Minggu, 16 April 2023

Selain Mengail Ikan, Ini Manfaat dari Memancing




Musim liburan atau akhir pekan merupakan waktu yang tepat untuk beraktivitas di luar rumah. Kebanyakan orang bepergian ke tempat wisata atau sekedar berkumpul dengan teman dan keluarga. Saat liburan, umumnya lokasi tongkrongan ramai dengan orang hilir mudik.


Ada aktivitas yang mungkin jarang dipertimbangkan untuk mengisi masa liburan. Memancing, boleh jadi kegiatan luar rumah yang kurang populer dan dianggap membosankan. Bagaimana tidak, memancing berarti berjam-jam hanya duduk menatap permukaan air sambil mengawasi mata kail. Kapan, ya, ada ikan yang mau mampir?


Walaupun demikian, memancing sepertinya menarik juga.


"Ih, itu kan aktivitas cowok. Ngapain juga ikutan?"  Begitu tanggapan saudara perempuan ketika saya menceritakan rencana ikut memancing selama liburan sekolah.


Sebenarnya cerita ini sudah cukup lama, yaitu saat masih remaja. Sibuk mencari jati diri sekaligus ingin tahu banyak hal, memancing membuat saya penasaran.  Waktu itu, teman Bapak saya di kantor mengajak memancing setiap akhir pekan.  Pas hari libur, saya langsung minta ikut. Apa yang menarik dari memancing, kok sampai rombongan pergi ke kolam ikan?


Memang lebih banyak pria yang ikut memancing. Akan tetapi, nggak ada yang anehkalau perempuan ikut memancing.  Toh, belum ada peraturan atau norma masyarakat yang melarang.  Lagi pula, kita nggak mengganggu atau meresahkan orang lain. Kenapa mesti risau dengan komentar orang lain?



Akhirnya, Sabtu siang itu kami pun meluncur ke kolam pancing yang berlokasi di pinggiran kota. Janjian berkumpul di sana, pesertanya berangkat dari rumah masing-masing dengan membawa kail sendiri.  Sebenarnya, di sana ada penyewaan kail, tapi lebih baik membawa langsung dari rumah. Kalau ada perlengkapan sendiri, untuk apa repot menyewa? Umpan ikan yang dibeli di kolam.


Ternyata kolam pancingnya cukup luas, kira-kira lebih lebar dari lapangan basket.  Sekelilingnya dibangun pondok-pondok kayu sewaan tempat pemancing berteduh. Amanlah kalau hari hujan dan panas. Pengunjung bisa memancing dengan nyaman.


Kata orang, pemancing sejati jarang mau datang ke kolam pancing. Menurut mereka terlalu mudah mengail ikan di kolam. Kurang menantang, begitu maksudnya. Pemancing sejati bisa mengeruk ikan di mana saja, mulai dari sungai, kolam kecil, hingga laut.  Situasinya lebih menarik dibandingkan kolam pancing yang sudah menyediakan banyak ikan di dalamnya.


Kalau saya lebih memilih kolam pancing karena masalah keamanan. Nggak apa-apa disebut pemancing imitasi, asalkan lebih aman. Di kolam, tidak sembarangan orang masuk karena dipagari dan ada petugas pengawasnya. Jadi, pengunjung bisa fokus memancing tanpa repot berjaga-jaga melihat kiri kanan.


Berbeda dengan memancing di tempat bebas. Pas kita sibuk memancing, bisa saja didatangi orang tak dikenal dengan maksud tertentu.  Belum lagi kalau ketemu ular atau (mungkin) buaya di sungai.  Jika di laut ada lagi ancaman ikan hiu saat kita nekat turun ke air.


Memang kemungkinan ancaman bahaya tetap ada di semua tempat. Walaupun demikian, lebih baik meminimalkan resiko. Karena itu, kita memilih lokasi yang lebih aman, yaitu kolam pancing. Jangan sampai memancing yang bertujuan untuk healing, malah jadi menambah beban stres.


Manfaat Memancing 

Untuk apa melihat air berjam-jam? Apa nggak ada kerjaan lain?  Mungkin itu pertanyaan orang yang tidak hobi memancing. Daripada duduk tanpa kejelasan hasil, lebih baik mencari aktivitas lain bermanfaat.



Jangan salah, memancing juga ada manfaatnya, lho. Aktivitas ini bukan hanya duduk sambil menunggu waktu berputar.  Saat memancing dengan Bapak dan teman-temannya dulu, ada pengalaman menarik yang saya ingat sampai sekarang.


# Memancing untuk Mengasah Kemampuan Memecahkan Masalah

Maksudnya memecahkan masalah berkaitan dengan memancing, bukan problem lain. Memancing berjam-jam tanpa hasil sangat menyebalkan, seperti dicuekin ikan. Penduduk bawah air itu jual mahal dengan tawaran umpan kita.  Nggak laku, mungkin ini istilah yang tepat.


Situasi yang sama terjadi saat kami memancing dulu. Umpan yang dibeli pada penjaga kolam sama sekali nggak ampuh. Ikannya hanya berseliweran tanpa melirik sedikitpun. Mungkin mereka berpikir, yang beginian sudah banyak setiap hari.  Bosan, ah.


Melihat wajah kesal saya yang menunggu lama, akhirnya Bapak menyuruh supaya memesan makanan.  Jadi, sambil menunggu bisa mengisi perut mengusir kebosanan. Boleh juga, nih. Namanya juga di kolam, menunya nggak jauh-jauh dari resep ikan.  Pilihan saya jatuh pada nasi dan gurami panggang.


