Langsung ke konten utama

Yuk, Berlibur ke Central Park Zoo and Resort






Hampir berlumut.  Mungkin itu situasi yang tepat untuk menjelaskan nyaris dua tahun tidak bisa pergi ke mana-mana.  Hanya di rumah saja sambil disuguhi media yang memberitahu angka penderita Covid dari hari ke hari.  Sampai malas bertanya, kapan virus ini hilang?


Di rumah sudah menyesuaikan diri, gimana cara menghilangkan jenuh, mulai dari cari hobi yang bisa bermanfaat, termasuk buat blog walau masih agak gagap.  Namanya juga belajar, nggak bisa instant, sering ada proses.  Mau pesan ayam goreng cepat saji saja perlu proses, kan?  Ayamnya dipotong, dibumbui, digoreng, dijual, kemudian pengunjung antri membeli.  Apalagi dengan menulis.


Kemudian vaksin datang dan mulai disosialisasikan pada masyarakat. Walau sempat muncul pro kontra mengenai dampak negatif vaksin, akhirnya orang berbondong-bondong untuk dapat suntikan.  Dan ... blass!  Curva Covid mulai melandai.


PPKM telah dicabut, pasien Covid sudah menurun.  Terus, apa mau di rumah saja?  Covid memang belum lenyap, tapi kalau masih bisa dengan prokes, kenapa tidak coba berjalan-jalan sejenak?  Rindu juga melihat keramaian lagi, orang berkumpul kembali tanpa rasa takut. Termasuk nongkrong bareng teman sambil ketawa-ketiwi dan bertukar cerita.


Seorang kawan kemudian bercerita tentang tempat wisata di pinggir kota Medan, yang cocok untuk bersantai melonggarkan badan yang terkurung lama di rumah.  Central Park namanya, fasilitasnya lengkap dengan kolam renang, kebun binatang, permainan anak, hingga pondok untuk piknik bersama.


Lokasinya oke juga, kok.  Agak ke pinggiran kota, alias sekitar 15 menit dari lokasi rumah.  Jadi, tidak perlu keluyuran jauh hanya untuk mencari tempat berwisata-ria. Udara di sana juga cukup sejuk, beda dengan kota Medan yang menghangat.


Jadi, tunggu apalagi? Kesepakatan  tercapai, teman-teman  menyanggupi untuk ikut, jadwal sudah ditentukan.  Di rumah saya segera menyiapkan dana untuk karcis masuk dan sekedar membeli makanan di sana.  Nggak bagus, kan, keliling-keliling dengan perut keroncongan.  Yang ada nanti badan tambah kurus.  Lagipula, siapa tahu ada banyak pilihan makanan di sana. Kesempatan untuk cari cemilan bervariasi.


Setelah semua persiapan selesai, tiba-tiba seorang teman memberi kabar.  "Ke sana cukup bawa badan saja. Untuk karcis dan makan siang serta cemilan, sudah ada donatur."


Nah, punya alasan lain untuk nggak ikutan?


Perjalanan Akhir Pekan

Awalnya saya pikir lokasi Central Park mepet di pinggir jalan. Ternyata dugaan itu salah besar.  Lokasinya luas sekali mencapai lebih kurang 10 ha. Dari wahana yang sudah dibuka untuk umum, masih ada lagi renovasi di tanah kosong. Mungkin kalau datang lain kali, sudah ada pengembangan sarana baru untuk pengunjung.

Pertama kali tiba, kami langsung disambut dengan terowongan dan jalan menurun yang berliku. Kehijauan pepohonan benar-benar menyejukkan pandangan mata. Lapangan parkirnya juga cukup luas sehingga nggak ribet cari tempat saat akhir pekan yang ramai.



