Langsung ke konten utama

Ini Manfaat dan Efek Samping dari Konsumsi Daun Kelor

 


Ada yang unik dari daun kelor. Jenis tumbuhan ini lebih terkenal dalam buku-buku bahasa daripada di lapak pasar. Namanya kerap disebut dalam peribahasa populer. Siapa yang belum pernah mendengar peribahasa Dunia Tak Seluas Daun Kelor? 


Ketika masih memakai seragam merah putih, guru bahasa pernah menjabarkan makna kalimat ini. Artinya sederhana, tapi memberi makna penyemangat. Murid-murid sebaiknya jangan melihat lingkungan dari sudut pandang sempit. Dunia ini luas. Selalu ada peluang dan kesempatan jika mau sedikit berupaya. 


Meski populer dalam kalimat sastra, jenis sayuran ini nyaris tak pernah terlihat di lapak penjual. Daun kelor kalah pamor dari jenis sayuran lain. Ini fakta di pasar tempat saya biasa berbelanja. Kalau di lokasi lain, saya kurang tahu. Beda daerah bisa berbeda pula seleranya, kan?


Saya jarang mendengar ada yang mencari daun kelor di pasar. Ibu-ibu cenderung memilih sawi, bayam, kangkung, dan kawan-kawannya. Dulu, bagaimana bentuk daun kelor pun saya tak tahu. Istilahnya cuma didengar dari buku. 


Saya sempat berpikir kalau daun kelor cuma mitos. Kalaupun ada, pasti tak bisa dikonsumsi. Jika boleh dikonsumsi, seharusnya sudah laris dan sering dicari orang.


Dugaan itu salah. Daun kelor yang kurang populer sebagai sayuran, ternyata ada di sekitar rumah saya. Pohonnya cukup tinggi seperti tumbuhan liar. Dia berdiri gagah di pinggiran jalan. Bagi yang nggak tahu, pasti mengira tanaman ini hanya tumbuhan hiasan belaka. Tak kelihatan seperti sayuran.


Saya lebih kaget lagi pas melihat ada orang yang memetik dedaunannya untuk dijadikan hidangan. Konon, daun-daunnya yang seperti kipas itu enak dimasak.


Oo, ternyata bisa dimakan, toh. 


Kesan dan Pesan Setelah Berkenalan dengan Daun Kelor

Karena penasaran, saya pun ikut memasak daun kelor. Pertama-tama, minta izin dulu sama yang punya. Meskipun tumbuh di pinggiran jalan, ternyata pohon ini ada pemiliknya. Jadi demi etika, sebaiknya permisi dulu.


Pohon kelor yang kokoh dan mudah bertumbuh di lokasi pemukiman


Menurut saya, tumbuhan kelor lebih cocok disebut pohon daripada sayuran. Berbeda dengan sawi atau kangkung yang berbatang lunak dan mungil, pohon kelor memiliki batang yang lebih keras dan tinggi. Saat hujan badai ataupun panas terik, dia tetap kokoh berdiri seperti menantang alam.  


Dedaunannya tidak terlalu semak. Pohon ini cukup indah kalau ditanam di depan rumah. Meskipun tidak terlihat bunga atau buah-buahan, tampilannya tetap menarik dipandang mata. Dedaunannya tumbuh agak jarang dan tidak berkesan rimbun, tapi tetap bernuansa teduh. Jadi, nggak malu-maluin kalau dijadikan tanaman hias di halaman rumah.


Dahan-dahannya lunak dan mudah dipetik. Walaupun tampilan luarnya seperti pohon yang keras dan kaku, ternyata dalamnya lembut. Kayak karakter manusia. Tampilan luar yang keras, bukan berarti hatinya seteguh karang. Bisa jadi karakternya justru selembut puding.


Dedaunan kelor berukuran mini, tapi bertekstur lebih keras dari sayur biasa. Walaupun keras dan kaku, memetik daun cukup mudah, kok, nggak perlu menggunakan pisau. Pakai tangan saja, sret, sret, selesai.


Hanya saja, saya kurang suka dengan aromanya. Agak gimana, gitu. Supaya nggak terlalu mengganggu, saat memasak, dedaunan bisa dicampurkan dengan beberapa bumbu dapur lainnya seperti bawang, rimbang (tekokak/terung pipit), serai, sesuai selera. Hitung-hitung, bisa menyamarkan aromanya. 


