Langsung ke konten utama

Selain Mengail Ikan, Ini Manfaat dari Memancing




Musim liburan atau akhir pekan merupakan waktu yang tepat untuk beraktivitas di luar rumah. Kebanyakan orang bepergian ke tempat wisata atau sekedar berkumpul dengan teman dan keluarga. Saat liburan, umumnya lokasi tongkrongan ramai dengan orang hilir mudik.


Ada aktivitas yang mungkin jarang dipertimbangkan untuk mengisi masa liburan. Memancing, boleh jadi kegiatan luar rumah yang kurang populer dan dianggap membosankan. Bagaimana tidak, memancing berarti berjam-jam hanya duduk menatap permukaan air sambil mengawasi mata kail. Kapan, ya, ada ikan yang mau mampir?


Walaupun demikian, memancing sepertinya menarik juga.


"Ih, itu kan aktivitas cowok. Ngapain juga ikutan?"  Begitu tanggapan saudara perempuan ketika saya menceritakan rencana ikut memancing selama liburan sekolah.


Sebenarnya cerita ini sudah cukup lama, yaitu saat masih remaja. Sibuk mencari jati diri sekaligus ingin tahu banyak hal, memancing membuat saya penasaran.  Waktu itu, teman Bapak saya di kantor mengajak memancing setiap akhir pekan.  Pas hari libur, saya langsung minta ikut. Apa yang menarik dari memancing, kok sampai rombongan pergi ke kolam ikan?


Memang lebih banyak pria yang ikut memancing. Akan tetapi, nggak ada yang anehkalau perempuan ikut memancing.  Toh, belum ada peraturan atau norma masyarakat yang melarang.  Lagi pula, kita nggak mengganggu atau meresahkan orang lain. Kenapa mesti risau dengan komentar orang lain?



Akhirnya, Sabtu siang itu kami pun meluncur ke kolam pancing yang berlokasi di pinggiran kota. Janjian berkumpul di sana, pesertanya berangkat dari rumah masing-masing dengan membawa kail sendiri.  Sebenarnya, di sana ada penyewaan kail, tapi lebih baik membawa langsung dari rumah. Kalau ada perlengkapan sendiri, untuk apa repot menyewa? Umpan ikan yang dibeli di kolam.


Ternyata kolam pancingnya cukup luas, kira-kira lebih lebar dari lapangan basket.  Sekelilingnya dibangun pondok-pondok kayu sewaan tempat pemancing berteduh. Amanlah kalau hari hujan dan panas. Pengunjung bisa memancing dengan nyaman.


Kata orang, pemancing sejati jarang mau datang ke kolam pancing. Menurut mereka terlalu mudah mengail ikan di kolam. Kurang menantang, begitu maksudnya. Pemancing sejati bisa mengeruk ikan di mana saja, mulai dari sungai, kolam kecil, hingga laut.  Situasinya lebih menarik dibandingkan kolam pancing yang sudah menyediakan banyak ikan di dalamnya.


Kalau saya lebih memilih kolam pancing karena masalah keamanan. Nggak apa-apa disebut pemancing imitasi, asalkan lebih aman. Di kolam, tidak sembarangan orang masuk karena dipagari dan ada petugas pengawasnya. Jadi, pengunjung bisa fokus memancing tanpa repot berjaga-jaga melihat kiri kanan.


Berbeda dengan memancing di tempat bebas. Pas kita sibuk memancing, bisa saja didatangi orang tak dikenal dengan maksud tertentu.  Belum lagi kalau ketemu ular atau (mungkin) buaya di sungai.  Jika di laut ada lagi ancaman ikan hiu saat kita nekat turun ke air.


Memang kemungkinan ancaman bahaya tetap ada di semua tempat. Walaupun demikian, lebih baik meminimalkan resiko. Karena itu, kita memilih lokasi yang lebih aman, yaitu kolam pancing. Jangan sampai memancing yang bertujuan untuk healing, malah jadi menambah beban stres.


Manfaat Memancing 

Untuk apa melihat air berjam-jam? Apa nggak ada kerjaan lain?  Mungkin itu pertanyaan orang yang tidak hobi memancing. Daripada duduk tanpa kejelasan hasil, lebih baik mencari aktivitas lain bermanfaat.



Jangan salah, memancing juga ada manfaatnya, lho. Aktivitas ini bukan hanya duduk sambil menunggu waktu berputar.  Saat memancing dengan Bapak dan teman-temannya dulu, ada pengalaman menarik yang saya ingat sampai sekarang.


# Memancing untuk Mengasah Kemampuan Memecahkan Masalah

Maksudnya memecahkan masalah berkaitan dengan memancing, bukan problem lain. Memancing berjam-jam tanpa hasil sangat menyebalkan, seperti dicuekin ikan. Penduduk bawah air itu jual mahal dengan tawaran umpan kita.  Nggak laku, mungkin ini istilah yang tepat.


Situasi yang sama terjadi saat kami memancing dulu. Umpan yang dibeli pada penjaga kolam sama sekali nggak ampuh. Ikannya hanya berseliweran tanpa melirik sedikitpun. Mungkin mereka berpikir, yang beginian sudah banyak setiap hari.  Bosan, ah.


