi, ketika persediaan keju menipis, mereka terus menetap di stasiun C. Ketakutan pada dunia labirin yang tak pernah dijelajahi, membuat kedua kurcaci tersebut bertahan di tengah ancaman kelaparan.


Namun, kemudian Haw berubah pikiran. Daripada fokus pada cerita tentang jebakan labirin, Haw lebih takut mati kelaparan. Boleh jadi dia berpikir,  tinggal di Stasiun C atau berkelana di antara labirin, resikonya sama saja. Sama-sama bisa mati karena kelaparan atau mati tersesat di labirin.  


Rasa takut justru membuatnya berani melangkah pada tempat yang sama sekali asing. Pikiran negatif ini mendorongnya untuk mencari pengalaman baru pada lokasi yang belum pernah disinggahi.  Ketakutan justru jadi motivasi Haw untuk terus maju.


  • Cemas 
Beda dengan perasaan takut yang berasal dari situasi yang  pernah dialami, cemas adalah kekuatiran dari hal-hal yang belum kelihatan.  Hem dan Haw sudah cemas duluan pada kenyataan yang mungkin mereka temukan di labirin misterius. 


Kedua kurcaci cemas bagaimana mampu beradaptasi dengan dunia luar.  Juga cemas membangun hubungan sosial lain, apalagi selama ini mereka sudah punya banyak teman di Stasiun C. Status sosial di tempat lama sudah mentereng. Berada di lingkungan baru berarti memulai kembali lagi dari nol, yang biasanya butuh energi ekstra.



Namun, Haw lebih cemas lagi dengan keadaan mereka di masa mendatang. Siapa yang bisa memastikan apakah besok masih ada persediaan keju?  Adakah yang mau menolong mereka kelak, sementara makanan terus menipis?  


Daripada berasumsi terus dan berkutat dengan kecemasan, Haw memilih untuk keluar dan melihat langsung bagaimana situasi di labirin. Asumsi jarang memberikan solusi, bertindak langsung boleh jadi pembuktian terbaik.


  • Imajinasi
Overthinking, mungkin itu istilah yang lebih akrab, yaitu memikirkan hal-hal yang belum tentu terjadi. Hem dan Haw sudah membayangkan duluan resiko-resiko yang muncul saat keluar mencari lokasi baru.


Bagaimana kalau nanti mereka tersesat di jalan? Apa jaminan  persediaan keju masih ada di luar? Jangan sampai sia-sia berjalan jauh, jika hasilnya tidak ada. Karena overthingking duluan, kedua kurcaci ini tetap sembunyi di Stasiun C.


Kemudian Haw memilih mengubah imajinasi menakutkan menjadi fantasi yang menyenangkan. Alih-alih memikirkan marabahaya yang mungkin muncul dari labirin, dia hanya membayangkan kejutan dan tantangan yang akan ditemukannya di sana.


Karena pola pikirnya sudah berubah, Haw jadi bersemangat mengharapkan petualangan seru yang akan dilalui, yakin menemukan keju baru.  Setiap kesalahan atau kesulitan yang terjadi dalam labirin, dibawa dengan tawa saja, persis seperti namanya (Hawhawhaw).


Hem dan Haw sama-sama terjebak dalam pikiran negatif.  Hanya saja, Haw menolak takluk dan memilih jalannya sendiri. Sedangkan Hem terus bertahan di tempat lama sambil terus berkutat dengan pikiran negatif. Hingga akhir cerita nasib Hem masih misterius, persis seperti cerita anak-anak dulu, Pilih Sendiri Petualanganmu. Pembaca diajak menarik kesimpulan.


Usaha Haw mengubah pikiran negatif menjadi peluang untuk menemukan pengalaman baru, mengingatkan saya pada awal pandemi tahun 2020 lalu.  


Kebayang, kan, setiap hari melihat tembok rumah selama karantina massal?  Kata orang, kalau terus menerus melihat hal yang sama setiap hari, bisa kebingungan sendiri. Ada yang menyarankan, carilah kegiatan baru supaya hati tetap tenang.


Tapi, kegiatan apa?  