Saya memasak dengan versi sayur bening. Jadi, nggak perlu santan atau minyak goreng. Tekstur daun ketika sudah matang masih kelihatan utuh seperti saat dipetik. Setelah disantap,  menurut saya rasanya standar dengan sayuran lain. Walaupun tadi kelihatan kaku dan keras, ternyata aman-aman saja saat dikunyah. 


Sampai hari ini saya sudah beberapa kali memasak daun kelor. Enak, kok, walaupun awalnya aroma daun mentah agak membuat risi. Aroma yang menyengat langsung lenyap saat dimasak. Mungkin karena sudah dicampur dengan beragam bumbu dapur. Untuk padanannya, lauk pauk dan sambal cocok sekali jika dilahap bersama sayuran ini. 


Daun kelor sebelum (kiri) dan sesudah dimasak

Manfaat Daun Kelor 

Praktik memasak sudah selesai. Pertanyaan berikutnya,  apa pula manfaat daun kelor? Kan, aneh kalau sudah dikonsumsi,  tapi tak membawa manfaat. Unfaedah kata anak sekarang. 


Jangan khawatir, upaya memasak daun kelor nggak sia-sia. Ada beragam faedah yang bisa kita peroleh. Dengan menyantap tanaman ini, tubuh bisa lebih sehat karena memberi manfaat alami, seperti 


¤ Menetralkan Tekanan Gula Darah

Daun kelor diketahui mengandung kalium dan antioksidan yang bagus untuk menurunkan tekanan darah. Jadi, untuk yang punya tekanan darah di atas normal, bolehlah konsumsi daunnya secara teratur. 


¤ Menormalkan Kadar Gula Darah 

Kerap menyantap makanan secara berlebihan dan kurang bergerak, berpotensi meningkatkan kadar gula darah. Jika tidak segera dicegah, risiko diabetes sudah menunggu di masa depan. Menyantap daun kelor mampu menurunkan kadar gula darah dan memaksimalkan kerja insulin. 


¤ Menjaga Kolesterol Berada dalam Batas Normal

Daun kelor mampu menetralkan kadar kolesterol dan trigliserida. Jika kedua faktor ini berlebihan dalam darah, bisa menyebab serangan jantung yang berakibat fatal. Jadi,  daun kelor pas untuk menjaga kesehatan jantung. 


¤ Meningkatkan Daya Tahan Tubuh

Lingkungan sekitar kita penuh dengan kuman dan virus. Setiap saat, mahluk-mahluk super mini ini mencari upaya untuk menyusup ke dalam tubuh dan menyebarkan penyakit. Nah, ekstrak daun kelor mampu meningkatkan daya tahan tubuh, terutama untuk mencegah kuman dan  virus. 


Ada banyak lagi manfaat daun kelor, bukan hanya sebatas konsumsi untuk makanan sehari-hari. Di tangan ahlinya,  daun kelor telah diolah menjadi beragam kebutuhan rumah tangga, seperti teh,  jamu,  kosmetik, hingga kapsul. Hasilnya pun cukup menggembirakan dan laris di pasaran. 


Jadi, jangan ragu konsumsi daun kelor. Beragam faedah yang terkandung di dalamnya, bagus untuk kesehatan tubuh kita. Jika belum menemukan produk olahan,  daunnya pun baik untuk hidangan sehari-hari di rumah. 


Efek Konsumsi Daun Kelor Berlebihan 

Daun kelor memang enak dijadikan santapan, manfaatnya nggak diragukan. Akan tetapi, segala sesuatu yang berlebihan belum tentu baik. Demikian pula halnya dengan melahap tanaman berdaun mungil ini tanpa jeda. 


Ada beberapa efek samping yang ditimbulkan dari konsumsi daun kelor secara berlebihan, antara lain


© Tekanan Darah Menurun

Daun kelor baik untuk menetralkan tekanan darah, tapi hati-hati untuk yang memiliki tekanan darah rendah. Tanaman ini akan terus menurunkan tekanan darah melewati batas normal. 


Tahu, apa akibatnya? Tekanan darah di bawah angka normal akan menyebabkan pusing dan badan lemas. Aktivitas mulai terganggu dan mudah lelah. 