Central Park Zoo and Resort terletak di Jalan Jamin Ginting km. 20, Desa Sungau, Kec. Pancur Batu, Kab. Deli Serdang, Sumut. Karena menggunakan kendaraan pribadi, perjalanan kami relatif lancar. Hanya duduk manis di mobil, lihat kiri kanan sambil ngobrol-ngobrol, sampailah di tujuan.

Gimana kalau naik kendaraan pribadi? Tenang, ada angkot hingga becak motor khas Medan yang sampai ke sana. Kalau dari tengah kota Medan, carilah dulu angkot Rahayu warna merah hijau bernomor 103 tujuan ke pasar  Pancur Batu.  Kemudian dari Pancur Batu menyambung lagi dengan menggunakan angkot tertentu, kata penduduk setempat "angkot  gunung" karena memang tujuannya ke dusun-dusun pedalaman. Ada juga becak motor dari pasar yang siap mengantar ke lokasi.


Hanya, pulangnya saja yang agak repot. Kalau perginya relatif mudah karena ada pasar Pancur Batu sebagai tempat parkir angkot dan becak. Sementara pulangnya, terlihat jarang angkot dan becak melewati lokasi wisata, sebab terletak agak ke pinggir kota. Jadi, sebaiknya agak sabar menunggu. Atau boleh coba panggil kendaraan online, siapa tahu muncul.


Untuk hari biasa, yaitu Senin sampai Jumat, Central Park menjual karcis pada harga Rp 30.000,-.  Sementara Sabtu, Minggu, dan hari libur nasional, harga tiket dijual di harga Rp 40.000,-. Jam operasionalnya berlangsung antara pukul 09.00 - 17.00 WIB.


Apa saja yang bisa diperoleh dengan harga karcis itu?


Ada kolam renang tempat untuk berendam sepuasnya.  Kalau hari libur, bener-benar penuh hingga berdesakan dengan pengunjung lain. Selain itu bisa juga berkeliling melihat aquarium, kebun binatang mini, hingga masuk ke sangkar burung raksasa alias aviary. Semuanya bisa dikunjungi gratis karena sudah termasuk harga tiket.



Tapi, ada juga yang harus dibayar terpisah, seperti wahana bermain anak, penginapan, pondok beristirahat, hingga tikar, dan tentunya kantin.  Semua kembali pada pilihan dan kemampuan kantong pengunjung.  Semakin tebal kantongnya, semakin puas menikmati fasilitas yang disediakan.


Dijamin tidak bosan berkeliling kompleks sambil cuci mata.  Asal badan bugar dan kaki kuat, asyik juga jalan-jalan berputar lokasi, karens jadi perpaduan antara olah raga dan rekreasi. Waktu yang dihabiskan berjam-jam di sana tidak terasa berlalu begitu saja.
  

Untuk cerita selengkapnya, yuk kita bahas di bawah ini.


Liburan Nyaman di Pinggiran Kota  

Begitu masuk dari gerbang pembelian karcis, kita langsung ketemu dengan kolam renang nan luas.  Kebetulan hari itu adalah hari Sabtu.  Kolam penuh dengan pengunjung berbagai usia yang berenang dan bermain sambil tertawa-tawa ria.

Saya yang belum pernah ke sana, hanya ikut teman yang membawa kami ke pondok tempat beristirahat, sambil menunggu makan siang.  Pondoknya bagus dan terbuat dari bambu.  Dan yang paling penting ... bersih.  Ini kan, yang membuat kita nyaman dan betah berlama-lama di tempat wisata.


Di sini kita boleh memilih pondok dengan sewa Rp 75.000,-. Bangunannya benar-benar nyaman untuk kongkow bersama. Kalau mau berhemat, bisa sewa tikar dengan harga Rp 25.000,- saja. Cuma hujan dan panas nggak ditanggung ya. Hehehe.


Kebersihan sangat diperhatikan di sini.  Ada tong sampah setiap jarak 10 meter, demikian juga dengan kran air dan handsanitizer. Para petugas sudah siap sedia membersihkan pondok ketika penghuni terdahulu telah pulang. Tidak hanya membuang sampah yang tertinggal, tapi juga menyapu serta mengepel lantai pondok bambu.  Mantap!



