Senin, 14 Maret 2022

Resensi Buku Antologi Kecewa dan Tips Mengikuti Lomba Cerpen





Saya sedang duduk di teras, ketika tiba-tiba ada kurir berhenti pas di depan rumah. Pak kurir merogoh tas besar yang nangkring di atas motor, untuk mengambil sebuah kotak.  Nah, ini mungkin buku Antologi Kecewa yang sudah ditunggu-tunggu.


Benar saja, setelah dibongkar isi paket tersebut memang benda yang telah dinanti. Akhirnya.


Sekarang di tangan saya ada buku setebal bantal. Desain sampulnya berwarna abu-abu  bergambar gadis dengan mata terkatup, yang berusaha menahan kesedihan. Latar belakang sampul ikut melukiskan kesan muram dengan dedaun berguguran, serta lambang patah hati. Langit mendung pun menunjukkan suasana jiwa  kelabu.


Dari judulnya, kita sudah bisa menebak isi  buku ini. Cerpen-cerpen di dalamnya menuturkan peristiwa yang banyak kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Ada pedih, sedih, terluka, dan sejenisnya. Miris, tapi hidup harus jalan terus.


Buku yang terdiri dari 678 halaman ini, adalah kumpulan cerpen yang ditulis oleh para peserta Lomba Menulis Cerpen Nasional 2021, bertema 'Kecewa'.  Diadakan oleh Catatan Pena Official, ajang perlombaan  ini cukup menarik. 


Para penulis yang berminat dengan fiksi pendek, bisa berkompetisi untuk memperoleh tempat terbaik. Peserta yang masuk 100 besar, mendapat benefit tertentu, termasuk buku yang barusan tiba di rumah saya.


Yuk, kita simak ulasan buku ini.


Kecewa, Pahit Getir Kehidupan

Ada orang yang belum pernah kecewa?  Hidupnya lurus-lurus saja, mulus tanpa tanjakan apapun.  Semuanya lancar, minus halangan yang berarti. Kalau ada,  selamat ya, karena bisa punya hidup yang sangat sempurna.  Hehehe.


Kalau hidup saya, manusiawi sekali. Hari ini dikecewakan, besok bisa mengecewakan pihak lain, meskipun mungkin tak disengaja. Ketika keinginan kita berbeda dengan orang sekitar, kekecewaan bisa timbul karena harapan tak tercapai.


Dekat dengan kehidupan sehari-hari, buku ini jadi menarik untuk dibaca. Walaupun kisah fiksi, namun alur ceritanya boleh jadi pelajaran untuk kita.


Dari sekian banyak cerpen yang dimuat, ada beberapa yang berkesan bagi saya. Alasannya, kisah-kisah yang mereka tulis menyampaikan makna yang menyentuh. Tokoh-tokoh dalam cerita punya karakter kuat dan  cerita yang relevan dengan situasi sekarang.  


Cerita yang berkesan, bukan cuma berasal dari hasil karya dari para jawara lomba. Peserta yang masuk urutan kesekian, ada juga yang mempersembahkan kisah menawan. 



Ini sebagian ceritanya.


Tahanan dari Gua Langse, karya Dadang Ari Murtono.

Bagi yang hobi membaca cerpen dan karya sastra, nama Dadang mungkin tak asing lagi. Karya beliau banyak berseliweran di festival cerpen dan sering masuk dalam deretan juara.  Beberapa bukunya juga sudah dicetak.


Kalau ada yang beranggapan cerpen hanya ilham semata, sebaiknya baca dulu tulisan Dadang. Cerpen beliau unik karena ada perpaduan antara ilham dan riset sejarah. Dalam karya Dadang, muncul sosok yang pernah kita baca saat pelajaran sejarah di sekolah dulu, seperti kisah Tahanan dari Gua Langse.


Cerpen ini berkisah tentang seorang wanita berbadan super gemuk yang tidak bisa keluar dari Gua Langse. Sultan Agung, Raja  Mataram dari era lampau, yang menunjuknya sebagai juru kunci gua tersebut, menyediakan semua kebutuhan wanita ini, sehingga tak perlu keluar.  Namun, diam-diam wanita ini mencari kesempatan agar bisa keluyuran.


