Kamis, 08 September 2022

Kisah Unik dan Lucu tentang Sekolah yang Membangkitkan Kenangan





Apa yang timbul di benak ketika mengingat kenangan masa sekolah dulu?  Mayoritas mungkin mengacu pada teman-teman ataupun guru-guru dengan variasi ceritanya. Alur kisah lucu, sedih, hingga mengharubirukan dan romantis, berseliweran dalam memori sekolah. Lakon demikian sudah banyak terekam baik dalam tulisan, lagu, ataupun film. 


Karena saya kurang piawai menuturkan kisah romantis, maka jika ditanya mengenai masa sekolah, saya ceritakan saja tentang masa kanak-kanak alias SD. Pengalaman zaman SD dulu nggak kalah menarik dengan cerita remaja, begitu menurut saya.


Tulisan yang tertera di blog ini bukan pula berkisah tentang pertemanan apalagi permusuhan, tapi tentang bangunan sekolah dan kebiasaan unik pada masanya, yaitu kegiatan apa saja yang dilakukan selama pembelajaran di sekolah. 


Walaupun mendaftar SD sudah melewati puluhan tahun, tapi sampai sekarang masih terekam jelas bagaimana pertama kali diantar ke sekolah.  Lingkungannya yang luas, seperti mengintimidasi seorang anak kecil yang akan menghabiskan waktunya enam hari dalam seminggu di sana.  


Sumber : Pixabay


Ketika mulai mengenakan seragam putih merah, muncul perasaan campur aduk antara ketakutan dan penasaran, bagaimana nanti menghadapi guru baru. Cuma, karena sudah melewati masa TK, saya telah mandiri dan nggak perlu drama air mata perpisahan, ketika masuk ke ruang kelas.


Kalau disuruh mengingat satu per satu peristiwa selama di SD, mungkin  sulit untuk memaparkannya kembali.  Namun, bukan berarti kenangan itu pupus begitu saja, tapi bisa dibangkitkan lagi dengan melihat foto-foto yang tersedia, yaitu gambar dari sekolah kami.


Ada dua jenis foto yang saya peroleh untuk tulisan di sini. Yang pertama, adalah foto berlatar bangunan berwarna krem, yang saya ambil sendiri saat mudik Tahun Baru 2016. Yap, saya sudah lama meninggalkan kota kelahiran, tapi kalau ada kesempatan masih suka bertandang ke sana, termasuk mengunjungi sekolah kenangan. 


Pada foto-foto tahun 2006, bentuk bangunannya masih kelihatan sama seperti terakhir kali saya menginjakkan kaki di sana.  


Yang kedua, adalah foto dengan latar belakang tembok berwarna krem dan coklat tua. Gambar-gambar tersebut diabadikan oleh kawan sekelas saya, sesama alumni, yang mudik Lebaran pada Mei 2022 lalu. Hasil jepretannya sempat membuat heboh teman-teman lain di grup alumni, seakan mereka dibawa kembali ke masa lampau.  


Atas izin beliau, hasil tangkapan kamera ponselnya bisa ditampilkan di sini. Jadi, dari dari beberapa foto tersebut, tampak ada perubahan situasi sekolah selama enam belas tahun terakhir.



Sekolah pada lokasi yang sama

Atas : 2006

Bawah : 2022



Nama sekolahnya sebaiknya kita diabaikan saja, karena tulisan ini sekedar ingin berbagi cerita tentang kegiatan anak-anak dulu yang jarang terekspos. Mudah-mudahan uraiannya bisa bermanfaat untuk para pembaca.


Kegiatan Unik dan Lucu pada Jadwal Sekolah

Kalau disuruh menyebut nama teman atau guru semasa SD dulu, ada sebagian yang sudah luntur dari memori. Puluhan tahun berlalu, hanya teman terdekat atau guru favorit yang masih menyangkut di ingatan saya. Oleh sebab itu, perlu objek visual agar cerita lama mampu kembali muncul.


Sekolah ini berdiri di tanah yang luas, dengan kapasitas 12 kelas ruang SD dan  SMP sebanyak 3 kelas.  Fasilitas sekolah cukup lengkap, selain perpustakaan dan UKS (Unit Kesehatan Sekolah), ada lapangan bulutangkis, bola basket, hingga sepak bola. Untuk fasilitas olahraga, cuma kolam renang saja yang belum tersedia.


Kalau siswa di sekolah lain setiap hari harus naik turun tangga, maka rutinitas kami adalah berjalan keliling areal sekolah yang membentang, karena tidak ada bangunan lantai dua.  Rerumputan menjadi permadani hijau di halaman sekolah yang dinaungi pepohonan.


Saya ingat sekali dulu sering menyusuri halaman sekolah bersama teman sambil menghirup udara sejuk, karena lokasinya sangat teduh.


Situasi dan lokasi sekolah memberi pengalaman unik dan lucu yang patut dikenang sampai sekarang, seperti :


Pohon Beringin
Mungkin anak-anak lain mengenal pohon beringin dari lambang salah satu parpol, tapi tidak demikian dengan saya. Pohon beringin pertama kali saya lihat ketika masuk kelas 1 SD, yang terletak persis di tengah sekolah.


Sayangnya, ketika menjenguk ke sana tahun 2016, beringin tersebut sudah ditebang dan tinggal bonggolnya yang berdiameter sekitar 3-4 meter, pohonnya tinggi sekali mencapai hampir 15 meter.