Jalan-jalan keliling?  Nanti dulu.  Hampir tengah hari, perut mulai nyaring berdenting. Ternyata nasi dan lauk pauk memang sudah disediakan oleh teman.  Porsinya?  Wow, cukup untuk dua kali makan.  Hihihi.  Belum lagi cemilan.  


Oya, untuk pengunjung yang belum sempat beli makanan, di sini juga tersedia kantin. Tempatnya bersih dengan berbagai pilihan makanan. Tinggal disesuaikan saja dengan selera masing-masing. Serba lengkaplah.


Kenyang setelah makan?  Pertanyaan yang tak perlu dijawab.  Perut rasanya kayak karung beras, apa nggak buncit nanti?  Tapi tak apalah.  Namanya juga sesekali.  Apalagi dalam suasana senang dan ramai, selera makan memang bertambah.


Belakangan saya tahu, ternyata energi dari nasi dua porsi tadi ada manfaatnya juga.

Perlu Tenaga Ganda untuk Berkeliling Kompleks Central Park Zoo

Selesai makan, enaknya ngapain?  Duduk dululah, minimal selama 15-20 menit, katanya agar pencernaan makanan  ke dalam tubuh bisa lancar.  Tapi, duduk terlalu lama nggak enak juga, kuatir nanti makanan jadi timbunan lemak.


Setelah lewat 15 menit, barulah dimulai acara cuci mata keliling area wisata.  Ketika teman-teman lain masih asyik ngobrol, saya lanjut saja sendirian.  Lagipula lebih enak kok jalan sendirian.  Bisa sesuka hati berhenti lama di tempat yang menarik.  Kalau sama teman, biasanya saling tunggu-tungguan. 


Pertama-tama, saya mendatangi kandang kuda sambil memegang hewan bersurai itu.  Ada yang jinak sama pengunjung, tapi ada juga yang pemarah dan mau menyeruduk.  Untung saja mereka diparkirkan di kandang, jadi nggak mungkin bisa ngejar orang.  Bagi saya ini pengalaman menarik karena sebenarnya takut sama kuda. Dalam bayangan saya, kuda itu adalah hewan yang suka menendang.


Ada banyak jenis hewan yang tinggal di Central Park Zoo.  Mulai dari harimau, singa, berbagai macam unggas, kelinci, kucing, kandang burung hingga beruang dan ikan-ikan di aquarium. 


Dari sekian banyak hewan itu, ada beberapa yang menarik perhatian.

Singa

Waktu singgah di kandang singa, saya kaget melihat lihat situasi di sana.  Di dalam kandang ada dua ekor singa betina sedang bermain bersama ditemani pawang. Yap, pawangnya adalah manusia bertubuh utuh yang sedang santai bermain hape.  Seperti tak terjadi apa-apa, kedua singa itu asyik bermain bercanda-ria dan mengabaikan si pawang.



Darimana kita bisa langsung tahu jenis kelamin singa?  Mudah saja.  Singa betina tubuhnya lebih kecil dan tak punya surai, alias leher dan kepalanya botak mulus.  Beda dengan singa jantan yang bertubuh besar gagah dan punya surai.



Tapi, apa singa betina nggak menyerang. Setahu saya, yang berburu di alam bebas justru singa betina, yang jantan malah nunggu mangsa. Karena penasaran, saya langsung teriak.  "Bang, kenapa Abang nggak diterkam singa?"


Bukannya menjawab.  Dia malah tersenyum sambil mengambil botol air mineral yang sudah kosong, kemudian melemparnya ke arah singa tersebut.  Tebak apa yang terjadi?


Melihat pemandangan di dalam kandang, saya percaya kalau kedua singa itu sudah dirasuki roh anjing.  Mereka berdua bermain, melompat, dan berguling-guling, sambil memperebutkan botol air mineral tadi.