Ratusan tahun kemudian, setelah Sultan Agung meninggal, wanita tersebut akhirnya bisa lolos dari gua. Dia kebingungan melihat dunia luar yang belum pernah dikunjungi. Kesalahpahaman demi kesalahpahaman dengan penduduk setempat mulai terjadi. 


Banyak kejadian jenaka muncul selama wanita ini berbaur dengan masyarakat. Peristiwa tersebut sebenarnya tak asing lagi bagi kita, karena menyindir rutinitas sehari-hari.


Air Mata untuk Nek Umayi, oleh Kurnia Effendi

Saya kenal karya Kurnia Effendi sejak zaman bacaan remaja masih berjaya, yaitu saat majalah masih berseliweran di kios-kios buku, serta jadi  primadona para ABG.  Dari dulu beliau sudah sering menulis cerpen romantis dan juga kerap memenangi banyak lomba menulis. 


Namun, cerpen Air Mata untuk Nek Umayi sama sekali bukan cerita romantis. Kisahnya bertutur tentang kekecewaan dalam hubungan kekeluargaan.  Pengarang menceritakan tentang seorang cucu berbakti, namun diabaikan oleh sang Nenek.  Sebaik apapun tingkah lalu si cucu, Nenek tak pernah menggubris. Namun, kemudian ada kejutan. Walaupun terlambat, akhir cerita ini cukup melegakan.





(Ke)Tagihan, karya Marisa Dwi Kesuma Wardani

Ceritanya miris dan mengingatkan saya pada generasi sandwich, yang sekarang banyak terjadi.


Generasi sandwich adalah orang berusia produktif yang terjebak antara mengurus orang tua dan anak-anaknya.  Mereka bekerja keras karena menjadi tulang punggung untuk membiayai kebutuhan keluarga.


Cerpen ini berkisah tentang seorang wanita yang berprofesi sebagai pedagang online.  Dia sedang bersedih karena kematian adik laki-laki.  Masalah bertambah dengan istri adiknya yang punya banyak hutang, dan harus dilunasi.  Sementara, ayah dan ibunya juga perlu biaya hidup yang tak sedikit.  


Selesai sampai di situ?  Belum.  Dia pernah melunasi hutang-hutang suaminya, namun kemudian ditinggal demi wanita lain. Mantannya pun lepas tangan mengenai biaya puteri tunggal mereka.


Membaca cerita ini, jadi timbul pertanyaan. Berbuat baik itu mulia, tapi setiap orang juga punya kemampuan masing-masing. Bagaimana batasannya agar kemurahan hati tak dimanfaatkan oleh orang lain?


Cerita Singkat Milik Darmini dan Sarmilah, karya Santi Setya Jayaningsih

Cerpen ini berkisah tentang perseteruan antara kakak ipar dan adik ipar, yang berbeda status sosial. Di awal cerita, pembaca bisa merasa geram pada salah satu tokoh karena terkesan egois, arogan, dan tak punya perasaan.  Namun menjelang akhir, kita bakalan kaget dengan kenyataan sebenarnya.


Nah, itu hanya sebagian kecil cerita yang dimuat di buku. Mudah-mudahan ulasan tersebut bisa jadi illustrasi singkat tentang isi  antologi.


Kisah-kisah sedih yang beragam, pembaca pun ikut iba melihat nasib tokoh-tokohnya.  Hampir semua tokoh sudah berusaha berbuat baik, menyenangkan hati orang yang mereka sayangi, namun justru kepedihan yang diperoleh.


Umumnya, sosok yang paling berpotensi mengecewakan kita adakah orang-orang terdekat. Kepada mereka, kita sering menaruh harapan besar, walau tak jarang kekecewaan yang didapat. Sebenarnya, bukan seratus persen salah orang lain, karena tak ada manusia yang sempurna, serta mau mengerti kita seutuhnya.  


Atau boleh jadi mereka tak bermaksud mengecewakan, tapi kita yang terlalu berharap.


Cerpen, antara Fiksi dan Kenyataan

Sejak kecil, cerpen sudah familiar sebagai bacaan ringan. Dulu kita mengenalnya dalam bentuk cerita anak (cernak), serta dongeng yang memikat. Mungkin banyak yang menjadikan cerita tersebut sebagai pengisi waktu luang.  Ya, cocok juga sebagai pengisi waktu luang yang kadang tak panjang. Karena ditulis secara singkat, kisahnya bisa langsung tuntas dibaca saat itu juga.