Kalau berkebun, biasanya tanaman yang disemai justru banyak yang mati. Kalau memasak, sering rasa makanannya jadi kacau. Kegiatan yang banyak dikerjakan orang lain, kok nggak ada yang menarik. Kayaknya harus cari ide lain.


Karena di rumah ada gadget dan wifi, maka dicobalah buat blog.  Siapa tahu menyenangkan?  Benar, awalnya memang hanya coba-coba, karena kelihatannya mudah saja buat blog.  Tinggal ketak-ketik, selesai!


Ternyata salah besar.


Membaca blog saja jarang, tiba-tiba sekarang saat mau menulis blog, maka yang muncul malah kekacauan. Tulisannya gimana, temanya apa, kadang membingungkan. Nggak terhitung berapa kesalahan yang dibuat.


Tapi, namanya juga sudah minat dan niat. Kalau sudah ada niat, biasanya lebih mudah untuk mau belajar. Jadi, sejak pandemi, saya terus cari info tentang blog.



Banyak istilah-istilah dalam blog yang belum dipahami. Bagi yang terbiasa nge-blog, mungkin sudah familiar dengan seo, ga, da/pa, atau kw. Tapi sama pemula istilah ini sukses buat minder. Kalau belum paham yang beginian, ketahuan jam terbangnya masih merangkak. Hehehe. Langsung kelihatan mana yang sudah berpengalaman, mana yang masih perlu sering terjun ke lapangan.


Seperti kisah Haw, walaupun sulit dan agak membingungkan, tetaplah dipelajari dulu. Menulis blog memang agak ribet, karena bukan hanya belajar tentang kepenulisan, desain atau gambar, tapi juga istilah-istilah yang diatas tadi, alias paham IT.


Sebenarnya bisa saja nggak peduli dengan perkembangan IT dan tetap ikut cara lama, nulis-nulis seperti biasa, misalnya. Tapi, melihat orang lain terus berkembang, sementara kita tetap terpaku di tempat lama, kayaknya kurang pas kalau cuma berdiam diri. Nggak ada salahnya penasaran, karena ternyata ... asyik juga belajar blog.


Pesan dari buku Who Move My Cheese ini cocok dengan situasi setelah melewati pandemi 2 tahun. Teruslah cari kesempatan untuk menemukan pengalaman baru, karena ada peluang untuk memperluas posisi nyaman.  Seperti Haw, buatlah rasa takut dan cemas jadi motivasi untuk berkarya. Beranilah berimajinasi, walaupun jalan yang ditempuh masih misterius.







Senin, 14 Maret 2022

Resensi Buku Antologi Kecewa dan Tips Mengikuti Lomba Cerpen





Saya sedang duduk di teras, ketika tiba-tiba ada kurir berhenti pas di depan rumah. Pak kurir merogoh tas besar yang nangkring di atas motor, untuk mengambil sebuah kotak.  Nah, ini mungkin buku Antologi Kecewa yang sudah ditunggu-tunggu.


Benar saja, setelah dibongkar isi paket tersebut memang benda yang telah dinanti. Akhirnya.


Sekarang di tangan saya ada buku setebal bantal. Desain sampulnya berwarna abu-abu  bergambar gadis dengan mata terkatup, yang berusaha menahan kesedihan. Latar belakang sampul ikut melukiskan kesan muram dengan dedaun berguguran, serta lambang patah hati. Langit mendung pun menunjukkan suasana jiwa  kelabu.


Dari judulnya, kita sudah bisa menebak isi  buku ini. Cerpen-cerpen di dalamnya menuturkan peristiwa yang banyak kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Ada pedih, sedih, terluka, dan sejenisnya. Miris, tapi hidup harus jalan terus.


Buku yang terdiri dari 678 halaman ini, adalah kumpulan cerpen yang ditulis oleh para peserta Lomba Menulis Cerpen Nasional 2021, bertema 'Kecewa'.  Diadakan oleh Catatan Pena Official, ajang perlombaan  ini cukup menarik. 


Para penulis yang berminat dengan fiksi pendek, bisa berkompetisi untuk memperoleh tempat terbaik. Peserta yang masuk 100 besar, mendapat benefit tertentu, termasuk buku yang barusan tiba di rumah saya.


Yuk, kita simak ulasan buku ini.


