Jika ingin mengetahui, sejarah, budaya dan adat-istiadat masyarakat setempat, cerpen bisa menjadi alternatif sumber informasi. Isinya singkat, berkisar 10.000 kata atau maksimal enam hingga tujuh halaman. Alur kisahnya dipadatkan dalam rangkuman cerita efisien.
Tokoh dalam cerpen hanya sekitar tiga orang dengan tema tunggal. Bertema tunggal artinya cerpen membahas satu sumber permasalahan, tanpa merembet ke topik lain. Intinya, cerpen merupakan cerita singkat yang bisa selesai dibaca dengan waktu sekitar sepuluh menit.
Tema cerpen beragam, mulai dari sejarah, sosial budaya, hingga kisah-kisah seputar tetangga yang sering kita dengar. Hanya saja, alur cerpen dikemas dalam penokohan dan plot yang unik. Adakalanya naskah ditulis secara tersirat, hingga pembaca perlu sedikit mengernyitkan dahi untuk menemukan makna tersembunyi yang ingin disampaikan.
Definisi naskah ini sesuai dengan pengertian cerpen menurut J. S. Badudu, penggiat Bahasa Indonesia yang sudah dikenal luas di nusantara. Cerpen berkonsentrasi pada satu peristiwa. Tokohnya berfokus pada satu orang yang menjadi penggerak cerita tersebut. Istilah sekarang, cerpen nggak ribet apalagi neko-neko.
Beda dengan novel yang bisa menuturkan kisah sang tokoh mulai dari kanak-kanak hingga usia lanjut, alur cerpen lebih singkat. Namun soal plot, cerpen nggak kalah menarik dari novel. Banyak kisah cerpen yang memiliki plot twist atau akhir cerita mengejutkan. Ending-nya sulit ditebak oleh pembaca.
Walaupun menuturkan kisah menarik, masih muncul komentar miring berkaitan dengan jenis prosa ini. Ada yang mengatakan kalau cerpen hanya tulisan halusinasi hasil karya pengarang. Ceritanya hanya imajinasi tanpa dasar. Berbeda dengan naskah non fiksi yang dirangkum berdasarkan fakta.
Memang cerita cerpen umumnya hasil imajinasi pengarang. Namun, kisah tersebut masih dalam ranah logika, berbeda dengan dongeng. Coba saja perhatikan cerpen yang dimuat di media cetak atau online. Karakter tokohnya dekat dengan di sekitar kita. Pesannya menyampaikan opini penulis secara terselubung. Berbeda dengan artikel yang lugas memaparkan poin demi poin sudut pandang si penulis.
Walaupun berdasarkan imajinasi, cerpen tetap memberi manfaat untuk pembaca. Menyimak jenis tulisan ini bukan berarti membuang waktu, tapi bisa menambah pengetahuan dan wawasan. Apa saja faedah dan manfaat cerpen. Yuk, kita simak berikut ini.

Manfaat Cerpen untuk Pembaca
Jika tertarik membaca cerpen, cukup mudah mendapatkan jenis naskah ini. Surat kabar konvensional yang masih banyak beredar, memuat berbagai tulisan cerpenis, sebutan untuk penulis cerpen, dari seluruh nusantara. Karya versi cetak biasanya sudah melalui tangan dingin editor. Mereka sudah memilih naskah dengan tema menarik, serta tata bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Namun, bukan berarti cerpen secara online kurang berkualitas. Ada juga, kok, situs-situs terkemuka yang memuat berbagai cerpen dengan tema memikat. Sekarang tinggal kemampuan kita memilah-milih naskah yang tepat untuk dibaca. Penting memilih bahan bacaan berkualitas karena akan mempengaruhi wawasan dan pola pikir.
Oleh sebab itu, pilihlah cerpen yang bukan abal-abal, agar pembaca memperoleh manfaat. Adapun manfaat dari membaca cerpen adalah :
- Mengetahui beragam budaya masyarakat
Tema cerpen umumnya diambil dari peristiwa yang terjadi di masyarakat, termasuk budaya. Dalam menuturkan cerita, tidak jarang cerpenis menyisipkan istilah budaya atau adat istiadat dari rumpun masyarakat tertentu.
Jadi tanpa harus bepergian, pembaca bisa menyusuri latar belakang suatu adat-istiadat. Melalui cerpennya, penulis juga menyampaikan keresahan atau opini pada suatu budaya yang menurutnya kurang relevan dengan situasi sekarang.
Setelah menelusuri pemaparan cerpenis, pembaca diberi keleluasaan untuk membuat penilaian. Tiada niat untuk menggurui atau menentukan opini yang benar atau salah. Setiap individu bebas memilih sudut pandangnya tentang suatu peristiwa.
- Sebagai hiburan yang menenangkan hati
Tema cerpen ringan dan familiar. Penuturannya lincah dengan kisah yang mudah dicerna sambil duduk santai di waktu senggang. Alur dan tema ceritanya beragam. Cerita jenaka mampu membuat pembaca terbahak, sebaliknya kisah sedih bisa menularkan hawa mengharu biru.