Saya takjub, kok bisa begitu ya. Apa sekarang singa sudah berubah jadi jinak?  Setelah mengamati seisi kandang, barulah paham kalau singa betina memang sudah dilatih jinak dan sengaja dilepas.  Sedangkan singa jantan dikurung dalam kandang khusus sambil terus meraung. Singa yang ini jelas terlihat naluri mau menyerang.


Oh, pantaslah, pawangnya cuma berani sama perempuan.


Aviary

Tempat kedua yang menarik perhatian saya adalah aviary alias kandang burung. Bentuknya luas dengan berbagai jenis burung bebas beterbangan di dalammya.  Menarik, karena lihat banyak burung beradu dengan variasi suara berbeda.  Bahkan ada dua ekor burung cantik warna-warni yang sengaja ditambatkan di tiang, untuk diajak foto bersama pengunjung.



Ribut riuh di dalam, iya tentu saja.  Semua jenis burung seakan pamer keunikan suara masing-masing, dari yang cempreng sampai yang merdu.  Bukan hanya suara, rupa dan warna bulu-bulu mereka juga bercorak menarik.  Cantik sekali.


Di pinggir kandang ada seekor anak rusa jinak yang duduk malu-malu.  Saya coba mendekati dan menyentuhnya lembut.  Dia diam saja, tidak melawan tapi juga tidak lari ketakutan. Di tenang seperti sudah terbiasa dengan keriuhan pengunjung.  Anak rusa yang manis, jadi seperti cerita-cerita dalam dongeng fabel. 

Aquarium

Tempat berikutnya yang tak kalah bagus adalah aquarium. Dari dulu saya termasuk orang yang suka dengan aquarium.  Rasanya senang sekali melihat ikan-ikan kecil berenang berseliweran, dengan berbagai rupa dan warna.  Konon, melihat ikan yang berenang diaquarium bisa jadi terapi untuk menenangkan pikiran.  Boleh juga nih dicoba untuk yang lagi puyeng.


Niat untuk memelihara ikan selalu gagal. Pernah coba beli ikan mas koki dalam stoples. Berkali- kali dibeli, berkali-kali juga umurnya cuma sehari dua hari. Piara ikan di stoples nggak beres, gimana pula mau buat aquarium. Jadinya, cuma bisa lihat aquarium milik orang lain sajalah.


Kembali lagi ke aquarium Central Park. Banyak juga jenis ikannya di sana, mulai dari yang mini, seperti ikan teri, hingga yang besar seukuran ikan hiu.  Untuk yang kecil, namanya kurang dikenal saking banyaknya.  Tapi yang besar ada jenis kerapu dan ikan hiu sirip hitam.



Ikan kerapu mengingatkan saya pada tukang sayur yang sering lewat di depan rumah pagi hari.  Namun, ikan kerapu ini jelas berbeda dengan yang biasa dijual. Ukurannya beberapa kali lebih besar daripada yang sering disantap di rumah.  Penasaran juga, gimana ya rasa ikan kerapu dalam aquarium?


Ikan kerapu ternyata ikan asli perairan Indonesia, yang terdiri dari 46 spesies berbeda.  Ikan ini sudah banyak dibudidaya karena bisa jadi komoditas ekspor yang menguntungkan.  Perairan Indonesia adalah habitat yang cocok untuk perkembangbiakannya.  Persediaan ikan kerapu di alam mulai berkurang, tapi permintaan pasar dunia tetap tinggi, hingga harganya terus melejit. (Sumber : http://www.upacaya.com/mengenal-ikan-kerapu/


Sedangkan ikan hiu sirip hitam mudah dikenal melalui ciri-ciri warna hitam di ujung sirip.  Panjangnya sekitar 1,5 meter, hidup di laut tropis dan sub tropis seluruh dunia.  Yang paling penting, mereka nyaris punah dan sudah perlu dilindungi.  Hiu ini banyak diburu demi kepentingan ekonomi, yaitu untuk mengambil siripnya.  Menurut kabar, sirip hiu banyak manfaatnya mulai dari dibuat makanan hingga kosmetik.  (Sumber : https://www.dictio.id/t/apa-yang-anda-ketahui-tentang-ikan-hiu-sirip-hitam/64155


Beruntung saya bisa melihat ikan ini langsung di aquarium Central Park.