Setelah pesanan datang, aromanya memang mengundang selera. Wangi semerbak memenuhi pondok. Rasanya pun yahud. Apalagi ditambah bumbu kecap semakin membuat lidah menari. Hidanganpun cepat tandas. Saat melihat saya melahap hidangan tersebut, mendadak Bapak mendapat ide.



"Coba, kemarikan kulit ikan gurami yang nggak dimakan,"  kata Bapak sambil menunjuk sisa kulit ikan di pinggir piring.  "Siapa tahu bisa jadi umpan."


Kulit ikan gurami panggang yang agak kehitaman memang saya sisihkan di pinggiran piring.  Rasanya pahit di lidah, hanya dagingnya yang manis.


"Memang bisa?" Saya bingung. Baru sekali ini mendengar ide demikian.  


"Kalau nggak dicoba, sampai kapanpun nggak pernah tahu."


Akhirnya, kulit ikan itu nangkring di ujung mata pancing menjadi umpan yang tak biasa.  Tahu apa yang terjadi kemudian ketika umpannya sudah menyemplung ke kolam? Tidak lama berselang, seekor ikan mas langsung melahapnya.  Lumayan lho, kira-kira ukuran setengah kilo. Ini baru yang pertama, ikan-ikan berikutnya mulai menyusul.


Teman-teman Bapak langsung heboh. Mereka berdatangan ke pondok kami.


"Kalian pakai umpan apa?"


Kejadian selanjutnya bisa ditebak, mereka ikut memesan gurami panggang.


Setelah banyak ikan terkail, giliran penjaga kolamnya yang datang.


"Pakai umpan apa, Pak?"


Hehehe ... mungkin dia takut ikan di kolam langsung habis.


Suasana hari itu langsung berubah meriah. Benar, kan, memancing bisa mengajarkan kita untuk kreatif memecahkan masalah.


# Mengajak untuk Fokus

Saya pernah melihat pemancing yang nggak fokus dengan kailnya. Sambil memancing, dia sibuk mengerjakan aktivitas lain. Ini berakibat fatal.


Dia meletakkan alat pancing di lantai pondok dan meninggalkannya tanpa penyangga. Pas dia sibuk, ada ikan yang menyantap umpan. Bukan hanya umpannya yang dilahap, alat pancing pun ikut jatuh ditarik ke air dan tenggelam di dasar kolam.


Kalau milik  sendiri, ya, diiklaskan saja. Masalahnya, gimana kalau itu alat pancing sewaan dari pemilik kolam.  Sayang, kan harus membayar ganti rugi.


Memancing perlu fokus dan kesabaran. Kita sabar duduk menunggu di pinggir kolam sambil mengobrol bersama teman.  Kalau sendirian mungkin sekaligus melamun.  Memang jenuh juga menunggu agak lama.  Kalau tidak sabaran, kita ikut terpancing sambilan melakukan aktivitas lain.


Apalagi sekarang sudah ada gadget, semakin sulit tetap fokus. Sebentar-sebentar melihat layar. Pelampung yang terletak di mata kail pun diabaikan. Pemancing tidak tahu kalau ada ikan yang mulai mengincar umpannya. Sayang, kalau sampai terlewatkan.


Jadi, sebelum memancing bolehlah menambahkan dulu porsi kesabarannya.


# Membawa ketenangan

Umumnya, kolam pancing berlokasi di pinggiran yang masih asri dan kehijauan. Kalaupun berdampingan dengan pemukiman penduduk, situasinya belum terlalu padat seperti di daerah pusat kota.



Atau ada yang pernah melihat kolam pancing berlokasi di antara gedung pencakar langit? Di samping mal, misalnya? Kalau kolam renang banyak di area tersebut.  Sedangkan kolam pancing kayaknya nyaris mustahil. Tempatnya lebih pas di daerah yang belum terlalu ramai.


Karena itu, suasana dan udara di kolam pancing biasanya masih segar.  Apalagi jika banyak pepohonan mengelilingi lokasi. Teduh. Saat siang hari dan matahari bersinar terik, air di kolam seperti berkilauan.  Sesekali ada ikan yang melompat salto di udara seakan menantang. "Ayo, pancing aku!"


Aktivitas memancing bisa menjadi pilihan untuk healing dari kegiatan padat.  Memandang ketenangan air di kolam, mudah-mudahan mampu menghilangkan stres di akhir pekan.  Kepenatan dengan jadwal yang ramai di hari kerja, bisa terurai dengan meluangkan waktu sejenak di tepi kolam yang tenang dan teduh.


Ayo, Luangkan Waktu untuk Memancing

Aktivitas memancing memang membutuhkan waktu khusus agar hasilnya maksimal. Perlu berjam-jam agar kita memperoleh jumlah ikan yang memuaskan. Jika belum maksimal, kita perlu berpikir ulang lagi mengenai umpan. Atau berganti lokasi agar lebih banyak memperoleh ikan.


Ada kepuasan ketika kita memperoleh ikan hasil tangkapan sendiri, bukan dari pasar apalagi supermarket. Senang, lho, saat menarik ikan langsung melalui pancing dari kolam. Ikan yang menggelepar terjamin kesegaran karena diambil langsung dari sumbernya. Ini bisa menjadi santapan lezat di rumah.