Berbeda dengan novel yang terdiri dari puluhan bahkan ratusan kertas, cerpen beberapa halaman bisa menjadi hiburan pada masa singkat. Kalau novel mungkin perlu menyediakan waktu khusus untuk menyelesaikannya, maka cerpen bisa dibaca dalam menit-menit terjepit. Sambil menunggu antrian, kisah-kisah singkat ini bisa menemani melewati kejenuhan.
- Menawarkan cara pandang baru
Kita mungkin punya cara pandang tertentu pada suatu topik. Kita merasa opini tersebut sudah benar tanpa perlu diperdebatkan. Namun, pernahkah kita menemukan cerpen yang bertutur dari sudut pandang berbeda? Apalagi dari sudut pandang tokoh yang bertolak belakang dengan opini selama ini.
Melalui cerpen, pembaca bisa ikut merasakan kegalauan, kekecewaan, hingga kegembiraan tokohnya. Keberhasilan atau kegagalan mereka seperti ikut menyusup dalam relung batin pembaca. Sudut pandang baru dari kisah tersebut, memberikan wawasan agar tidak mudah menghakimi. Suatu peristiwa terjadi tentu ada sebab akibat di baliknya.
- Belajar bahasa yang baik dan benar
Kalau ingin mahir berbahasa yang baik dan benar, ayo membaca cerpen yang banyak beredar di media. Lebih pas lagi kalau cerpen tersebut sudah melalui proses edit dari pakarnya. Membaca beragam cerpen membuat kemampuan berbahasa kita menjadi lebih baik.
Alah bisa karena biasa. Begini pepatah yang dulu sering didengungkan guru-guru saya ketika masih di bangku sekolah. Tekun, konsisten, jangan pernah bosan belajar, merupakan formula agar kemampuan murid-muridnya semakin mumpuni.
Begitu juga dengan belajar tata bahasa melalui cerpen. Sering membaca tulisan bermutu akan membuat pembaca mulai paham bagaimana cara menggunakan tanda baca yang baik dan benar. Demikian juga dengan kosa kata. Semakin banyak bahan bacaan, pembaca semakin mengenal variasi diksi yang bermanfaat untuk membuat tulisan kelak.
Yuk, mulailah mencari cerpen yang menarik untuk disimak.
Cerpen dan Minat baca Masyarakat
Bagaimana peluang eksistensi cerpen di antara minat membaca masyarakat yang rendah? Menurut data dari UNESCO minat baca di Indonesia hanya 0,001%. Artinya, dari 1.000 orang hanya 1 orang yang memiliki minat membaca.
Kalau sudah demikian, masih ada kesempatan cerpen untuk lebih dikenal masyarakat? Apalagi mengingat sekarang konten visual lebih menarik perhatian daripada tulisan.
Kesempatan mempromosikan cerpen justru tetap terbuka, apalagi untuk orang yang ingin memulai hobi membaca. Kisah-kisah menarik yang singkat, padat, dengan bahasa yang tidak terlalu rumit merupakan daya tarik bagi pembaca pemula.
Kalau dulu anak-anak dibujuk dengan komik agar mau membaca, maka untuk usia dewasa cerpen bisa menjadi langkah awal dalam memulai hobi membaca. Tak perlu waktu lama, cerita singkat tersebut langsung selesai dalam hitungan menit. Sedikit demi sedikit, mulai biasa membaca beberapa naskah. Siapa tahu nanti semakin ketagihan membaca.
Jadi, jangan pernah memandang cerpen sebelah mata. Apalagi membandingkannya dengan artikel atau karya ilmiah. Setiap jenis tulisan mempunyai pangsa pasar tersendiri. Layaknya selebritas, karya fiksi ini tetap memiliki penggemar fanatik. Cerpen patut disejajarkan dengan tulisan lain karena memberi makna dan wawasan untuk pembaca.
Ayo, isi waktu luang dengan membaca cerpen.
Referensi :
Mengesankan! Ini Dia Asal Muasal Cerpen Hingga Mendewa di Indonesia.
kak sayapun juga sukaa banget dengan membaca cerpen, hampir setiap hari saya baca selain memang suka baca bisa menambah diksi saya, hingga kadang terhanyut dalam ceritanya
BalasHapusDari dulu kalau membaca koran akhir pekan, saya tak pernah ketinggalan membaca cerpennya.
HapusCerpen tuh isinya singkat, padat, dan jelas, plus suka menyentil pemikiran-pemikiran tertentu ya, Kak. Kayaknya bisa bermanfaat buat meningkatkan minat baca masyarakat yang mungkin kurang suka bacaan yang terlalu panjang. Btw, suka banget deh sama gambarnya yang kaya insight. <3
BalasHapusIsi cerita cerpen dekat dengan kehidupan sehari-hari, Kak. Terima kasih senang dengan gambarnya.