Kecewa, Pahit Getir Kehidupan

Ada orang yang belum pernah kecewa?  Hidupnya lurus-lurus saja, mulus tanpa tanjakan apapun.  Semuanya lancar, minus halangan yang berarti. Kalau ada,  selamat ya, karena bisa punya hidup yang sangat sempurna.  Hehehe.


Kalau hidup saya, manusiawi sekali. Hari ini dikecewakan, besok bisa mengecewakan pihak lain, meskipun mungkin tak disengaja. Ketika keinginan kita berbeda dengan orang sekitar, kekecewaan bisa timbul karena harapan tak tercapai.


Dekat dengan kehidupan sehari-hari, buku ini jadi menarik untuk dibaca. Walaupun kisah fiksi, namun alur ceritanya boleh jadi pelajaran untuk kita.


Dari sekian banyak cerpen yang dimuat, ada beberapa yang berkesan bagi saya. Alasannya, kisah-kisah yang mereka tulis menyampaikan makna yang menyentuh. Tokoh-tokoh dalam cerita punya karakter kuat dan  cerita yang relevan dengan situasi sekarang.  


Cerita yang berkesan, bukan cuma berasal dari hasil karya dari para jawara lomba. Peserta yang masuk urutan kesekian, ada juga yang mempersembahkan kisah menawan. 



Ini sebagian ceritanya.


Tahanan dari Gua Langse, karya Dadang Ari Murtono.

Bagi yang hobi membaca cerpen dan karya sastra, nama Dadang mungkin tak asing lagi. Karya beliau banyak berseliweran di festival cerpen dan sering masuk dalam deretan juara.  Beberapa bukunya juga sudah dicetak.


Kalau ada yang beranggapan cerpen hanya ilham semata, sebaiknya baca dulu tulisan Dadang. Cerpen beliau unik karena ada perpaduan antara ilham dan riset sejarah. Dalam karya Dadang, muncul sosok yang pernah kita baca saat pelajaran sejarah di sekolah dulu, seperti kisah Tahanan dari Gua Langse.


Cerpen ini berkisah tentang seorang wanita berbadan super gemuk yang tidak bisa keluar dari Gua Langse. Sultan Agung, Raja  Mataram dari era lampau, yang menunjuknya sebagai juru kunci gua tersebut, menyediakan semua kebutuhan wanita ini, sehingga tak perlu keluar.  Namun, diam-diam wanita ini mencari kesempatan agar bisa keluyuran.


Ratusan tahun kemudian, setelah Sultan Agung meninggal, wanita tersebut akhirnya bisa lolos dari gua. Dia kebingungan melihat dunia luar yang belum pernah dikunjungi. Kesalahpahaman demi kesalahpahaman dengan penduduk setempat mulai terjadi. 


Banyak kejadian jenaka muncul selama wanita ini berbaur dengan masyarakat. Peristiwa tersebut sebenarnya tak asing lagi bagi kita, karena menyindir rutinitas sehari-hari.


Air Mata untuk Nek Umayi, oleh Kurnia Effendi

Saya kenal karya Kurnia Effendi sejak zaman bacaan remaja masih berjaya, yaitu saat majalah masih berseliweran di kios-kios buku, serta jadi  primadona para ABG.  Dari dulu beliau sudah sering menulis cerpen romantis dan juga kerap memenangi banyak lomba menulis. 


Namun, cerpen Air Mata untuk Nek Umayi sama sekali bukan cerita romantis. Kisahnya bertutur tentang kekecewaan dalam hubungan kekeluargaan.  Pengarang menceritakan tentang seorang cucu berbakti, namun diabaikan oleh sang Nenek.  Sebaik apapun tingkah lalu si cucu, Nenek tak pernah menggubris. Namun, kemudian ada kejutan. Walaupun terlambat, akhir cerita ini cukup melegakan.





(Ke)Tagihan, karya Marisa Dwi Kesuma Wardani

Ceritanya miris dan mengingatkan saya pada generasi sandwich, yang sekarang banyak terjadi.


Generasi sandwich adalah orang berusia produktif yang terjebak antara mengurus orang tua dan anak-anaknya.  Mereka bekerja keras karena menjadi tulang punggung untuk membiayai kebutuhan keluarga.