Baik pria atau wanita, nggak masalah pergi memancing. Sesekali kita perlu suasana baru. Kalaupun nggak ikut memancing, bisa juga ikut ngemil sambil menikmati ketenangan area kolam.


Asalkan sabar menunggu ikan yang terkadang jual mahal dengan umpan kita, memancing bisa menjadi aktivitas menarik di akhir pekan atau hari libur.  Apalagi umumnya, biaya ke kolam pancing juga nggak mahal, kok.  Masih terjangkau dengan isi kantong.


Yuk, memancing untuk mengisi waktu liburan.


Gambar diedit oleh Canva



Kamis, 16 Maret 2023

Ini Manfaat Menonton Film Kartun untuk Orang Dewasa



"Ih, udah tua masih suka nonton kartun."


Ceritanya bermula saat booming film animasi Kung Fu Panda dulu. Saya yang tidak mau ketinggalan, ikut menyimak alur ceritanya di layar kaca. Pas sedang menonton, datanglah seorang kenalan untuk sesuatu keperluan.  Begitu melihat layar kaca, langsunglah dia melontarkan komentar di atas.


Waktu itu saya ketawa saja mendengarnya. Kalau belum melihat Po, si panda gemuk dan pemalas yang bertransformasi menjadi Pendekar Naga, mungkin orang akan berkomentar demikian. Padahal, filmnya bagus, kok, menghibur sekaligus menginspirasi. Kerap dipandang sebelah mata, Po justru menjadi penyelamat desanya.


Si teman ini belum melihat saya menonton Shrek, Ice Age, ataupun Toy Story. Mungkin dia bakalan lebih kaget lagi.  Apa sih, menariknya film beginian? Apa nggak ada film lain? Atau, masa kecilnya kurang bahagia, ya?


Bukan begitu. Menonton animasi sekarang justru meneruskan hobi yang tertanam sejak dulu, yaitu menyimak kartun. Anak-anak sekarang kenal dengan Doraemon, Shincan, Spongebob atau Chalkzone, di telivisi swasta.


Kalau angkatan saya dulu beda lagi. Saat itu, siaran televisi masih sangat terbatas, yaitu milik pemerintah. Beruntung siaran negeri tetangga terjangkau sampai ke rumah, walaupun hanya memakai antena biasa.  Berbagai program kartun pun bisa mampir ke rumah.  Bahasa mereka nggak berbeda jauh dari bahasa kita. Dengan televisi masih hitam putih, angkatan jadul mengenal Donald Bebek, Wood Woodpecker, hingga Popeye the Sailorman.  


Akan tetapi, kartun yang demikian sudah nggak sesuai lagi dengan umur.  Sesuai dengan usia, saya sekarang lebih tertarik dengan film-film animasi seperti Kung Fu Panda tadi. Alur ceritanya lebih pas untuk orang dewasa daripada kartun Donal Bebek yang cenderung slapstick.


Memangnya, film kartun dengan animasi berbeda?


Sebenarnya, nggak beda-beda amat. Kartun merupakan gambar tidak bergerak yang sering kita lihat di buku-buku atau surat kabar.  Kalau untuk anak-anak mungkin lebih familiar dengan istilah komik, yaitu kartun dengan gambar yang disusun berurutan.  


Sedangkan bagi orang dewasa, kartun ditujukan sebagai kritikan atau sindiran halus.  Biasanya, tema kartun menyasar pada peristiwa yang sedang menjadi perbincangan di masyarakat. Nah, yang masih sering membaca koran, mungkin tahu jenis kartun yang dimaksud. Orang yang membuat ilustrasi kartun disebut kartunis.


Sedangkan animasi, yang dikerjakan oleh animator, merupakan gambar-gambar kartun yang bergerak.  Jadi, ilustrasi kartun yang terlukis di kertas, dengan teknik tertentu dipadupadankan menjadi film animasi yang memiliki alur cerita.  


Bersama Menonton Animasi


Akan tetapi, ada orang dewasa yang nggak suka menonton animasi.  Ketika ditanya, alasannya simpel. Menurut mereka, adegan film animasi berjalan lambat.  Alurnya monoton dan membuat penonton mengantuk.  Selera memang boleh berbeda. Untuk saya, warna-warni ilustrasi film animasi justru membuat pandangan mata terang benderang. Meriah.  Alur ceritanya pun banyak yang seru.


Selain karena ilustrasi yang bewarna-warni, karakter tokoh yang unik serta dialog penuh humor, menjadi daya tarik dari animasi. Genre ini berbeda dengan film orang dewasa yang banyak menyoroti kesuraman dan kegalauan hidup. Alur animasi yang ceria menjadi variasi dari berbagai tontonan yang tersaji di media.


Film animasi memang bisa menjadi hiburan pada waktu senggang. Namun bukan hanya berhenti sebagai hiburan, genre ini juga bermanfaat sebagai penyokong semangat bagi orang dewasa. Apa saja manfaat film animasi?


Ini dia uraiannya.


Manfaat Film Animasi untuk Orang Dewasa

Sejarah film animasi dimulai dari Fantasmagorie yaitu film kartun bergerak yang pertama diproduksi di dunia. Dirilis di Paris pada 17 Agustus 1908 (tanggal yang sama dengan HUT negara kita), coretan ilustrasi karya Emile Cohl telah diluncurkan oleh Gaumont Company.


Berdurasi singkat, kurang dari dua menit, animasi ini masih berupa tayangan hitam putih. Tampilannya persis seperti film negatif yang digunakan dalam kamera jadul. Memiliki alur sederhana yang berkisah tentang benda-benda yang berubah wujud dalam sekejap mata.


