Langsung ke konten utama

Postingan

Ngeblog dari Nol, Langkah Awal Blogger Pemula

Foto :  Pixabay dan Canva Ngeblog. Dari dulu saya sudah sering mendengar istilah ini, namun masih awam dengan pengertiannya karena belum pernah ikutan ngeblog. Istilah blogger sendiri mulai dikenal sejak banyak penulis blog yang membagi tulisan keren, seperti travelling, yang kemudian jadi viral. Dalam bayangan saya, para blogger adalah orang-orang yang punya 1001 macam ide, kemudian dituangkan dalam bentuk tulisan dan visual menarik. Mereka sulit kehabisan ide serta punya cara tertentu untuk tetap konsisten berkarya.   Rumit juga jadi blogger, begitu sempat muncul opini di pikiran. Selain rajin mencari ide, blogger tentu paham internet. Sedangkan saya hanya tahu  meng-google saja. Namun karena penasaran, saya pernah coba buat blog sendiri. Usaha itu sukses membuat semakin bingung. Banyak istilah-istilah blog yang belum dimengerti. Sempat pula kehabisan tema tulisan. Alhasil blognya lebih sering kosong melompong. Hingga suatu hari saya dapat info berharga dari teman online. Jangan hera

Yuk, Berlibur ke Central Park Zoo and Resort

Hampir berlumut.  Mungkin itu situasi yang tepat untuk menjelaskan nyaris dua tahun tidak bisa pergi ke mana-mana.  Hanya di rumah saja sambil disuguhi media yang memberitahu angka penderita Covid dari hari ke hari.  Sampai malas bertanya, kapan virus ini hilang? Di rumah sudah menyesuaikan diri, gimana cara menghilangkan jenuh, mulai dari cari hobi yang bisa bermanfaat, termasuk buat blog walau masih agak gagap.  Namanya juga belajar, nggak bisa instant, sering ada proses.  Mau pesan ayam goreng cepat saji saja perlu proses, kan?  Ayamnya dipotong, dibumbui, digoreng, dijual, kemudian pengunjung antri membeli.  Apalagi   dengan  menulis. Kemudian vaksin datang dan mulai disosialisasikan pada masyarakat. Walau sempat muncul pro kontra mengenai dampak negatif vaksin, akhirnya orang berbondong-bondong untuk dapat suntikan.  Dan ... blass!  Curva Covid mulai melandai. PPKM telah dicabut, pasien Covid sudah menurun.  Terus, apa mau di rumah saja?  Covid memang belum lenyap, tapi kalau masi

Membangun Kesehatan Fisik dan Mental Anak Bersama Kampanye #KejuAsliCheck

Kring! Bel tanda pulang sekolah SD Kesuma berbunyi nyaring.  Setelah pelajaran usai Tika langsung melesat dari kelas menuju lapangan parkir.  Hari ini dia menolak semua ajakan teman-temannya untuk bermain, karena ada yang mau dikerjakannya bersama Mama. Di lapangan parkir, senyuman Tika langsung mengembang melihat mobil Mama sudah tiba.  Benar juga janji Mama untuk datang lebih cepat hari ini.  Tidak sia-sia usahanya tadi mengerjakan tugas sekolah dengan cepat, namun tetap teliti. "Ayo, Ma,"  jawab gadis cilik itu penuh semangat sambil masuk ke mobil. Mama tersenyum dan langsung menyetir keluar dari parkiran sekolah. Perjalanan mereka cukup jauh hingga akhirnya sampai pada sebuah supermarket di pinggir kota.  Di dalam supermarket bersama Mama, Tika melangkah dengan semangat menuju ke rak bagian susu dan keju.  Tatapannya dengan teliti menyusuri barisan keju yang tertata rapi. "Ini dia, Ma!"  Dia bersorak riang sambil menunjuk kemasan keju cheddar KRAFT. Mama mengang

PPKM Diperlonggar, Percut Menanti Kunjungan

Perkampungan Nelayan Percut Sei Tuan, Deli Serdang Akhirnya, Bisa Jalan-Jalan Lagi      Yessss!  Itu yang terlontar ketika mendengar PPKM mulai dipelonggar.  Setelah hampir dua tahun dikepung pandemi dan dua bulan terkena PPKM level 4 kemudian level 3, pemerintah sudah mulai memperlonggar ke level 2.  Ruang-ruang publik sudah dibuka. Berwisata ke luar kota mulai diizinkan.     Bersama beberapa teman, yang hanya bisa berkomunikasi secara digital selama masa karantina massal, dibuat rencana untuk menarik napas sejenak. Berwisata bersama! Tentu setelah divaksin dan mentaati prokes. Enggak usah jauh-jauh, cukup di pinggir kota saja.  Pilihan kami jatuh pada kecamatan Percut Sei Tuan, kabupaten Deli Serdang, Sumut.     Dari kota tercinta, Medan, perjalanan menempuh 1,5 jam melalui tol Helvetia menuju tempat ini.  Letaknya berdekatan dekat muara laut.  tentu senang sekali bisa menghirup napas segar ke pinggiran kota. Berwisata sambil melihat rumah-rumah penduduk nan asri, karena masih banyak

Festival Pasar Rakyat

 Pasar Rakyat Sebagai Penggerak Roda Ekonomi     Sumber  :  Istockphoto.com      "Tomat hari ini enggak dibeli? Biasanya bawa tomat juga. "     "Masih ada, Kak."     "Jadi, cuma cabe sama bawang saja?"     "Iya, Kak, hari ini itu dulu.  Besok-besok aku belanja ke sini lagi."     "Ah, kok sedikit belanjamu hari ini?"   Begitulah percakapan yang lumrah terdengar di pasar rakyat. Akrab, apalagi kalau kita sudah berlangganan. Terkadang si penjual hapal jenis belanjaan yang sering kita beli.  Mereka akan protes kalau kita belanja tak sebanyak biasanya. Namun, bukan dengan suara marah, tapi dengan nada yang santai. Sumber : Istockphoto.com         Saat ini di wilayah Indonesia terdapat 13.450 pasar tradisional (rakyat) yang tersebar di seluruh penjuru tanah air, dari jumlah tersebut menampung sebanyak 12,6 juta pedagang belum termasuk para pemasok dan pengelola pasar. (Sumber:  bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Laporan_Akhir_Analisis_