Nggak lucu, kan, kalau kerjaan tersendat-sendat karena kebanyakan menyantap daun kelor? Jadi, bijaklah menentukan batas porsinya. 


Daun kelor dengan beragam manfaat sekaligus efek samping


© Penurunan Kadar Gula Darah

Daun kelor baik untuk menurunkan kadar gula darah tinggi. Namun, konsumsi berlebihan bisa menyebabkan hipoglikemia atau penurunan kadar gula darah di bawah angka normal. Kondisi ini ditandai dengan detak jantung tidak teratur, pucat, kelelahan, kesemutan pada mulut, serta gelisah. 


© Diare

Tahu apa manfaat daun kelor yang paling tokcer?  Melancarkan pencernaan. Untuk anak muda yang sering melahap makanan minim serat ataupun orang usia lanjut, daun kelor merupakan makanan yang cocok untuk melancarkan urusan ke belakang. 


Cuma, kebanyakan menyantapnya akan menyebabkan yang bersangkutan bolak-balik memenuhi panggilan alam. Daun ini sebaiknya dikonsumsi oleh orang dengan masalah saluran pencernaan, alias sembelit. Kalau urusan ke belakang masih berada di batas normal, makan saja secukupnya. 


© Kerusakan Hati dan Ginjal

Saya pernah membaca artikel kesehatan yang memberikan informasi penting. Tulisan itu memaparkan kalau menyantap sayuran berwarna hijau tua berlebihan, tidak baik untuk kesehatan ginjal dalam jangka panjang. 


Daun kelor merupakan tumbuhan berwarna hijau gelap sesuai paparan artikel tersebut. Memang ada saran, sebaiknya jangan terlalu sering memakan jenis tanaman ini. Bergantianlah menyajikannya dengan beragam sayuran lainnya, agar gizi yang masuk ke tubuh lebih lengkap demi kekebalan maksimal.


Ada lagi saran penting dalam mengolah daun kelor. Hindari menyantap bagian akar pohon karena mengandung racun yang membahayakan kesehatan. Demikian juga batangnya. Walaupun tidak seperti akar, batang daun kelor tetap membawa zat-zat yang kurang dibutuhkan tubuh.


Lagi pula, daunnya saja sudah enak, kok, disajikan sebagai hidangan di rumah. Tanpa perlu menambah akar dan batang, tanaman ini sudah menambah gizi untuk anggota keluarga. Jadi, biarkan saja akar serta dahannya bertumbuh dan mengeluarkan tunas baru. Menu sayuran masa depan sudah dipersiapkan oleh alam.


Daun Peribahasa yang Membawa Banyak Manfaat untuk Tubuh

Dunia tak seluas daun kelor, merupakan peribahasa populer dan sering digunakan dalam percakapan sehari-hari. Kalimat ini mengajak kita untuk senantiasa optimis dan tak lelah mencari peluang baru dalam setiap kesempatan.


Bukan hanya berfaedah dalam olah kata, daun kelor pun membawa beragam manfaat jika dipindahkan ke dapur. Pohonnya banyak tumbuh di sekitar pemukiman, sehingga ibu-ibu mudah memperolehnya. Tak perlu membeli di pasar, tanaman ini ada di pinggiran jalan.


Meskipunpun kaya dengan beragam manfaat herbal, tetaplah bijak konsumsi daun kelor. Sebaiknya jangan menyantapnya setiap hari, apalagi dalam jumlah berlebihan. Tentukan batas wajar penyajiannya dan selang-selingi dengan hidangan sayuran lain.


Konsumsi sayuran secara rutin mampu menjaga tubuh kita tetap sehat hingga usia senja. Walaupun alami, tetap ada aturan menyantap beragam sayuran agar kondisi tetap stabil. Santaplah makanan secukupnya, termasuk daun kelor.


Kita adalah cerminan dari makanan yang dilahap setiap hari. Apa yang dikonsumsi hari ini, cepat atau lambat akan berproses dan menunjukkan hasilnya pada tubuh. Jadi, yuk, mulai menjaga kebugaran tubuh dengan bijak mengatur jenis asupan makanan.



