Langsung ke konten utama

Pemandian Karang Anyar Simalungun : Menikmati Wisata Alam Jernih dan Sejuk


Niat awal saya berkunjung ke Pemandian Karang Anyar Simalungun sekadar memuaskan rasa penasaran. Dulu, bersama orang tua sering berkunjung ke mari untuk bersantai. Selain itu, pernah datang ke tempat ini dalam rangka karya wisata dari sekolah. Bertahun-tahun saya tak pernah singgah lagi. Seperti apa penampakannya sekarang?


Jadi, karena hanya ingin mengenang masa lalu, saya tidak membawa baju ganti. Tidak sedikit pun terlintas di benak untuk mandi di sungai. Rencananya, hanya lihat-lihat sebentar, langsung pulang. Lagi pula seingat saya dulu airnya keruh, persis seperti barusan digunakan mandi beramai-ramai.


Ternyata sesampai di sana, saya kaget. Airnya bening seperti kaca, bahkan bisa melihat hingga ke dasar. Sungainya pun tidak dalam, sekitar selutut orang dewasa, hingga cocok untuk anak-anak. Hanya saja, sungai jernih kurang sepadan dengan pondok-pondok yang kurang tertata. Tetapi, sebagai salah satu wisata alami di Sumatera Utara, tempat ini bolehlah untuk rekomendasi akhir pekan bersama keluarga.


Pemandian Karang Anyar, Desa Rejo Simalungun

Bukan cuma pemandian, bagi yang hobi memancing tersedia kolam khusus mengail ikan. Tempatnya tentu berbeda dengan kolam pemandian. Saya sempat kecele mengira di kolam pemandian ada ikan. Air bening saya pandangi lama-lama, tapi kok enggak ada penampakan? Ternyata tempatnya berbeda. Dulu pun kolam pancing memang dibedakan dengan tempat berenang.


Seperti apa situasi wisata alam Simalungun ini sekarang? Yuk, kita bahas bersama.


Lokasi dan Akses Menuju Pemandian Karang Anyar Simalungun

Pemandian ini berlokasi di Jl. Ade Irma, Desa Karang Rejo, Kecamatan Gunung Maligas, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara. Jika ditempuh dari Medan sekitar 2 jam melalui ruas jalan tol. Dari Pematang Siantar lebih dekat lagi. Hanya butuh waktu 15 – 20 menit dengan angkutan umum dari stasiun pusat kota, yaitu Pasar Horas. Kalau menggunakan kendaraan pribadi, tentu lebih cepat.


Bagaimana kondisi jalan ke sana? Awalnya bagus, tapi beberapa kilometer sebelum tiba di lokasi, akhirnya bertemu dengan jalan berlubang. Meskipun angkot yang saya tumpangi tidak memasang musik, tapi penumpang dijamin bergoyang-goyang. Mudah-mudahan jalan segera diperbaiki oleh pihak berwenang.


Setiba di sana, saya agak bingung melihat penampakan awal tempat ini. Pondoknya kurang terawat dan banyak tanaman liar di sekeliling pondok. Meski demikian, pengunjung tetap ramai. Saya datang Jumat pagi menjelang siang. Banyak anak-anak sekolah yang mampir ke sana untuk mandi beramai-ramai. Seperti apa di dalam? Oke, ini baru awal, mari dilanjutkan.


Pintu masuk ke wisata pemandian alam 

Ternyata, setelah melihat airnya yang bening, jelas sudah alasan mengapa orang tetap mengunjungi tempat ini. Pondok boleh kurang rapi, tapi airnya memang sebening kaca dan kebiruan. Pokoknya, kalah dibandingkan kolam berenang. Situasi sungai berbeda sekali dengan zaman saya kanak-kanak dulu.


Air sungai sebening kaca

Meskipun banyak pengunjung sudah bermain-main dalam sungai, tapi airnya tetap bening. Tidak muncul lumpur yang menyebar dan membuatnya keruh. Meski sungainya dangkal, banyak anak yang melompat dari pinggiran. Airnya tenang membuai.