Sejak Fantasmagorie, film kartun terus bermunculan ke seluruh dunia, termasuk Indonesia. Tahun 1983, TVRI menyiarkan animasi pertama di tanah air berjudul Si Huma.  Kisahnya berkisar tentang topik-topik yang sedang hangat diperbincangkan di masyarakat, seperti pencegahan demam berdarah.


Sebagai media hiburan, animasi tidak hanya menarik perhatian orang anak-anak, tapi juga orang dewasa.  Memang agak lucu membayangkan orang dewasa menonton film yang bewarna-warni dengan tokoh-tokoh imaginatif.  Apalagi dalam film terdapat adegan yang kurang logika, seperti tokoh yang jatuh dari ketinggian tapi tetap selamat tanpa terluka.  Ya ... namanya juga hiburan. 


Meskipun penuh dengan kejutan, animasi tetap membawa manfaat untuk orang dewasa, seperti :


# Meredakan Stres
Film animasi umumnya menawarkan alur cerita yang diselingi dengan humor-humor menggelitik.  Kalau pernah menonton Shrek, tokoh-tokohnya tampil dengan dialog yang mengundang tawa.  Tingkah laku mereka juga menggelikan walau terkadang menyebalkan, seperti Donkey si keledai cerewet dan hiperaktif.


Julia Samton, psikiater asal New York, mengatakan tertawa bisa menjadi terapi untuk meredakan stres dan meningkatkan imun. Tertawa termasuk terapi untuk kesehatan mental, termasuk mengurangi kecemasan, lebih mudah mengatasi rasa frustrasi, konflik, hingga perasaan kesepian.


Animasi, Mengundang Tawa dan Meredakan Stres 

Film-film untuk orang dewasa  yang memuat kisah kesuraman hidup, justru membuat perasaan  semakin menciut melihat alur kisahnya. Apalagi jika ceritanya agak mirip dengan pengalaman pribadi.  Hati semakin ketar ketir, pikiran pun semakin mumet.


Hal ini berbeda dengan animasi yang menyajikan adegan kocak yang mengundang tawa. Pikiran orang dewasa menjadi lebih tenang. Namun supaya jangan tertawa sendiri, yang malah menimbulkan ketakutan orang lain, tergelak menonton film animasi bisa menjadi fasilitas mengurangi stres dan mengendorkan pikiran .  


Hal ini bukan berarti menonton animasi membuat stres langsung hilang.  Bukan begitu maksudnya. Masalah tetap ada dan harus dicari solusinya.  Hanya saja, adegan film ini mampu membuat penontonnya lebih rileks, stres berkurang, dan imun meningkat.  Dalam pikiran yang tenang dan sehat biasanya lebih mudah menemukan solusi dari permasalahan.


# Pesan dan Pelajaran Penting
Film animasi bukan hanya menampilkan gambar-gambar lucu yang bercorak menggemaskan. Kisahnya menitipkan inspirasi untuk disimak penonton. Ada beragam pesan yang bisa dijadikan motivasi dari film-film tersebut.  


Happy Feet merupakan salah satu film animasi yang menginspirasi. Berkisah tentang Mumble, seekor pinguin yang tak bisa bernyanyi merdu seperti teman-temannya, film ini memberikan pesan kalau setiap mahluk memiliki bakat berbeda. Perbedaan bukan berarti aneh, justru bisa membantu menemukan solusi dari ancaman bahaya.


Tersingkir dari habitatnya karena tidak mampu bernyanyi dengan baik, Mumble ternyata memiliki bakat tap dance. Dia sempat dikucilkan karena dianggap mengganggu habitat pinguin. Namun, kelak kemampuannya ini yang menarik perhatian dunia, serta menyelamatkan teman-temannya dari ancaman bahaya kelaparan.


Menurut Dr. Laurel Steinberg, psikoterapis dari New York, animasi bisa menjadi media pendorong sikap optimis.  Tantangan dan pengalaman karakternya boleh menjadi contoh semangat pantang menyerah.  Tingkah polah tokoh animasi yang kocak, mampu memperbaiki suasana hati yang sedang cemas atau sedih.


Selain memperbaiki suasana hati. Ada banyak nilai yang disampaikan oleh film animasi. Di balik konflik dan lakon pelakunya, ada kisah tentang persahabatan, kekeluargaan, kerjasama tim, kebaikan yang menang melawan kejahatan, dan banyak lagi.


Nilai-nilai ini dulu sering didengar dari orang tua atau guru. Seiring berjalannya waktu dan gempuran berbagai masalah, nasehat tersebut mulai mengikis dari benak orang dewasa.  Nah, pesan-pesan yang disiarkan oleh film animasi bisa menjadi pengingat untuk tetap semangat berlayar di atas ombak permasalahan.


#Waktu Berkualitas bersama Anak-anak
Untuk yang memiliki anak atau keponakan berusia Sekolah Dasar, menonton kartun bisa menjadi waktu berkualitas bersama mereka. Di tengah kesibukan jadwal sekolah atau bekerja, inilah saatnya menghabiskan masa senggang bareng keluarga.


Untuk orang dewasa, luangkanlah waktu menemani anak menonton kartun. Sebaiknya dampingi mereka untuk mendidik mana tingkah laku yang tak perlu ditiru. Walaupun kocak, tidak semua tokoh kartun berhati malaikat. Ada juga tokoh yang luar biasa bandel, hingga memancing pro kontra terutama dari pihak emak-emak. Salah satu contohnya adalah Crayon Sinchan.