Melihat wajah kesal saya yang menunggu lama, akhirnya Bapak menyuruh supaya memesan makanan.  Jadi, sambil menunggu bisa mengisi perut mengusir kebosanan. Boleh juga, nih. Namanya juga di kolam, menunya nggak jauh-jauh dari resep ikan.  Pilihan saya jatuh pada nasi dan gurami panggang.


Setelah pesanan datang, aromanya memang mengundang selera. Wangi semerbak memenuhi pondok. Rasanya pun yahud. Apalagi ditambah bumbu kecap semakin membuat lidah menari. Hidanganpun cepat tandas. Saat melihat saya melahap hidangan tersebut, mendadak Bapak mendapat ide.



"Coba, kemarikan kulit ikan gurami yang nggak dimakan,"  kata Bapak sambil menunjuk sisa kulit ikan di pinggir piring.  "Siapa tahu bisa jadi umpan."


Kulit ikan gurami panggang yang agak kehitaman memang saya sisihkan di pinggiran piring.  Rasanya pahit di lidah, hanya dagingnya yang manis.


"Memang bisa?" Saya bingung. Baru sekali ini mendengar ide demikian.  


"Kalau nggak dicoba, sampai kapanpun nggak pernah tahu."


Akhirnya, kulit ikan itu nangkring di ujung mata pancing menjadi umpan yang tak biasa.  Tahu apa yang terjadi kemudian ketika umpannya sudah menyemplung ke kolam? Tidak lama berselang, seekor ikan mas langsung melahapnya.  Lumayan lho, kira-kira ukuran setengah kilo. Ini baru yang pertama, ikan-ikan berikutnya mulai menyusul.


Teman-teman Bapak langsung heboh. Mereka berdatangan ke pondok kami.


"Kalian pakai umpan apa?"


Kejadian selanjutnya bisa ditebak, mereka ikut memesan gurami panggang.


Setelah banyak ikan terkail, giliran penjaga kolamnya yang datang.


"Pakai umpan apa, Pak?"


Hehehe ... mungkin dia takut ikan di kolam langsung habis.


Suasana hari itu langsung berubah meriah. Benar, kan, memancing bisa mengajarkan kita untuk kreatif memecahkan masalah.


# Mengajak untuk Fokus

Saya pernah melihat pemancing yang nggak fokus dengan kailnya. Sambil memancing, dia sibuk mengerjakan aktivitas lain. Ini berakibat fatal.


Dia meletakkan alat pancing di lantai pondok dan meninggalkannya tanpa penyangga. Pas dia sibuk, ada ikan yang menyantap umpan. Bukan hanya umpannya yang dilahap, alat pancing pun ikut jatuh ditarik ke air dan tenggelam di dasar kolam.


Kalau milik  sendiri, ya, diiklaskan saja. Masalahnya, gimana kalau itu alat pancing sewaan dari pemilik kolam.  Sayang, kan harus membayar ganti rugi.


Memancing perlu fokus dan kesabaran. Kita sabar duduk menunggu di pinggir kolam sambil mengobrol bersama teman.  Kalau sendirian mungkin sekaligus melamun.  Memang jenuh juga menunggu agak lama.  Kalau tidak sabaran, kita ikut terpancing sambilan melakukan aktivitas lain.


Apalagi sekarang sudah ada gadget, semakin sulit tetap fokus. Sebentar-sebentar melihat layar. Pelampung yang terletak di mata kail pun diabaikan. Pemancing tidak tahu kalau ada ikan yang mulai mengincar umpannya. Sayang, kalau sampai terlewatkan.


Jadi, sebelum memancing bolehlah menambahkan dulu porsi kesabarannya.


# Membawa ketenangan

Umumnya, kolam pancing berlokasi di pinggiran yang masih asri dan kehijauan. Kalaupun berdampingan dengan pemukiman penduduk, situasinya belum terlalu padat seperti di daerah pusat kota.



Atau ada yang pernah melihat kolam pancing berlokasi di antara gedung pencakar langit? Di samping mal, misalnya? Kalau kolam renang banyak di area tersebut.  Sedangkan kolam pancing kayaknya nyaris mustahil. Tempatnya lebih pas di daerah yang belum terlalu ramai.


Karena itu, suasana dan udara di kolam pancing biasanya masih segar.  Apalagi jika banyak pepohonan mengelilingi lokasi. Teduh. Saat siang hari dan matahari bersinar terik, air di kolam seperti berkilauan.  Sesekali ada ikan yang melompat salto di udara seakan menantang. "Ayo, pancing aku!"


Aktivitas memancing bisa menjadi pilihan untuk healing dari kegiatan padat.  Memandang ketenangan air di kolam, mudah-mudahan mampu menghilangkan stres di akhir pekan.  Kepenatan dengan jadwal yang ramai di hari kerja, bisa terurai dengan meluangkan waktu sejenak di tepi kolam yang tenang dan teduh.