Setelah dewasa kita mengenal cerpen yang isinya lebih beragam.  Kalau cernak, berisi paling banyak 1.000 kata, maka cerpen terdiri dari maksimal 10.000 kata.  Genrenya juga lebih luas, tidak hanya rutinitas, tapi juga percintaan, kisah jenaka, hingga politik. Umumnya cerpen adalah cerita fiksi, cuma karangan dari penulis.



Menurut pakar Bahasa Indonesia, J.S Badudu, cerpen hanya menekankan pada satu peristiwa dan tokoh tertentu. Alur cerita berputar pada sosok tunggal yang menjadi sentral cerita.


Sedangkan menurut pengarang H. B Jassin, cerpen terdiri dari tiga pokok utama, yaitu pembuka, inti masalah, dan terakhir tokoh berusaha menemukan solusi dari masalah.


Cerpen memang cerita fiksi, namun kalau menyimak isinya, pembaca bisa teringat pada kejadian yang mungkin pernah dilihat dalam kehidupan nyata. Hmm ...


Tips untuk Menulis dan Ikutan Lomba Cerpen


Singkat dan padat, begitulah cerpen-cerpen dalam buku ini.  Cerita-ceritanya mengalir lancar dan dituturkan secara menyentuh. Kekecewaan tokoh-tokohnya dikisahkan secara detail dengan kepedihan mereka.


Walaupun singkat, bukan mudah juga membuat cerpen.  Apalagi panitia lomba punya kriteria tertentu untuk memilih jawara. Biasanya, penilaian berdasarkan :


1. Kesesuaian tema dengan cerita

Cari tahu apa yang menjadi tema lomba ini.  Pilihlah tokoh dan alur cerita unik yang mungkin tidak terpikirkan oleh peserta lain.  Misalnya, kalau temanya cinta tanah air, buatlah kisah berbeda, seperti cinta seorang warga negara asing pada Indonesia. Saking cintanya, dia enggan meninggalkan Ibu Pertiwi.


2. Pesan yang ingin disampaikan penulis
Melalui cerpen tersebut, ada makna yang bisa diambil oleh pembaca.  Saat tokoh dalam cerita mengalami masalah, jelaskan bagaimana cara dia mengatasinya.  Ketegaran dan ketabahan si tokoh bisa jadi inspirasi untuk kita.


3. Kreativitas penulis
Apakah ada ide baru yang diberikan penulis dalam karyanya?  Kreativitas itu bisa berupa, karakter tokoh yang berbeda dari cerpen penulis lain, plot twist yang tak terduga, sudut pandang yang tak lazim, hingga alur yang memikat.


4. Kerapian tulisan dan ketelitian penulis
Karya yang dikirim minim typo dan paham meletakkan tanda-tanda baca pada tempat yang benar, tidak boleh asal ketik.


5. Diksi
Diksi atau pemilihan kata yang tepat jadi keahlian penting untuk pengarang.  Banyak karya  mempunyai alur cerita mirip, tapi yang membedakannya adalah pilihan diksi dari penulis. Bagaimana cara memiliki perbendaharaan diksi yang maksimal? Banyaklah membaca agar mampu menyerap kata-kata yang menjadi kekayaan karya kita.


Nah, ingin membuat cerpen? Dimulai saja dengan rajin menyimak banyak cerpen yang banyak dimuat pada media cetak hingga online.  Setelah itu, yuk belajar buat karakter tokoh versi sendiri, serta kisahkan masalah yang sedang dihadapinya dengan alur menarik.  Kemudian, ceritakan bagaimana cara si tokoh bisa melewati problemnya.


Setelah itu, coba saja kirim ke media atau diikutsertakan pada lomba yang sedang diselenggarakan. Tak perlu minder melihat nama-nama besar pengarang berpengalaman yang juga mendaftar. Semua peserta mendapat peluang yang sama, baik pemula atau profesional. 


Tetaplah semangat menulis.  Siapa tahu rezeki menghampiri dan karya kita bisa dicetak, seperti  buku Antologi Kecewa.


Gambar :
Koleksi pribadi dan diedit oleh Canva

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Maksimalkan Manfaat Gaming untuk Lansia Bersama ROG Phone 8

    "Wah, Nenek masih mahir ikut gaming."     Kalimat ini akan terucap dari seorang cucu yang menyaksikan Neneknya mahir mengutak-...