Ada salah satu adegan Sinchan yang membuat penonton agak risih. Dia mengambil pakaian Ibunya, yang sebenarnya tak layak diperlihatkan di depan umum, kemudian meletakkan tepat di atas kepala. Waduh! Orang dewasa mungkin langsung geregetan membayangkan anak-anak meniru adegan tersebut. Jangan sampailah. 


#Inspirasi untuk Ikut Berkarya di Bidang Animasi
Film animasi dengan gambar bewarna-warni dan tokoh berkarakter unik, bisa menginspirasikan penonton untuk ikut berkecimpung di bidang yang sama.  Boleh jadi sering menonton genre ini akan memunculkan ide untuk membuat animasi lagi, minimal menghasilkan tulisan bertema anak-anak. Ide baru, ya, bukan plagiasi.


Membuat film animasi memang perlu belajar lagi, minimal dari youtube atau aplikasi. Sementara, menulis cerita anak bisa dengan ketak-ketik di laptop dan mengirimkannya ke media cetak atau online.  Yang mana pun pilihannya, bidang ini bisa ditekuni sebagai sumber penghasilan baru.


Animasi sebagai Sumber Ide

Jadi untuk orang dewasa, menonton animasi bukan berarti membuang-buang waktu. Animasi merupakan hiburan waktu senggang yang bisa menjadi penyokong semangat, sekaligus melatih potensi diri dalam bidang seni.


Animasi untuk Semangat yang Tetap Awet Muda

Usia boleh bertambah, tapi jiwa sebaiknya dijaga supaya tetap awet muda.  Jiwa muda berarti mampu melewati dengan tenang berbagai persoalan tanpa banyak drama. Umumnya, kalau usia bertambah beban pikiran juga meningkat. Kalau banyak pikiran, biasanya orang susah tersenyum dan cenderung.


Kenapa tidak mencoba menonton film animasi? Tertawa dan terhibur melihat adegan dalam film, bisa sejenak menghibur hati yang keruh. Sebagai penggemar genre ini, saya senang sekali melihat karakter tokoh-tokohnya yang kocak dengan beragam tingkah polahnya.  


Memang tidak semua cerita animasi memuat lelucon, ada juga yang serius bahkan rada horor. Caroline merupakan salah satu contoh film animasi yang agak gelap. Namun, alurnya tetap menghibur dengan ceritanya yang seru dan seram, walau berakhir dengan bahagia. 


Orang-orang dewasa menonton animasi bukanlah hal yang aneh. Banyak pesan dan makna yang bisa diambil penonton dari kisahnya. Ada pembelajaran yang bisa diterapkan dalam hidup kita. Nggak sia-sia, kok, menikmati cerita animasi.


Yuk, tonton film animasi di waktu luang.  Supaya lebih meriah, ajaklah anak-anak untuk menonton bersama.  Keseruan dan tawa melihat lakon kocak, bisa menjadi terapi merenggangkan otot-otot yang lelah setelah seharian bekerja.



Referensi : 

Minggu, 26 Februari 2023

Atasi Depresi untuk Mencegah Demensia pada Lansia



Depresi


Tetap sehat di hari tua merupakan impian banyak orang. Sayangnya, tidak semua memperoleh kesehatan di masa senja. Sebagian lansia menghabiskan hari tua dengan menanggung berbagai penyakit, termasuk demensia atau kepikunan. Meskipun demikian, ada juga yang senantiasa sehat hingga ajal menjemput.


Saat Nenek saya masih ada, beliau termasuk beruntung karena sehat hingga hari tua. Pada usia senja, beliau tetap dikelilingi orang-orang terkasih. Di kampung, Nenek setiap hari ditemani anak dan cucu yang menetap di sana. Setiap hari ada keluarga yang menjenguk dan memantau keadaannya.


Akan tetapi, apakah itu cukup?  Ternyata tidak.


Nenek sering merindukan anak dan cucu yang tinggal di luar kota. Beliau sangat terharu, bahkan sampai menangis, apabila ada sanak saudara dari jauh yang berkunjung. Kedatangan anak cucu yang rutin menjenguk merupakan kegembiraan bagi Nenek.


Hati yang gembira ternyata bukan hanya untuk orang sehat. Dulu saya sering membawa Ibu yang telah memiliki hipertensi, berobat jalan ke rumah sakit. Beliau sudah mulai menunjukkan gejala demensia atau kepikunan, serta perlu perawatan karena tidak mampu lagi mandiri.


Suatu hari saat selesai konsultasi, dokter memberi saran yang penting untuk diingat keluarga pasien.  Menurut dokter, obat-obatan bukan jaminan pasien cepat sembuh. Semangat, hati yang tenang, serta dukungan dari keluargalah yang membuat keadaan pasien menjadi lebih baik.


Saya pun mulai mengajak Ibu mengobrol banyak hal. Topik apa saja, yang penting beliau mau bercerita.  Tutur kata Ibu cukup menyentuh, sesuai dengan kondisinya. Terkadang ceritanya ada yang lurus selaras dengan fakta, tapi kemudian bisa membelok dari kenyataan.