Cerpen ini berkisah tentang seorang wanita yang berprofesi sebagai pedagang online.  Dia sedang bersedih karena kematian adik laki-laki.  Masalah bertambah dengan istri adiknya yang punya banyak hutang, dan harus dilunasi.  Sementara, ayah dan ibunya juga perlu biaya hidup yang tak sedikit.  


Selesai sampai di situ?  Belum.  Dia pernah melunasi hutang-hutang suaminya, namun kemudian ditinggal demi wanita lain. Mantannya pun lepas tangan mengenai biaya puteri tunggal mereka.


Membaca cerita ini, jadi timbul pertanyaan. Berbuat baik itu mulia, tapi setiap orang juga punya kemampuan masing-masing. Bagaimana batasannya agar kemurahan hati tak dimanfaatkan oleh orang lain?


Cerita Singkat Milik Darmini dan Sarmilah, karya Santi Setya Jayaningsih

Cerpen ini berkisah tentang perseteruan antara kakak ipar dan adik ipar, yang berbeda status sosial. Di awal cerita, pembaca bisa merasa geram pada salah satu tokoh karena terkesan egois, arogan, dan tak punya perasaan.  Namun menjelang akhir, kita bakalan kaget dengan kenyataan sebenarnya.


Nah, itu hanya sebagian kecil cerita yang dimuat di buku. Mudah-mudahan ulasan tersebut bisa jadi illustrasi singkat tentang isi  antologi.


Kisah-kisah sedih yang beragam, pembaca pun ikut iba melihat nasib tokoh-tokohnya.  Hampir semua tokoh sudah berusaha berbuat baik, menyenangkan hati orang yang mereka sayangi, namun justru kepedihan yang diperoleh.


Umumnya, sosok yang paling berpotensi mengecewakan kita adakah orang-orang terdekat. Kepada mereka, kita sering menaruh harapan besar, walau tak jarang kekecewaan yang didapat. Sebenarnya, bukan seratus persen salah orang lain, karena tak ada manusia yang sempurna, serta mau mengerti kita seutuhnya.  


Atau boleh jadi mereka tak bermaksud mengecewakan, tapi kita yang terlalu berharap.


Cerpen, antara Fiksi dan Kenyataan

Sejak kecil, cerpen sudah familiar sebagai bacaan ringan. Dulu kita mengenalnya dalam bentuk cerita anak (cernak), serta dongeng yang memikat. Mungkin banyak yang menjadikan cerita tersebut sebagai pengisi waktu luang.  Ya, cocok juga sebagai pengisi waktu luang yang kadang tak panjang. Karena ditulis secara singkat, kisahnya bisa langsung tuntas dibaca saat itu juga.


Setelah dewasa kita mengenal cerpen yang isinya lebih beragam.  Kalau cernak, berisi paling banyak 1.000 kata, maka cerpen terdiri dari maksimal 10.000 kata.  Genrenya juga lebih luas, tidak hanya rutinitas, tapi juga percintaan, kisah jenaka, hingga politik. Umumnya cerpen adalah cerita fiksi, cuma karangan dari penulis.



Menurut pakar Bahasa Indonesia, J.S Badudu, cerpen hanya menekankan pada satu peristiwa dan tokoh tertentu. Alur cerita berputar pada sosok tunggal yang menjadi sentral cerita.


Sedangkan menurut pengarang H. B Jassin, cerpen terdiri dari tiga pokok utama, yaitu pembuka, inti masalah, dan terakhir tokoh berusaha menemukan solusi dari masalah.


Cerpen memang cerita fiksi, namun kalau menyimak isinya, pembaca bisa teringat pada kejadian yang mungkin pernah dilihat dalam kehidupan nyata. Hmm ...


Tips untuk Menulis dan Ikutan Lomba Cerpen


Singkat dan padat, begitulah cerpen-cerpen dalam buku ini.  Cerita-ceritanya mengalir lancar dan dituturkan secara menyentuh. Kekecewaan tokoh-tokohnya dikisahkan secara detail dengan kepedihan mereka.