Mau Menginap? Boleh-boleh saja

Sesuai namanya, Central park Zoo and Resort bisa jadi tempat berakhir pekan bersama keluarga. Disediakan rumah mungil, seperti bungalow, untuk menghabiskan waktu bersama keluarga. Tempat beristirahat yang nyaman dengan pemandangan ke sungai jernih serta kehijauan di lokasi wisata.



Untuk hari biasa, pengelola memasang tarif sewa Rp 500.000,- per malam.  Sedangkan akhir pekan atau hari libur, tarif agak naik sedikit menjadi Rp 600.000,-  per malam. 


Tidak perlu jauh untuk jeda sejenak dari hiruk pikuk kota besar. Central Park Resort menyediakan fasilitas liburan yang lengkap. Boleh bersantai di penginapan, tapi kalau bosen di ruangan  bisa  langsung berenang sepuasnya.  Atau olahraga sambil melihat hewan-hewan di kebun binatang mini.

Anak-anak Puas, Orang Tua Cemas

Di tengah lokasi ada berbagai permainan anak yang tersedia, yaitu sejenis kegiatan outbound. Harganya cukup terjangkau dan beragam,  mulai dari Rp 25.000,- hingga Rp 40.000,- tergantung pilihannya.


Tersedia juga kelas mewarnai untuk anak-anak. Mereka bisa melukis dan menggambar sepuasnya di lapangan terbuka. Disediakan kanvas dan cat warna-warni untuk melatih kreativitas.


Cemilannya juga unik dan beragam.  Ada satu jenis makanan seperti kue-kue kecil, saya lupa namanya, tapi berasap.  Siapa yang memakannya, niscaya dari hidungnya keluar asap. Persis kayak cerita naga bernafas di dongeng-dongeng. Ada-ada saja.


Belum lagi bermacam-macam mainan beraneka rupa dan harga. Bentuknya unik dan lucu-lucu.  Anak-anak yang tak kuat iman, bisa meraung seperti singa kalau orang tua tak mau membelikan untuk mereka.



Peristiwa inilah yang mempengaruhi jadwal kepulangan kami. 


Hari sudah sore ketika kami masih asyik mengobrol. Karena sudah lama tak bertemu, ada saja topik yang dibahas. Hari masih terang dan cerah, tak ada kegiatan lain menunggu.  Akhir pekan bersama jadi ajang diskusi seru.


Tiba-tiba ada seorang teman nyeletuk. "Jam 5 sore sudah bisa pulanglah kita. Kalau nggak, nanti kantongku makin parah."


Kami semua tertawa. Teman saya, seorang papa dengan dua orang anak kecil, hanya bisa meringis sambil menatap kedua buah hatinya. Yang satu asyik mencoba semua permainan. Yang lain ngamuk kalau nggak dipenuhi permintaannya. Kantong papanya pun mulai jebol.


Menjelang pukul 17.00, mulailah kami berkemas untuk pulang.  Selain waktu operasional tempat wisata memang sudah mau tutup, kita juga turut bersimpati dengan teman tadi.  Hmm ...


Kalau saya sendiri, senang sekali bisa jalan-jalan ke sana. Keliling-keliling melihat hewan dan wahana bermain yang seru, tak terasa waktu terus berputar. Akhirnya, nasi dua porsi plus cemilan yang saya lahap tadi, sudah dibakar lunas jadi energi.