Walaupun demikian, Ibu saya bersemangat jika ada yang mau mendengarkan ceritanya. Kalau ingin bertutur, biasanya beliau akan memanggil saya. Ternyata orang tua senang jika ada yang sering menemaninya. Jadi, bagi yang masih mempunyai kakek nenek atau orang tua lansia, yuk, berikan waktu untuk berkumpul dan bercengkerama dengan mereka.


Hati gembira dan dukungan dari keluarga membuat kesepian lansia langsung luntur. Jika terjadi sebaliknya, mereka merasa diabaikan bahkan dilupakan oleh anak cucu. Kesepian rentan mengakibatkan kesedihan, yang apabila berkepanjangan dapat menyebabkan depresi pada lansia.


Sumber : Canva


Kesedihan bisa menjadi pemicu awal dari depresi, tapi tidak semua kesedihan pasti berakhir dengan depresi. Kesedihan biasa umumnya berlangsung singkat, yaitu selama beberapa hari. Berbeda dengan depresi yang terjadi dalam jangka panjang, yakni lebih dari dua minggu.


Lantas, apa hubungan antara depresi dengan demensia?


Semakin tinggi usia individu menderita depresi berkepanjangan, semakin besar resiko terkena demensia atau kepikunan. Dilansir dari healthline.com, ada studi pada tahun 2020 yang menemukan hubungan antara usia dan demensia.


Jika orang-orang yang berusia antara 45 - 64 tahun  mengalami depresi berkepanjangan, maka resiko demensia pada usia lanjut akan lebih tinggi. Yang cukup mengkhawatirkan, pada usia tersebut lansia tidak mampu mencurahkan masalah atau unek-uneknya. Kesedihan dipendam seorang diri. Akibatnya keluarga tidak bisa mendeteksi depresi, hingga kondisi lansia semakin memburuk.


Walaupun sering terjadi pada umur senja, tapi yang berusia lebih muda bukan berarti aman terhadap resiko depresi.  


Sumber : Canva


Dari sumber yang sama, diketahui kalau orang yang menderita depresi pada usia 20 - 49 tahun tetap beresiko mengalami demensia. Jika depresi tidak ditangani dengan tepat dan berkepanjangan, maka kemungkinan akan terjadi penurunan kognitif pada penderita.  


Penurunan kognitif berdampak terhadap kemampuan otak untuk mengelola pengetahuan, pengalaman, serta informasi. Semakin bertambah usia, individu yang bersangkutan akan mulai bermasalah dalam pengambilan keputusan, hidup bergantung pada perawatan orang lain, dan menunjukkan gejala demensia.


Meskipun demikian, tidak semua depresi akan berakhir pada demensia. Ada yang pernah depresi, tapi kemudian tidak menderita demensia.  Sebaliknya, ada yang terkena demensia dulu, baru belakang hari mengalami depresi.


Walaupun belum akurat, sebaiknya tetaplah waspada dengan depresi.  Beberapa penelitian mengindikasikan tetap ada relasi antara depresi dan demensia.  


Dilansir dari frontiers.org, melalui penelitian berkesinambungan selama 14 tahun, ditemukan kemungkinan dampak depresi pada demensia.  Suatu penelitian yang melibatkan pria sehat berusia 71 - 89 tahun, sebanyak 18,3% responden telah menunjukkan gejala demensia.  Menariknya, mereka semua pernah mengalami depresi.


Dari healthlife.com juga diperoleh informasi tentang korelasi antara depresi dan demensia. Menurut penelitian tahun 2015, sekitar 40% dari penderita depresi beresiko mengalami demensia pada usia lanjut. Jadi, walaupun tidak semua depresi mengakibatkan demensia, tetaplah waspada menjaga kesehatan mental kita sejak muda.


Depresi dan Demensia pada Lansia 

Depresi sering diidentikkan dengan orang muda.  Berbagai masalah sosial seperti pekerjaan, keluarga, hingga hubungan pribadi kerap dianggap sebagai penyebab depresi. Mereka bingung menemukan solusi dari masalahnya dan cenderung menarik diri dari keramaian. 



Bukan hanya orang muda, warga lansia rentan terkena depresi. Kita mungkin berpikir kalau orang lanjut usia sudah lebih matang dan bijaksana menghadapi masalah hidup. Mereka lebih mampu dan berpengalaman mengatasi problematika. Warga senior lebih tangguh menerima goncangan hidup.


Padahal, mereka pun tetap beresiko mengalami depresi.  Adapun penyebab depresi pada lansia, adalah :


# Kesepian
Lansia yang berusia 65 tahun ke atas, umumnya sudah pensiun dan lebih sering tinggal di rumah. Anak-anak dan cucu sudah sibuk dengan kegiatan masing-masing, bahkan jarang menjenguk orang tua atau kakek nenek.


Sendirian membuat mereka kesepian dan terasing.  Perasaan diabaikan dan sudah tidak bermanfaat lagi, bisa menimbulkan kesedihan berkepanjangan.  Kesedihan demikian yang berpotensi menimbulkan depresi.


# Trauma
Kehilangan orang terkasih karena tutup usia atau berpisah mampu menyebabkan trauma pada lansia.  Kesedihan atau kekecewaan menyebabkan individu yang bersangkutan menutup diri dan menyendiri. Mengisolasi dalam kesunyian merupakan salah satu ciri-ciri depresi.


# Sakit penyakit
Lansia yang terbaring sakit dan tergantung pada orang lain lebih rentan terkena depresi. Situasi ini disebabkan mereka sudah tidak bisa lagi beraktivitas normal. Merasa kehilangan harapan dan kontak dengan dunia luar, lansia berasumsi kalau mereka sudah tidak memiliki manfaat untuk masyarakat.