Walaupun singkat, bukan mudah juga membuat cerpen.  Apalagi panitia lomba punya kriteria tertentu untuk memilih jawara. Biasanya, penilaian berdasarkan :


1. Kesesuaian tema dengan cerita

Cari tahu apa yang menjadi tema lomba ini.  Pilihlah tokoh dan alur cerita unik yang mungkin tidak terpikirkan oleh peserta lain.  Misalnya, kalau temanya cinta tanah air, buatlah kisah berbeda, seperti cinta seorang warga negara asing pada Indonesia. Saking cintanya, dia enggan meninggalkan Ibu Pertiwi.


2. Pesan yang ingin disampaikan penulis
Melalui cerpen tersebut, ada makna yang bisa diambil oleh pembaca.  Saat tokoh dalam cerita mengalami masalah, jelaskan bagaimana cara dia mengatasinya.  Ketegaran dan ketabahan si tokoh bisa jadi inspirasi untuk kita.


3. Kreativitas penulis
Apakah ada ide baru yang diberikan penulis dalam karyanya?  Kreativitas itu bisa berupa, karakter tokoh yang berbeda dari cerpen penulis lain, plot twist yang tak terduga, sudut pandang yang tak lazim, hingga alur yang memikat.


4. Kerapian tulisan dan ketelitian penulis
Karya yang dikirim minim typo dan paham meletakkan tanda-tanda baca pada tempat yang benar, tidak boleh asal ketik.


5. Diksi
Diksi atau pemilihan kata yang tepat jadi keahlian penting untuk pengarang.  Banyak karya  mempunyai alur cerita mirip, tapi yang membedakannya adalah pilihan diksi dari penulis. Bagaimana cara memiliki perbendaharaan diksi yang maksimal? Banyaklah membaca agar mampu menyerap kata-kata yang menjadi kekayaan karya kita.


Nah, ingin membuat cerpen? Dimulai saja dengan rajin menyimak banyak cerpen yang banyak dimuat pada media cetak hingga online.  Setelah itu, yuk belajar buat karakter tokoh versi sendiri, serta kisahkan masalah yang sedang dihadapinya dengan alur menarik.  Kemudian, ceritakan bagaimana cara si tokoh bisa melewati problemnya.


Setelah itu, coba saja kirim ke media atau diikutsertakan pada lomba yang sedang diselenggarakan. Tak perlu minder melihat nama-nama besar pengarang berpengalaman yang juga mendaftar. Semua peserta mendapat peluang yang sama, baik pemula atau profesional. 


Tetaplah semangat menulis.  Siapa tahu rezeki menghampiri dan karya kita bisa dicetak, seperti  buku Antologi Kecewa.


Gambar :
Koleksi pribadi dan diedit oleh Canva

Rabu, 26 Januari 2022

Ngeblog dari Nol, Langkah Awal Blogger Pemula



Foto :  Pixabay dan Canva



Ngeblog. Dari dulu saya sudah sering mendengar istilah ini, namun masih awam dengan pengertiannya karena belum pernah ikutan ngeblog. Istilah blogger sendiri mulai dikenal sejak banyak penulis blog yang membagi tulisan keren, seperti travelling, yang kemudian jadi viral. Dalam bayangan saya, para blogger adalah orang-orang yang punya 1001 macam ide, kemudian dituangkan dalam bentuk tulisan dan visual menarik. Mereka sulit kehabisan ide serta punya cara tertentu untuk tetap konsisten berkarya.  


Rumit juga jadi blogger, begitu sempat muncul opini di pikiran. Selain rajin mencari ide, blogger tentu paham internet. Sedangkan saya hanya tahu  meng-google saja. Namun karena penasaran, saya pernah coba buat blog sendiri. Usaha itu sukses membuat semakin bingung. Banyak istilah-istilah blog yang belum dimengerti. Sempat pula kehabisan tema tulisan. Alhasil blognya lebih sering kosong melompong.


Hingga suatu hari saya dapat info berharga dari teman online. Jangan heran, zaman pandemi begini bisa punya banyak teman  melalui jalur online.  Mereka  berasal dari seluruh penjuru nusantara. Berteman online itu unik. Enggak pernah ketemu, tapi punya hobi sama. Kita belajar dan diskusi melalui WA grup, zoom, atau google meet. Lumayan, nambah ilmu walaupun hanya di rumah saja.