Pengunjung mulai memadati pemandian

Namun, tunggu dulu. Beberapa meter dari tempat awal, saya melihat ada sungai yang juga dangkal, tapi berarus cukup deras. Sayang, saya tidak membawa pakaian ganti. Padahal, enak asyik juga duduk di bebatuan yang dialiri air deras. Kulit seperti dipijat-pijat. Mungkin lain waktu. Setidaknya, sudah melihat lokasi yang bisa dijadikan tempat pemandian alami akhir pekan.


Sampah plastik yang menyangkut di sungai

Cuma, ada sedikit saran untuk kebersihan tempat wisata ini. Pemandian Karang Anyar memang sejuk dengan air sebening kaca. Saking beningnya, pengunjung dapat melihat sampah berserakan di dasar sungai. Bukan dedaunan pohon, tetapi plastik pembungkus makanan kemasan. Sayang jika air sungai bening, tercemar tumpukan sampah di dasar sungai. Mudah-mudahan lain kali pengunjung mau membuang sampah pada tempatnya.


Kolam khusus memancing

Jalan sedikit ke depan, saya melihat ada kolam yang lebih luas. Bangunannya rapi dan berkesan modern. Didirikan berkat kerja sama dengan salah satu bank swasta, ternyata lokasi ini sudah dipermak sedemikian rupa menjadi Desa Wisata Karang Anyar (Dewika). Bangunan tersebut difungsikan bagi pemancing. Jadi, jika para ibu dan anak-anak mandi di sungai, bapak-bapak bisa menunggu sambil memancing. Cocok, kan.


Keunikan Tempat Wisata

Sumber Pemandian Karang Anyar bebas kaporit karena berasal dari mata air alami. Suasana sekitarnya masih dikelilingi pepohonan. Udara terasa sejuk, alami, dan asri, masih persis seperti bertahun-tahun yang sudah berlalu. Namun, ada lokasi yang masih terlihat sama seperti zaman dulu. Meskipun telah ditambahkan dengan bangunan modern, terdapat peninggalan kolam pancing versi zaman dulu, seperti foto berikut.


Kolam pancing versi jadul 

Begitu sederhananya kolam pancing dulu. Di pinggiran kolam hanya tersedia pondok kecil tempat pemancing berteduh. Meskipun ala kadarnya, pondok-pondok tersebut tetap disewa. Berbeda dengan fasilitas memancing sekarang dengan bangunan lebih mutakhir. Walaupun demikian, tetap ada pengunjung yang memancing di kolam lama. Sensasinya mungkin beda, ya.


Di kolam ini masih banyak anak-anak mencari ikan

Beberapa anak warga setempat ikut menangkap ikan di kolam alami ini. Saya penasaran, apakah ada ikan lele atau ikan mas? Setelah ditanya, ternyata, hanya ada ikan kecil, seperti ikan hias yang sering kita lihat di pedagang kaki lima. Saya lupa pula memotret ikan yang kumpulkan anak-anak itu dalam botol air mineral. Begitu mereka pergi, baru ingat. Ya, sudahlah.


Fasilitas Pemandian

Jika berkunjung ke tempat wisata, apalagi pemandian, fasilitas kamar mandi biasanya menjadi perhatian utama. Soalnya, tempat ini diandalkan untuk aktivitas alami manusia, hingga berganti pakaian setelah berbasah-basahan. Bagaimana pula dengan fasilitas kamar mandi di Pemandian Karang Anyar Simalungun? Bersihkah?


Memang sebagian kamar mandi sudah tak berfungsi lagi. Ada pula yang masih digunakan, hanya kondisinya yang kurang layak pakai. Tetapi, sebagian. Di sana masih ada kamar mandi yang bersih. Marmernya pun putih berkilat, air kran mengalir, serta letaknya berdampingan dengan pemandian. Jadi, pengunjung tidak perlu berjalan jauh untuk aktivitas ke belakang atau berganti pakaian.