# Stres berkepanjangan
Stres yang tidak dikelola dengan baik berpotensi mengakibatkan depresi.  Masalah-masalah yang belum terselesaikan dapat menimbulkan kecemasan. Sulit tidur menyebabkan tingkat stres semakin tinggi menuju depresi.


Depresi pada lansia beresiko demensia pada masa mendatang Meskipun demikian, demensia tidak terjadi secara mendadak, tapi melalui tahap dan gejala tertentu. Kita patut waspada apabila ada tanda-tanda yang menunjukkan gejala demensia, seperti :


# Kesulitan mengingat
Mereka kesulitan mengingat jangka pendek, termasuk mudah tersesat di lokasi tempat tinggal, bingung di dalam rumah, hingga berulang kali bertanya tentang informasi yang sama. Mereka juga mulai melupakan nama-nama orang terdekat, bahkan anak sendiri.


Sumber : Canva


Berbeda dengan depresi yang walaupun kesulitan mengingat, tapi masih bisa dipulihkan dengan terapi. Setelah penanganan medis dan keadaan mental mulai sembuh, penderita depresi mampu kembali menyerap informasi secara normal.


Sementara orang dengan demensia terus mengalami penurunan kemampuan mengingat. Penderita akan melakukan aktivitas yang berulang karena lupa sudah menyelesaikan sebelumnya.  Mereka bahkan kesulitan mengingat hal-hal yang menjadi rutinitas.


Walaupun diterapi, kemampuan mengingatnya tidak akan kembali pulih. Dampak demensia pun tidak boleh dipandang sebelah mata. Situasi ini bukan hanya mempengaruhi kemampuan memori penderita, tapi juga kesehatan fisik mereka. Kesehatan fisik dan mental akan terus menurun hingga ajal menjemput.


# Menolak bersosialisasi
Penderita demensia enggan bergabung dengan kelompok yang dulu rutin dikunjunginya. Penyebabnya bukan karena dikucilkan, tapi mereka yang menarik diri dari lingkungan. Lansia dengan demensia lebih sering menyendiri. Mereka seperti memiliki dunia sendiri.


#Kesulitan berkomunikasi
Penderita demensia kesulitan memilih kalimat dalam berkomunikasi dengan orang lain. Penderita juga tidak mampu menyampaikan ekspresi atau idenya kepada lawan bicara. Mereka lebih sering diam dan kelihatan bingung. 


# Tidak mampu mengambil keputusan
Mereka tergantung pada orang lain dalam setiap aspek keputusan. Ketidakmampuan menganalisis masalah, mengambil keputusan, serta beraktivitas, membuat mereka terpaksa menggantungkan hidup pada perawatan orang lain. Setiap saat harus ada keluarga atau perawat yang memantau keadaannya.



#Berperilaku agresif
Berbeda dengan karakter sehari-hari, penderita demensia lebih sensitif dan cenderung cepat tersinggung. Hal sederhana saja bisa memancing kegusarannya. Emosi menjadi kurang stabil dan mudah marah.


Keluarga yang tidak mengerti menganggap mereka sedang membuat konflik. Padahal, situasi tersebut mungkin gejala demensia yang patut diwaspadai.  Selain kesehatan fisik, kesehatan mental lansia juga sebaiknya rutin dipantau.


Deteksi awal merupakan upaya untuk mengetahui indikasi demensia pada lansia. Jika ditemukan gejalanya, bisa segera menghubungi paramedis untuk penanganan lebih lanjut.

Sampai sekarang demensia belum bisa disembuhkan.  Obat-obatan dari dokter hanya mampu mencegah komplikasi lebih lanjut pada pasien.  Namun harapan untuk kesembuhan para penderita tetap diupayakan. Penelitian untuk demensia masih terus berlanjut. Mudah-mudahan metode penyembuhan yang tepat segera ditemukan.


Mencegah Demensia 

Menurut data yang dirilis dari WHO Guideline, pada tahun 2015, demensia telah diderita sekitar 50 juta orang di seluruh dunia. Diprediksi jumlahnya akan meningkat pada tahun 2030 menjadi 82 juta. Tahun 2050 diperkirakan ada 152 juta penderita di seluruh dunia.


Lebih lanjut lagi menurut organisasi kesehatan dunia ini, demensia sudah menyasar usia di bawah 65 tahun.  Pada orang-orang berusia 40 -50 tahun, telah ditemukan 9% penderita demensia. Informasi ini bukan untuk menambah kekhawatiran, tapi bisa menjadi kewaspadaan bagi kita. 


Walaupun belum ada obat penawar, tapi demensia masih bisa dicegah.  Ada upaya yang mampu kita lakukan untuk menghalau demensia. Brain Loves Company, begitu menurut ahli demensia David Troxel. Otak manusia harus diajak aktif.  Berdiam diri tanpa aktivitas akan meningkatkan resiko terkena demensia.

 
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengaktifkan otak, yaitu :

  • Bersosialisasi
Hindari mengisolasi diri, tetaplah aktif bersosialisasi dengan teman atau kerabat. Sapa orang-orang terdekat dan mengobrol lah dengan mereka. Luangkan waktu untuk bertemu dengan rekan-rekan.


Sumber : Canva


Ikutilah komunitas di sekitar lingkungan. Walaupun bukan tipe orang yang suka ngobrol panjang lebar, minimal jadilah pendengar cerita.  Toh, selama bukan menggosipkan aib orang lain, acara kumpul bersama bisa menjadi ajang bertukar informasi.

