Langsung ke konten utama

Mengenal Cimpa dan Kue Jagung, Cemilan Manis Khas Sumut


Jika berkunjung ke Sumatera Utara (Sumut), jangan lupa mencicipi cimpa dan kue jagung (jong labar). Cemilan manis ini merupakan makanan khas suku Batak Karo.


Sebelum melanjutkan ulasan tentang kue, saya ingin membahas sedikit mispersepsi tentang suku Batak. Batak sering dipersepsikan hanya terdiri dari satu suku. Padahal, ada 6 sub suku Batak, yaitu Toba, Simalungun, Karo, Pakpak, Mandailing, dan Angkola. 


Setiap sub suku memiliki ciri khas bahasa, hidangan, upacara, rumah, serta busana adat yang berbeda-beda. Perbedaan ini menjadi keunikan di Sumut.


Cimpa merupakan salah satu ciri khas hidangan dari sub suku Batak Karo.  Kudapan ini sering disediakan dalam berbagai acara seperti pernikahan, masuk rumah baru, hingga kerja tahun (pesta syukuran atas panen).  


Tampilan kue-kue ini sederhana karena hanya dibungkus dengan daun pisang. Cuma hati-hati, penampilan bisa saja menipu. Buktinya, dalam berbagai acara, biasanya cimpa dan kue jagung yang terhidang langsung habis tak bersisa.


Cimpa

Cimpa terdiri dari tiga jenis, yaitu :


# Cimpa Unung-unung

Meski proses pembuatannya agak rumit, cimpa unung-unung yang paling banyak disajikan pada acara-acara. Bentuknya persis seperti gambar yang tertera di blog ini.


Cimpa unung-unung tahan tanpa basi dalam beberapa hari, meskipun tidak disimpan di kulkas. Namun, kalau agak kelamaan teksturnya jadi mengeras. Supaya layak dikonsumsi kembali, cemilan ini cukup dikukus dan dihidangkan selagi hangat.


Atas : Kue jagung
Bawah : Cimpa

Bahan-bahannya pun mudah ditemukan di pasaran. Sediakan saja tepung ketan merah atau putih untuk bahan kulit. Campurkan tepung tersebut dengan sedikit air. 


Kemudian bentuk pipih dan isi dengan inti, yaitu kelapa dan gula merah yang diaduk rata. Setelah diisi, tutup adonan dan bungkus rapi dengan daun pisang. Kukus sekitar 20 - 30 menit. Nah, sudah siap disajikan.


# Cimpa tuang

Proses pembuatan cimpa tuang cukup mudah dan praktis. Mungkin kudapan ini bisa disebut cemilan cepat saji ala Karo.


Semua bahan, seperti tepung ketan, tepung beras, telur, kelapa, gula merah, dicampur dalam satu adonan. Kemudian, ambil wajan dan oleskan permukaannya dengan minyak. Tuang adonan sekitar satu sendok sayur. Jangan lupa dibalik-balik hingga matang.  Simpel, kan.


Inti cimpa dan kue jagung


# Cimpa Matah

Ini lebih simpel lagi. Bahan-bahan cimpanya tidak dimasak alias mentah (matah). Waduh! Gimana rasanya? Tapi, jika disajikan, tetap ada kok penggemarnya.


Semua bahan-bahan cimpa, yaitu tepung beras, tepung ketan, gula merah, dan kelapa, ditumbuk menjadi satu.  Hasilnya berupa bubuk yang disajikan di atas piring.  Hidangan ini hanya tahan seharian saja, setelah itu basi.


Iyalah, mentah.


Kue Jagung (Jong Labar)

Walaupun dicampur gula, kue ini ada jejak pedasnya sebab dibubuhi merica.  Teksturnya lembut karena ada olahan tepung, sekaligus kasar sebab masih menyisakan serat jagung.  Tapi, tetap enak, kok, disantap.


Sama seperti cimpa, kue ini disajikan pada acara masuk rumah baru, pernikahan, kerja tahun, atau sekadar kumpul-kumpul keluarga. Cemilan ini enak dikonsumsi saat mengobrol dengan kerabat.



Sepiring cimpa dan kue jagung


Bahannya juga mudah diperoleh, cara membuatnya pun tidak rumit. Jagung manis diblender atau diserut dan gula merah dihaluskan. Kemudian tambahkan merica, maizena, terigu, kelapa parut, serta bubuhkan sedikit garam. 


Semua bahan tersebut dicampur dan dibungkus dengan daun pisang. Setelah itu kukus selama 30 menit. Jika sudah matang dijamin lezat, wangi, dan menggugah selera.


Cimpa dan Kue Jagung Perekat Kekerabatan

Tidak ada filosofi khusus dari kedua kudapan ini.  Namun, rasanya yang manis karena dibubuhi gula, serta teksturnya yang lengket karena berbahan dasar tepung ketan, melukiskan kekerabatan erat.  