Dari tempat ini pengunjung dapat mandi sambil menyewa pondok


Untuk sewa pondok dan tikar, tertulis harganya sekitar Rp 20 ribu. Saya tidak bertanya langsung karena memang tak berniat mandi dan menyewa pondok. Di sekitar lokasi banyak bangku beton dilapisi marmer yang adem diduduki. Saat panas terik tetap aman karena dinaungi atap. Tempatnya pun berdekatan dengan rumah-rumah penduduk.

Bangku beton tempat bersantai


Saat duduk, tiba-tiba datang makhluk-makhluk yang tak disangka. Awalnya saya pikir kucing yang memanjat pagar, ternyata sekumpulan monyet. Mereka datang beramai-ramai dan bermain di dekat tempat saya duduk. Untunglah mereka tidak mengganggu, hanya berseliweran. Cuma, sebaiknya jangan didekati. Mereka sempat memamerkan taring ketika ada warga yang mencoba mengusir.


Segerombolan monyet bermain dekat lokasi wisata


Hewan-hewan ini banyak berkeliaran di sekitar lokasi, bahkan hingga ke pondok-pondok pemandian. Wajar saja karena memang tempat pemandian ini dikelilingi pepohonan. Monyet-monyet itu hanya bermain-main bersama, memanjat pohon, hingga naik ke atap rumah penduduk. Asalkan tidak diusili, mereka tetap adem ayem dengan kelompoknya, bahkan tidak meminta makanan.



Mereka berkeliaran dekat pemukiman penduduk


Bicara soal makanan, kayaknya kurang lengkap berkunjung ke lokasi wisata tanpa ada penganan. Apalagi habis berendam, biasanya kedinginan dan membuat perut keroncongan. Pada Pemandian Karang Anyar Simalungun ini, saya lihat pilihan makanannya masih terbatas. Di beberapa warung hanya tersedia aneka gorengan dan mie, serta minuman. Saya sama sekali tidak menemukan nasi dan lauk pauknya.


Apakah memang tidak tersedia, atau warungnya masih tutup karena pengunjung belum banyak? Saya tidak tahu. Bagi yang kurang cocok dengan jenis menu di atas, sebaiknya membawa bekal sendiri. Sayangkan, kalau sudah kedinginan malah kelaparan lagi. Bukannya bergembira, justru jadi kepingin cepat pulang untuk mencari pengganjal perut.


Sungai jernih dan tenang


Tips Berkunjung ke Pemandian Karang Anyar Simalungun

Di bawah ini ada sedikit saran bagi yang ingin berkunjung ke pemandian ini.

▪︎ Datang lebih pagi supaya bisa menikmati suasana sepi dan tenang.

▪︎ Bawa pakaian ganti, meski awalnya tidak berniat mandi. Sekadar berjaga-jaga siapa tahu niatnya berubah.

▪︎ Siapkan bekal makanan favorit dari rumah. Menu makanan di pemandian belum tentu sesuai dengan selera pribadi.

▪︎ Jangan buang sampah sembarangan. Mari bersama menjaga keindahan alami sungai sekitar.

▪︎ Hati-hati berinteraksi dengan hewan liar, seperti monyet. Percayalah, ketika marah mereka sama sekali tidak menggemaskan.


Menikmati Nuansa Lokal di Pemandian Karang Anyar Simalungun

Jika ingin mengunjungi lokasi ini dalam situasi yang tenang, datanglah lebih pagi. Suasananya selaras dengan keheningan pepohonan di sekeliling sungai. Meski pun hari biasa, semakin sore maka semakin ramai pengunjung yang datang. Akhir pekan atau hari libur, tentu tempat ini penuh dengan orang-orang yang menikmati liburan.


Mau menghabiskan waktu bersama teman atau keluarga dalam nuansa seru, tapi tetap hemat? Pemandian Karang Anyar Simalungun bisa menjadi pilihan tepat. Lokasinya cukup dekat dari pusat kota Pematang Siantar. Pengunjung tidak dikenakan biaya masuk, hanya membayar parkir bagi yang membawa kendaraan. Lingkungan alami, asri, dan sejuk menemani orang-orang berendam dalam air sebening kaca.