Apa pula info yang diperoleh dari si teman online? Awalnya, kenalan dengan kawan ini melalui salah satu grup kepenulisan dan kita saling follow medsos. Melalui story-nya, dia berbagi link grup WA para blogger pemula. Saya pun coba ikuti. Nama grupnya Ngeblog  dari 0 yang dibuat oleh IIDN (Ibu-Ibu Doyan Nulis). Tujuan saya sebenarnya cuma intip-intip saja karena belum banyak kenalan di sana. Pingin tahu,  kira-kira apa yang akan dibahas nanti?


Di sinilah mulai berkenalan dengan banyak blogger, dari yang sudah berpengalaman hingga yang tertatih-tatih seperti saya. Senang belajar di sini karena masih ada teman  dengan kemampuan tingkat pemula. Maksudnya, enggak bingung sendiri karena bisa bingung bersama :)  Kemudian, pelan-pelan mencoba memahami materi dan mulai menambah wawasan sedikit demi sedikit tentang blog.


Tenyata enggak sia-sia merapat ke sana. Ada pengetahuan dan wawasan yang saya peroleh. Dari grup ini saya tahu ada satu buku yang cocok untuk digunakan oleh para blogger pemula. Judulnya, Ngeblog dari Nol, Panduan Lengkap Belajar Blogging untuk Pemula.


Diedit oleh Canva


Buku yang ditulis oleh Ibu Widyanti Yuliandari (ketua IIDN), Ibu Alfa Kurnia, serta Ibu Nunu Amir, disampaikan dengan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti oleh pembaca.  Inti dari buku ini adalah ilmu dasar yang perlu diketahui seorang blogger pemula. Termasuk dibahas bagaimana cara agar  bisa ngeblog secara konsisten, supaya kelak mendapat manfaat dari ngeblog.


Ngeblog dari Nol, Langkah Awal Membuat Blog Menarik

Apa saja yang bisa diperoleh pembaca dari buku  ini?

Dalam satu paket, ada dua buku yang akan diperoleh pembaca.  Buku pertama, yaitu Ngeblog dari Nol, berisi tentang materi ngeblog untuk pemula lengkap dengan tahapan awal pembuatan blog.  Buku kedua adalah Blog Planner, berupa agenda untuk mencatat rencana tema penulisan blog (blogpost) selanjutnya.  



Diedit oleh Canva
 
Buku ini adalah panduan untuk membuat blog non-TLD (Top Level Domain), alias blog gratisan seperti blogspot dan wordpress. Sedangkan blog berbayar alias TLD, seperti .com dan .id, hanya dibahas sekilas. Mengapa demikian? Karena blogger pemula disarankan untuk fokus dulu pada konsisten menulis.


Inti dari ngeblog adalah membuat tulisan yang menarik dan bermanfaat untuk orang lain.  Sebagai pemula bisa menulis 400 - 500 kata saja sudah jadi latihan yang bagus.  Pemula biasanya bingung sendiri di tengah jalan, karena idenya sering tiba-tiba mandek.  


Agar bisa menulis blog dengan baik, perlu ditambah jam membaca dan berlatih menulis.  Sebelum mulai menulis, dahulukan dulu banyak membaca buku berkualitas. Karena tanpa ide dari bacaan, sulit menemukan topik untuk dipindahkan ke blog. Selain memberikan ide, membaca juga membuat blogger punya banyak kosa kata dan tidak miskin diksi.

Kemudian, barulah mulai berlatih menulis. Sayangkan kalau sudah banyak membaca, tapi idenya berhenti saja di pikiran.  Kenapa tidak coba dituangkan dalam blog?  Siapa tahu tulisan kita bisa menginspirasi orang lain.  Sebagai langkah awal bolehlah dulu menulis pengalaman sendiri. 

Ingin nambah ilmu tentang ngeblog?  Ayo, pesan bukunya di sini.



Langkah Awal Sebagai Blogger

Buku ini cocok sebagai pedoman bagi orang-orang yang mau membuat blog untuk pertama kali.  Sebagai pembuka, dijelaskan tentang cara membuat blogspot dan wordpress. Walaupun di akhir buku ada membahas tentang blog berbayar (TLD), tulisannya hanya berupa perbandingan antara kekurangan dan kelebihan dibandingkan dengan non-TLD.