Ayo, Luangkan Waktu untuk Memancing

Aktivitas memancing memang membutuhkan waktu khusus agar hasilnya maksimal. Perlu berjam-jam agar kita memperoleh jumlah ikan yang memuaskan. Jika belum maksimal, kita perlu berpikir ulang lagi mengenai umpan. Atau berganti lokasi agar lebih banyak memperoleh ikan.


Ada kepuasan ketika kita memperoleh ikan hasil tangkapan sendiri, bukan dari pasar apalagi supermarket. Senang, lho, saat menarik ikan langsung melalui pancing dari kolam. Ikan yang menggelepar terjamin kesegaran karena diambil langsung dari sumbernya. Ini bisa menjadi santapan lezat di rumah.



Baik pria atau wanita, nggak masalah pergi memancing. Sesekali kita perlu suasana baru. Kalaupun nggak ikut memancing, bisa juga ikut ngemil sambil menikmati ketenangan area kolam.


Asalkan sabar menunggu ikan yang terkadang jual mahal dengan umpan kita, memancing bisa menjadi aktivitas menarik di akhir pekan atau hari libur.  Apalagi umumnya, biaya ke kolam pancing juga nggak mahal, kok.  Masih terjangkau dengan isi kantong.


Yuk, memancing untuk mengisi waktu liburan.


Gambar diedit oleh Canva



Postingan populer dari blog ini

Prioritaskan Kesehatan Mata Sebagai Investasi Seumur Hidup

Kaca mata identik dengan orang tua dan kakek nenek lansia. Penglihatan yang mulai mengabur karena faktor usia ataupun penyakit, membuat para warga senior banyak yang bermata empat. Namun, apa jadinya kalau anak-anak sudah menggunakan kaca mata? Berkaca mata sejak usia 12 tahun, saya paham bagaimana risihnya dulu pertama kali memakai benda bening berbingkai ini. Saat masuk ke kelas, ada beragam tatapan dari teman-teman, mulai dari yang bingung, merasa kasihan, sampai yang meledek.  "Ih, seperti Betet!" Begitu gurauan seorang anak diiringi senyum geli. Hah, Betet? Sejak kapan ada burung Betet yang memakai kaca mata.  Cerita beginian cuma ada di kisah dongeng. Terlalu berlebihan. Candaannya diabaikan saja Waktu itu,  bukan perkara mudah menjadi penderita rabun jauh atau miopia. Apalagi di sekolah saya tidak banyak anak yang memakai kaca mata. Kalau kita beda sendiri, jadi kelihatan aneh.  Padahal, siapa juga yang mau terkena rabun jauh? Walaupun risih, keluhan mata tidak boleh

Konservasi Hutan untuk Ekonomi Hijau bersama APRIL Group

Gerakan ekonomi hijau atau Green Ekonomy mulai disosialisaikan oleh United Nation Environment Program (UNEP) pada tahun 2008. Konsep ini menitikberatkan pada kegiatan ekonomi untuk kemajuan negara, dengan memperoleh keuntungan bersama antara produsen dan konsumen, tanpa merusak lingkungan. Salah satu lingkungan yang dipantau adalah hutan. Sebagai salah satu pabrik pulp dan kertas terbesar di dunia,  pengalaman APRIL Group , melalui anak perusahaannya PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) di Pangkalan Kerinci, Riau, Indonesia, dapat menjadi referensi untuk pelestarian lingkungan. Perusahaan tetap konsisten mengelola pabrik, tanpa mengabaikan alam, bahkan  melalui program APRIL2030 , ikut meningkatkan  kesejahtearaan masyarakat  dan turut mengurangi emisi karbon . Yuk, kita simak aktivitas ekonomi hijau bersama perusahaan ini. Ekonomi Hijau untuk Menjaga Keanekaragaman Hayati  Sumber : Pixabay  Konservasi Hutan untuk Mencegah Deforestasi Setiap tahun, perusahaan mampu memproduksi 2,8 jut

Ketika Konten Blog Menggeser Sistem Marketing Jadul

Dahulu kala ketika internet belum semasif sekarang, rumah sering didatangi Mbak-mbak atau Mas-mas  berpenampilan menarik. Dengan senyum menawan, mereka mengulurkan tangan menawarkan produk dari perusahaannya. "Maaf, mengganggu sebentar. Mari lihat dulu sampel produk kami dari perusahaan XYZ." Begitu mereka biasanya memperkenalkan diri. Mayoritas pemilik rumah langsung menggeleng sambil meneruskan aktivitasnya. Sebagian lagi acuh sembari mengalihkan perhatian. Ada juga yang masuk ke rumah dan menutup pintu. Respon para salesman tersebut pun beragam. Beberapa orang dengan sopan berlalu dari rumah, tapi ada pula yang gigih terus mendesak calon konsumen.  Walaupun upayanya nihil karena tetap dicuekin. Saat dulu masih kanak-kanak, saya pernah bertanya pada orang tua. Kenapa tidak membeli produk dari mereka? Kasihan sudah berjalan jauh, terpapar sengatan sinar matahari pula. Mereka pun sering diacuhkan orang, bahkan untuk salesgirl beresiko digodain pria iseng. Jawaban orang tua