Referensi :

  • Foto merupakan koleksi pribadi dan diedit menggunakan Canva.
  • Manfaat Daun Kelor bagi Kesehatan, https://ners.unair.ac.id/site/index.php/news-fkp-unair/30-lihat/1228-manfaat-daun-kelor-bagi-kesehatan
  • Waspada! Ternyata Daun Kelor Memiliki Efek Samping Berbahaya, https://www.gooddoctor.co.id/hidup-sehat/info-sehat/efek-samping-daun-kelor/
  • Cara Bijak Konsumsi Daun Kelor,https://bkpp.demakkab.go.id/2020/08/cara-bijak-konsumsi-daun-kelor.html

,





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Prioritaskan Kesehatan Mata Sebagai Investasi Seumur Hidup

Kaca mata identik dengan orang tua dan kakek nenek lansia. Penglihatan yang mulai mengabur karena faktor usia ataupun penyakit, membuat para warga senior banyak yang bermata empat. Namun, apa jadinya kalau anak-anak sudah menggunakan kaca mata? Berkaca mata sejak usia 12 tahun, saya paham bagaimana risihnya dulu pertama kali memakai benda bening berbingkai ini. Saat masuk ke kelas, ada beragam tatapan dari teman-teman, mulai dari yang bingung, merasa kasihan, sampai yang meledek.  "Ih, seperti Betet!" Begitu gurauan seorang anak diiringi senyum geli. Hah, Betet? Sejak kapan ada burung Betet yang memakai kaca mata.  Cerita beginian cuma ada di kisah dongeng. Terlalu berlebihan. Candaannya diabaikan saja Waktu itu,  bukan perkara mudah menjadi penderita rabun jauh atau miopia. Apalagi di sekolah saya tidak banyak anak yang memakai kaca mata. Kalau kita beda sendiri, jadi kelihatan aneh.  Padahal, siapa juga yang mau terkena rabun jauh? Walaupun risih, keluhan mata tidak boleh

Konservasi Hutan untuk Ekonomi Hijau bersama APRIL Group

Gerakan ekonomi hijau atau Green Ekonomy mulai disosialisaikan oleh United Nation Environment Program (UNEP) pada tahun 2008. Konsep ini menitikberatkan pada kegiatan ekonomi untuk kemajuan negara, dengan memperoleh keuntungan bersama antara produsen dan konsumen, tanpa merusak lingkungan. Salah satu lingkungan yang dipantau adalah hutan. Sebagai salah satu pabrik pulp dan kertas terbesar di dunia,  pengalaman APRIL Group , melalui anak perusahaannya PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) di Pangkalan Kerinci, Riau, Indonesia, dapat menjadi referensi untuk pelestarian lingkungan. Perusahaan tetap konsisten mengelola pabrik, tanpa mengabaikan alam, bahkan  melalui program APRIL2030 , ikut meningkatkan  kesejahtearaan masyarakat  dan turut mengurangi emisi karbon . Yuk, kita simak aktivitas ekonomi hijau bersama perusahaan ini. Ekonomi Hijau untuk Menjaga Keanekaragaman Hayati  Sumber : Pixabay  Konservasi Hutan untuk Mencegah Deforestasi Setiap tahun, perusahaan mampu memproduksi 2,8 jut

Ketika Konten Blog Menggeser Sistem Marketing Jadul

Dahulu kala ketika internet belum semasif sekarang, rumah sering didatangi Mbak-mbak atau Mas-mas  berpenampilan menarik. Dengan senyum menawan, mereka mengulurkan tangan menawarkan produk dari perusahaannya. "Maaf, mengganggu sebentar. Mari lihat dulu sampel produk kami dari perusahaan XYZ." Begitu mereka biasanya memperkenalkan diri. Mayoritas pemilik rumah langsung menggeleng sambil meneruskan aktivitasnya. Sebagian lagi acuh sembari mengalihkan perhatian. Ada juga yang masuk ke rumah dan menutup pintu. Respon para salesman tersebut pun beragam. Beberapa orang dengan sopan berlalu dari rumah, tapi ada pula yang gigih terus mendesak calon konsumen.  Walaupun upayanya nihil karena tetap dicuekin. Saat dulu masih kanak-kanak, saya pernah bertanya pada orang tua. Kenapa tidak membeli produk dari mereka? Kasihan sudah berjalan jauh, terpapar sengatan sinar matahari pula. Mereka pun sering diacuhkan orang, bahkan untuk salesgirl beresiko digodain pria iseng. Jawaban orang tua