Kalau masih pemula sebaiknya menggunakan blog gratisan saja alias non-TLD.  Blogger pemula fokus dulu pada usaha membuat tulisan berkualitas.  Karena jika memakai TLD, perlu membayar untuk sewa hosting blog. Sayang kalau uang sudah dibayar, ternyata blognya agak mandek di tengah jalan.


Buku Ngeblog dari Nol akan memberikan panduan bagaimana cara menulis blog secara konsisten dan berkualitas.  Blogger pemula dibimbing agar mampu membuat dan merencanakan blogpost, artinya mandiri membangun blog sendiri. Apa saja keahlian yang diperlukan oleh seorang blogger?  Selain mampu memilih tema dan outline (kerangka tulisan), blogger juga sebaiknya belajar self editing atas karyanya.  


Ngeblog membutuhkan konsisten dan kemauan belajar, serta ketekunan.  Minimal seminggu sekali kita membuat blogpost, jangan sampai blognya kelamaan nganggur. Terus berkarya walaupun pemula biasanya sulit mencari ide, apalagi jika menulisnya masih gagap. Belum lagi dengan membuat foto illustrasi. Latihan demi latihan akan membuat blogger pemula jadi lebih mahir.

Infografis oleh Canva


Belajar dari Blogger Senior

Setelah belajar dasar-dasar ngeblog, buku Ngeblog dari Nol juga memuat contoh-contoh tulisan dari blogger-bloger tanah air yang sudah malang melintang di dunia per-blogger-an. Mereka telah membuktikan kepiawaiannya dengan karya-karya yang sudah banyak dibaca, serta berkualitas dan bermanfaat.

Tulisan mereka bukan untuk membuat para blogger pemula jadi minder, tapi sebagai pembelajaran agar nanti bisa membuat blog yang lebih bagus.  Dengan membaca kaya mereka, kita tahu standard tulisan yang banyak dilirik pembaca.

Mengamati karya orang lain yang sudah lebih dulu sukses, bukan berarti jadi peniru yang tidak punya jati diri.  Setiap blogger unik dan memiliki ciri khas. Silahkan belajar dari tulisan senior, tapi tetap temukan gaya tulisan kita sendiri.  Mudah-mudahan gaya tulisan tersebut bisa jadi kejutan menarik di dunia per-blogger-an.

Blog itu banyak manfaatnya, mulai berbagi opini, berkomunitas dan menambah teman, memperluas  ilmu serta wawasan, hingga jadi mesin penambah pundi-pundi.  Karena alasan tersebut, banyak orang berlomba untuk jadi blogger.

Tidak salah mencari keuntungan dari ngeblog. Cuma, ada saran yang pernah saya dengar dari para blogger yang sudah berpengalaman.  Menurut mereka, tidak ada yang instan dalam arena ngeblog.  Semuanya melewati proses panjang dan belum tahu kapan kita akan memetik hasilnya.  Kesabaran dan ketekunan diperlukan untuk bisa bertahan dan memperoleh manfaat dari ngeblog. 

"Tulis aja dulu, yang lain menyusul," begitu yang sering didengungkan para blogger.

Foto oleh Pixabay dan Canva


Sanggup dan sabar melewati prosesnya? Semua kembali kepada pribadi masing-masing.  Agar tak mudah jenuh dan tetap bersemangat,  sebaiknya cari cara agar ngeblog itu jadi sarana yang menyenangkan.  Tulis saja hal-hal yang jadi hobi kita, supaya tetap termotivasi untuk sering membuat blogpost.  Jadi, ngeblog bukan sekedar rutinitas, tapi tempat menuangkan opini seorang blogger.



Mulai tertarik ngeblog? Ayo, segera pesan buku ini.














 

 

Menikmati Makanan Tradisional Ikan Sulung-sulung pada Akhir Pekan

Ingin mencoba masakan tradisional berbahan ikan mungil yang unik? Suka dengan racikan bercita rasa pedas? Kalau berkunjung ke Medan, bolehla...