Yuk, atur jadwal ke sana jika sedang berkunjung ke Simalungun, Sumatera Utara.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Prioritaskan Kesehatan Mata Sebagai Investasi Seumur Hidup

Kaca mata identik dengan orang tua dan kakek nenek lansia. Penglihatan yang mulai mengabur karena faktor usia ataupun penyakit, membuat para warga senior banyak yang bermata empat. Namun, apa jadinya kalau anak-anak sudah menggunakan kaca mata? Berkaca mata sejak usia 12 tahun, saya paham bagaimana risihnya dulu pertama kali memakai benda bening berbingkai ini. Saat masuk ke kelas, ada beragam tatapan dari teman-teman, mulai dari yang bingung, merasa kasihan, sampai yang meledek.  "Ih, seperti Betet!" Begitu gurauan seorang anak diiringi senyum geli. Hah, Betet? Sejak kapan ada burung Betet yang memakai kaca mata.  Cerita beginian cuma ada di kisah dongeng. Terlalu berlebihan. Candaannya diabaikan saja Waktu itu,  bukan perkara mudah menjadi penderita rabun jauh atau miopia. Apalagi di sekolah saya tidak banyak anak yang memakai kaca mata. Kalau kita beda sendiri, jadi kelihatan aneh.  Padahal, siapa juga yang mau terkena rabun jauh? Walaupun risih, keluhan mat...

Ketika Konten Blog Menggeser Sistem Marketing Jadul

Dahulu kala ketika internet belum semasif sekarang, rumah sering didatangi Mbak-mbak atau Mas-mas  berpenampilan menarik. Dengan senyum menawan, mereka mengulurkan tangan menawarkan produk dari perusahaannya. "Maaf, mengganggu sebentar. Mari lihat dulu sampel produk kami dari perusahaan XYZ." Begitu mereka biasanya memperkenalkan diri. Mayoritas pemilik rumah langsung menggeleng sambil meneruskan aktivitasnya. Sebagian lagi acuh sembari mengalihkan perhatian. Ada juga yang masuk ke rumah dan menutup pintu. Respon para salesman tersebut pun beragam. Beberapa orang dengan sopan berlalu dari rumah, tapi ada pula yang gigih terus mendesak calon konsumen.  Walaupun upayanya nihil karena tetap dicuekin. Saat dulu masih kanak-kanak, saya pernah bertanya pada orang tua. Kenapa tidak membeli produk dari mereka? Kasihan sudah berjalan jauh, terpapar sengatan sinar matahari pula. Mereka pun sering diacuhkan orang, bahkan untuk salesgirl beresiko digodain pria iseng. Jawaban orang tua ...

Konservasi Hutan untuk Ekonomi Hijau bersama APRIL Group

Gerakan ekonomi hijau atau Green Ekonomy mulai disosialisaikan oleh United Nation Environment Program (UNEP) pada tahun 2008. Konsep ini menitikberatkan pada kegiatan ekonomi untuk kemajuan negara, dengan memperoleh keuntungan bersama antara produsen dan konsumen, tanpa merusak lingkungan. Salah satu lingkungan yang dipantau adalah hutan. Sebagai salah satu pabrik pulp dan kertas terbesar di dunia,  pengalaman APRIL Group , melalui anak perusahaannya PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) di Pangkalan Kerinci, Riau, Indonesia, dapat menjadi referensi untuk pelestarian lingkungan. Perusahaan tetap konsisten mengelola pabrik, tanpa mengabaikan alam, bahkan  melalui program APRIL2030 , ikut meningkatkan  kesejahtearaan masyarakat  dan turut mengurangi emisi karbon . Yuk, kita simak aktivitas ekonomi hijau bersama perusahaan ini. Ekonomi Hijau untuk Menjaga Keanekaragaman Hayati  Sumber : Pixabay  Konservasi Hutan untuk Mencegah Deforestasi Setiap tahun, perusah...