  • Kelola stres untuk mengatasi depresi
Stres yang berkelanjutan dan tidak ditangani dengan baik akan memicu depresi. Kemudian depresi yang berulang dan jangka waktu lama beresiko demensia nanti pada usia lanjut.


Terkadang hidup memang nggak bisa ditebak.  Masalah bisa muncul kapan saja tanpa pemberitahuan.  Syukur kalau kuat mental, jika tidak bakalan jadi problem berkepanjangan. Kalau belum mampu mengelola stres, bantuan profesional mungkin bisa dijadikan solusi.

  • Olahraga dan Pola Hidup Sehat
Sakit penyakit menjadi salah satu faktor penyebab demensia. Kita kendalikanlah kadar kolesterol tinggi, diabetes, serta hipertensi karena dapat memicu stroke yang berpotensi menyebabkan demensia.


Stroke yang menyebabkan stroke dikenal dengan istilah demensia vaskuler. Pola hidup kurang sehat menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Aliran darah yang tersumbat mengakibatkan kerusakan pada pembuluh darah otak. 


Dalam jangka panjang, kerusakan tersebut mengakibatkan penderita mengalami gangguan perilaku. Hal ini mengakibatkan kesulitan berfokus dan kehilangan memori, yang merupakan gejala awal demensia.


Yuk, mulailah menjaga pola hidup sehat dengan rutin berolahraga, serta menjaga konsumsi makanan bergizi untuk tubuh lebih bugar.


Sumber : Canva

  • Aktif mengerjakan hobi.
Menjalankan hobi membuat suasana hati gembira dan menjauhkan kita dari stres.  Jika ada waktu luang, ayo kerjakan hobi yang lama tertunda. Selain untuk kesehatan, siapa tahu bisa menjadi ladang cuan.


Untuk yang hobi menulis, bolehlah membuat blog. Yuk, segera membuat tulisan yang menarik perhatian pembaca. Kalau punya ide tentang kesehatan mental, bisa diikutsertakan pada #DearSenjaBlogCompetition.  Sayang, kan, jika ide hanya sebatas inspirasi tanpa dibaca orang lain.

  • Temukan aktivitas baru
Menemukan kegiatan baru bisa menjadi solusi mencegah demensia. Otak diajak aktif untuk menganalisis dan mempelajari aktivitas baru.  Menggambar, berkebun, memasak, hingga mengisi TTS merupakan upaya tepat agar pikiran tetap aktif dan awet.


Kegiatan baru juga membuat waktu menjadi tidak lagi membosankan.  Ada tantangan untuk keseruan lain. Hidup menjadi lebih berwarna karena kita telah menemukan passion teranyar yang memikat.


Cegah Depresi untuk Kesehatan Mental di  Masa Depan

Bagi yang masih memiliki orang tua atau kakek nenek yang sudah berusia lanjut, yuk, jadwalkan pertemuan dengan mereka. Jika memungkinkan, rutinlah mengunjungi. Kalau jarak menjadi penghalang,  usahakanlah menyediakan waktu berkomunikasi melalui telepon.  


Dari pengalaman saya bersama Nenek dan Ibu dulu, mereka gembira apabila ada yang mau mendengarkan ceritanya. Saya senang saja mendengar beragam kisah-kisah dari mereka. Umumnya, cerita tersebut berisi narasi tentang riwayat masa muda dulu. Kisahnya unik,original, dan tidak tertulis di media lain.


Khusus dengan Nenek, berkomunikasi dengan beliau bukan tanpa hambatan. Nenek tidak bisa berbahasa Indonesia, sementara saya tidak lancar bertutur daerah.  Kalau mau ngobrol sama Nenek harus ada penterjemah.  Kami seperti mengobrol dengan orang dari luar negeri.  Seru walau agak repot.


Nah, untuk kesehatan mental kita sendiri, ayo mulai menjaga kebugaran fisik dan keaktifan otak. Dengan upaya demikian, demensia bisa menyingkir dan kita tidak menjadi beban keluarga atau masyarakat. Jika diberi rezeki umur panjang, kita tetap bisa berkumpul dan bercengkerama dengan anak cucu dalam kondisi sehat.  

Sumber : Canva


Masa depan sulit diprediksikan dengan tepat. Demikian juga dengan kesehatan, termasuk demensia. Tidak ada yang menjamin seseorang  bebas 100% dari demensia. Kepastian cuma milik Yang Kuasa.


Namun, jika sudah mengetahui informasi tentang demensia, tidak ada salahnya jika kita berusaha mengatasi resiko. Berupaya lebih baik dari sekedar menunggu nasib. Tetap menjaga kesehatan fisik dan mental merupakan cara terbaik untuk mencegah demensia.


Ayo, rutin menjaga kebugaran tubuh dan otak untuk kesehatan masa depan.



Referensi :

  • Understanding the Link Between Dementia and Depression

  • WHO Guidelines, Risk Reduction of Cognitive Decline and Dementia,  

  • Perspective on The Complex Links Between Depression and Dementia

  • Gambar diedit oleh Canva

Maksimalkan Manfaat Gaming untuk Lansia Bersama ROG Phone 8

    "Wah, Nenek masih mahir ikut gaming."     Kalimat ini akan terucap dari seorang cucu yang menyaksikan Neneknya mahir mengutak-...