Komentar

Postingan populer dari blog ini

Prioritaskan Kesehatan Mata Sebagai Investasi Seumur Hidup

Kaca mata identik dengan orang tua dan kakek nenek lansia. Penglihatan yang mulai mengabur karena faktor usia ataupun penyakit, membuat para warga senior banyak yang bermata empat. Namun, apa jadinya kalau anak-anak sudah menggunakan kaca mata? Berkaca mata sejak usia 12 tahun, saya paham bagaimana risihnya dulu pertama kali memakai benda bening berbingkai ini. Saat masuk ke kelas, ada beragam tatapan dari teman-teman, mulai dari yang bingung, merasa kasihan, sampai yang meledek.  "Ih, seperti Betet!" Begitu gurauan seorang anak diiringi senyum geli. Hah, Betet? Sejak kapan ada burung Betet yang memakai kaca mata.  Cerita beginian cuma ada di kisah dongeng. Terlalu berlebihan. Candaannya diabaikan saja Waktu itu,  bukan perkara mudah menjadi penderita rabun jauh atau miopia. Apalagi di sekolah saya tidak banyak anak yang memakai kaca mata. Kalau kita beda sendiri, jadi kelihatan aneh.  Padahal, siapa juga yang mau terkena rabun jauh? Walaupun risih, keluhan mata tidak boleh

Konservasi Hutan untuk Ekonomi Hijau bersama APRIL Group

Gerakan ekonomi hijau atau Green Ekonomy mulai disosialisaikan oleh United Nation Environment Program (UNEP) pada tahun 2008. Konsep ini menitikberatkan pada kegiatan ekonomi untuk kemajuan negara, dengan memperoleh keuntungan bersama antara produsen dan konsumen, tanpa merusak lingkungan. Salah satu lingkungan yang dipantau adalah hutan. Sebagai salah satu pabrik pulp dan kertas terbesar di dunia,  pengalaman APRIL Group , melalui anak perusahaannya PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) di Pangkalan Kerinci, Riau, Indonesia, dapat menjadi referensi untuk pelestarian lingkungan. Perusahaan tetap konsisten mengelola pabrik, tanpa mengabaikan alam, bahkan  melalui program APRIL2030 , ikut meningkatkan  kesejahtearaan masyarakat  dan turut mengurangi emisi karbon . Yuk, kita simak aktivitas ekonomi hijau bersama perusahaan ini. Ekonomi Hijau untuk Menjaga Keanekaragaman Hayati  Sumber : Pixabay  Konservasi Hutan untuk Mencegah Deforestasi Setiap tahun, perusahaan mampu memproduksi 2,8 jut

Ketika Konten Blog Menggeser Sistem Marketing Jadul

Dahulu kala ketika internet belum semasif sekarang, rumah sering didatangi Mbak-mbak atau Mas-mas  berpenampilan menarik. Dengan senyum menawan, mereka mengulurkan tangan menawarkan produk dari perusahaannya. "Maaf, mengganggu sebentar. Mari lihat dulu sampel produk kami dari perusahaan XYZ." Begitu mereka biasanya memperkenalkan diri. Mayoritas pemilik rumah langsung menggeleng sambil meneruskan aktivitasnya. Sebagian lagi acuh sembari mengalihkan perhatian. Ada juga yang masuk ke rumah dan menutup pintu. Respon para salesman tersebut pun beragam. Beberapa orang dengan sopan berlalu dari rumah, tapi ada pula yang gigih terus mendesak calon konsumen.  Walaupun upayanya nihil karena tetap dicuekin. Saat dulu masih kanak-kanak, saya pernah bertanya pada orang tua. Kenapa tidak membeli produk dari mereka? Kasihan sudah berjalan jauh, terpapar sengatan sinar matahari pula. Mereka pun sering diacuhkan orang, bahkan untuk salesgirl beresiko digodain pria iseng. Jawaban orang tua