HapusAku menjadikan hobi menulis cerpen sebagai loncatan menulis artikel. Jadi lebih luwes merangkai kata-katanya
BalasHapusSaya juga mulai dari cerpen sebagai batu loncatan menulis artikel.
HapusTerbiasa baca cerpen gara2 pas kecil selalu dikasih majalah Ina Ino dan Bobo sama ortu yang di dalamnya banyak cerpen2 seru. Sekarang, setiap hari pasti baca cerpen ntah itu cerpen beneran atau cerpen dari caption IG orang yang panjang2 :-D
BalasHapusHahaha, termasuk penggemar Bobo juga ya, Kak. Saya pun mulai mengenal cerpen dari Bobo.
HapusSaya lebih suka baca cerpen karena pendek ceritanya, sekali duduk bisa selesai bancanya. Karenanya saya juga nulisnya cerpen, belum bisa nulis panjang soalnya, sering hilang mood di tengah jalan huhuhu
BalasHapusKalau nulis panjang sering dihinggapi writer block ya, Kak.
HapusSaya juga salah satu penggemar cerpen. Apalagi untuk bacaan singkat sehari-hari. Cerpen sekarang semakin banyak ragamnya. Ada yang memang sekali lewat tapi banyak juga yang mengandung hikmah. Dengan dunia online ini, memang banyak sekali tulisan yang menarik untuk dibaca. Namun memilih mana yang bisa bermanfaat itu yang kadang jadi tantangan ya Mbak.
BalasHapusBenar, Mbak, ada cerpen yang memang numpang lewat. Ada pula yang kesan maknanya mendalam.
HapusJadi ingat waktu sekolah dulu hampir tiap hari baca cerpen bahkan sampai langganan majalah khusus cerpen, salah satu alasan suka cerpen karena ceritanya langsung selesai. Kalau sekarang jarang baca cerpen, dan kalaupun baca biasanya lewat aplikasi yang terus terang kurang nyaman untuk saya. Tapi memang sih kian hari angka literasi dikalangan masyarakat makin turun bahkan banyak anak-anak sekarang kurang suka membaca.
BalasHapusSaya dulu pun langganan majalah khusus untuk membaca cerpennya. Memang lebih nyaman membaca melalui majalah daripada gadget yang membuat mata perih. Btw, semoga masih banyak anak-anak yang suka membaca ya, Mbak.
HapusSaya suka baca cerpen mbak, apalagi yang mengandung muatan lokal ataupun sejarah, jadi bisa ikut merasakan bagaimana situasi saat itu, kadang pinjam di Ipunas cerpen-cerpen lama
BalasHapusCerpen bertema sejarah biasanya mengangkat topik yang unik, nggak terpikir sama pembacanya.
HapusSaya juga suka banget baca cerpen. Ceritanya lebih ringan tapi kadang penuh dengan misteri karena terbatas oleh jumlah kata ya
BalasHapusTerkadang penulisnya membuat ending gantung, jadi kita sebagai pembaca yang mengambil kesimpulan sendiri.
HapusDulu suka sekalian baca cerpen.. di koran, majalah . Tapi sekarang boro-boro. Emang banyak manfaat nya.
BalasHapusIya, Mbak, cerpen memang untuk waktu luang saja.
HapusSeneng loh saat membaca karya cerpen gitu, apalagi aku memang tipe penyuka ide-ide yang out of the box. Banyak penulis cerpen yang menuliskan alur ceritanya di luar perkiraan, hasilnya wooww gitu. Menyenangkan loh membaca cerpen tuh.
BalasHapusBarangkali mereka sudah latihan berulang menulisnya, Mbak.
HapusAku tim penikmat serpen meski skerg udah gede hahahhaa aku juga iseng bikin cerpen. Meski tidak mudah. Karena cerpen itu penuh tantangan untuk orang yg suka ngomong kayak aku.
BalasHapusHobi ngomongnya dipindahkan ke tulisan, siapa tahu jadi cuan ya, Mbak.
HapusSuka banget baca cerpen.
BalasHapusBahkan dulu tuh suka ada lomba cerpen yang dibukukan. Jadi terasa banget kecerdasan penulis mengolah jalan cerita, konflik, karakter hingga setting yang menarik dan catch up.
Benar, Mbak, nggak mudah menentukan alur cerpen. Penulisnya pasti punya banyak ide hingga bisa menghasilkan tulisan yahud.
HapusSuka banget baca cerpen, cerpen itu walaupun kisahnya singat tapi padat dan berisi dengan membawa pada imajinasi. Walau kadang ada cerpen yang ingin banget dipanjang-panjangin karena ingin ceritanya lebih panjang 😂
BalasHapusIya saya sekarang lebih suka membaca cerpen dan membuat cerpen. Sekali jalan pas nulisnya tapi risetnya butuh waktu juga
BalasHapus