Kumpul-kumpul bareng keluarga atau teman, hendaknya diwarnai dengan suasana yang manis dan ceria seperti gula. Obrolan yang diselingi dengan nuansa akrab dan erat, diilustrasikan melalui kelekatan tepung ketan. Nah, pesannya sudah cocok, kan, dengan bahan-bahan kue. 


Jadi, jika kapan-kapan berkunjung ke Sumut, coba temukan cimpa dan kue jagung. Ada yang bilang kue cimpa mirip dengan kue unti dari Betawi, atau kue Bugis dari Makassar. Namun, setiap daerah pasti memiliki ciri khas tersendiri.


Kalau belum dicoba, nggak tahu, kan, ciri khas cemilan adat Karo ini? Selamat berburu dan menikmati cimpa.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Prioritaskan Kesehatan Mata Sebagai Investasi Seumur Hidup

Kaca mata identik dengan orang tua dan kakek nenek lansia. Penglihatan yang mulai mengabur karena faktor usia ataupun penyakit, membuat para warga senior banyak yang bermata empat. Namun, apa jadinya kalau anak-anak sudah menggunakan kaca mata? Berkaca mata sejak usia 12 tahun, saya paham bagaimana risihnya dulu pertama kali memakai benda bening berbingkai ini. Saat masuk ke kelas, ada beragam tatapan dari teman-teman, mulai dari yang bingung, merasa kasihan, sampai yang meledek.  "Ih, seperti Betet!" Begitu gurauan seorang anak diiringi senyum geli. Hah, Betet? Sejak kapan ada burung Betet yang memakai kaca mata.  Cerita beginian cuma ada di kisah dongeng. Terlalu berlebihan. Candaannya diabaikan saja Waktu itu,  bukan perkara mudah menjadi penderita rabun jauh atau miopia. Apalagi di sekolah saya tidak banyak anak yang memakai kaca mata. Kalau kita beda sendiri, jadi kelihatan aneh.  Padahal, siapa juga yang mau terkena rabun jauh? Walaupun risih, keluhan mata tidak boleh

Konservasi Hutan untuk Ekonomi Hijau bersama APRIL Group

Gerakan ekonomi hijau atau Green Ekonomy mulai disosialisaikan oleh United Nation Environment Program (UNEP) pada tahun 2008. Konsep ini menitikberatkan pada kegiatan ekonomi untuk kemajuan negara, dengan memperoleh keuntungan bersama antara produsen dan konsumen, tanpa merusak lingkungan. Salah satu lingkungan yang dipantau adalah hutan. Sebagai salah satu pabrik pulp dan kertas terbesar di dunia,  pengalaman APRIL Group , melalui anak perusahaannya PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) di Pangkalan Kerinci, Riau, Indonesia, dapat menjadi referensi untuk pelestarian lingkungan. Perusahaan tetap konsisten mengelola pabrik, tanpa mengabaikan alam, bahkan  melalui program APRIL2030 , ikut meningkatkan  kesejahtearaan masyarakat  dan turut mengurangi emisi karbon . Yuk, kita simak aktivitas ekonomi hijau bersama perusahaan ini. Ekonomi Hijau untuk Menjaga Keanekaragaman Hayati  Sumber : Pixabay  Konservasi Hutan untuk Mencegah Deforestasi Setiap tahun, perusahaan mampu memproduksi 2,8 jut

Ketika Konten Blog Menggeser Sistem Marketing Jadul

Dahulu kala ketika internet belum semasif sekarang, rumah sering didatangi Mbak-mbak atau Mas-mas  berpenampilan menarik. Dengan senyum menawan, mereka mengulurkan tangan menawarkan produk dari perusahaannya. "Maaf, mengganggu sebentar. Mari lihat dulu sampel produk kami dari perusahaan XYZ." Begitu mereka biasanya memperkenalkan diri. Mayoritas pemilik rumah langsung menggeleng sambil meneruskan aktivitasnya. Sebagian lagi acuh sembari mengalihkan perhatian. Ada juga yang masuk ke rumah dan menutup pintu. Respon para salesman tersebut pun beragam. Beberapa orang dengan sopan berlalu dari rumah, tapi ada pula yang gigih terus mendesak calon konsumen.  Walaupun upayanya nihil karena tetap dicuekin. Saat dulu masih kanak-kanak, saya pernah bertanya pada orang tua. Kenapa tidak membeli produk dari mereka? Kasihan sudah berjalan jauh, terpapar sengatan sinar matahari pula. Mereka pun sering diacuhkan orang, bahkan untuk salesgirl beresiko digodain pria iseng. Jawaban orang tua