Tahun 2006 : Tanda panah putih adalah bekas pohon beringin


Karena terletak berdampingan dengan kantin sekolah, pohon ini jadi tempat nongkrong favorit. Biasanya pada jam istirahat, banyak siswa antre membeli mie sop dan menyantapnya di bawah pohon.


Ada yang belum tahu jenis makanan bernama mie sop?


Ini nama hidangan sederhana favorit anak sekolah, yaitu bihun dan mie kuning dicampur daging ayam suwir-suwir, kerupuk merah putih, serta daun sop, kemudian disiram dengan kuah hangat kaldu ayam. Rasanya nyam-nyam kalau dicampur dengan kecap atau cabe.


Sambil menikmati mie sop, saya dan teman-teman ngobrol di bawah pohon beringin. Asyik, lho, berteduh dari sinar matahari di naungan dedaunannya. Cuma, kalau lagi naas, tiba-tiba bisa ada kadal jatuh dari atas pohon dan membuat para siswi histeris. Kejadian begini jarang, kok, sesekali saja dan kadalnya pun langsung kabur mendengar jeritan.


Pada tahun 2022, ketika teman saya datang, bonggolnya sudah dibersihkan dan diganti dengan pohon baru, yang tersisa hanya bangku-bangku yang dulu mengelilingi beringin. Meskipun demikian, kenangan pada pohon itu sulit diabaikan. Selain sebagai ikon sekolah, tumbuhan tersebut bukan cuma memberi kisah lucu seperti kadal jatuh, tapi juga kesan seram.


Pohon Beringin sering diidentikkan dengan cerita mistis, meskipun kami aman-aman saja selama duduk di sana. Mungkin karena siang hari, boleh jadi lain ceritanya kalau tadi sekolah malam. Apakah akan muncul teman baru yang memperkenalkan diri? 


Hanya saja, batang pohon memang penuh dengan paku yang ada cerita mitosnya.


Dulu, rata-rata pohon pasti punya paku tertancap di batangnya. Sekarang saya melihat kebiasaan ini mulai ditinggalkan. Mungkin orang zaman now sudah tidak percaya lagi dengan kisah fiktif yang belum jelas kebenarannya.


Menurut kepercayaan dulu, pohon-pohon besar harus dipaku untuk menghindari mahluk tak berwujud padat yang singgah dan mengganggu warga. Sampai sekarang, hal ini memang tidak pernah bisa dibuktikan secara ilmiah. Akan tetapi, pemandangan paku-paku yang menancap pada pohon, jadi lumrah pada masa itu.


Seperti pohon beringin tempo doeloe yang barusan diceritakan.


Sungai di belakang sekolah
Lokas sekolah dikelilingi oleh sungai yang berarus deras dan, katanya, cukup dalam. Hanya bagian depan bangunan yang bertemu dengan jalan raya. Walaupun berdekatan dengan sungai, tapi sekolah berada pada dataran tinggi, hingga tak pernah kebanjiran.  


Anak-anak dilarang mendekati sungai dan memang sekolah dipagar agar tidak sembarangan orang luar masuk ke lokasi. Bagi kami, pemandangan sungai itu menakutkan, airnya sangat keruh, apalagi banyak pohon-pohon tinggi di sekitar.


Akan tetapi, jika dikawal para guru, menyusuri daerah tepian sungai ternyata jadi pengalaman menarik.


Begini ceritanya, setiap hari Sabtu kami ada kegiatan Pramuka.  Supaya kegiatannya tidak monoton, siswa-siswi pernah diajak berkeliling melihat lingkungan sekitar, termasuk sungai tadi.


Antara sekolah dan sungai dipisahkan oleh jalan setapak, dan melalui jalan itu kita bisa melihat aliran sungai yang selama ini jadi momok untuk para siswa. Asal berada di tempat aman dan dikawal orang dewasa, aman kok mengamati sungai dari kejauhan. Kita tidak turun ke airnya, hanya memantau saja dari tempat kering dan tinggi.


Di lokasi sungai yang agak dangkal, kami melihat  orang yang memandikan kambing-kambing. Iya, ternyata hewan berjenggot ini juga perlu mandi supaya bersih dan sehat. Jadi, kalau ada ungkapan, karena malas mandi maka badannya bau seperti kambing, ternyata nggak sepenuhnya benar. Para kambing rajin dibersih dan aromanya nggak parah-parah amat.


Kalau mengingat perjalanan tersebut, saya mengerti mengapa sekarang banyak berdiri sekolah alam. Berguru di ruangan terbuka memang segar dan membuat mata sehat karena melihat kehijauan. Setelah mumet terus-menerus berada di ruangan, berjalan-jalan dan belajar di alam bisa membuat pikiran plong. 



Antara Sejarah Sekolah dan Cerita Mistis
Nah, cerita beginian banyak juga tersebar di sekolah lain, terutama yang punya bangunan lama. Konon, sekolah saya sudah didirikan sejak zaman Belanda.




Atas : Tampilan aula sekolah tahun 2006.  Tempat ini adalah sarana pelaksanaan berbagai kegiatan di lingkungan sekolah.

Bawah  :  Ruangan kelas saya  pada masa sekolah dan penampakannya tahun 2022.  Letaknya tepat di sebelah kiri aula.





Menurut cerita yang tersebar, sekolah pernah jadi asrama putri kemudian dialihkan fungsi sebagai rumah sakit. Tidak ada yang tahu pasti soal kebenaran faktanya, termasuk rumor mistis yang beredar  tentang kejadian misterius, seperti suara aneh yang pernah terdengar di malam hari.


Bicara soal mistis sekali waktu saya pernah terlambat dijemput sepulang sekolah. Teman-teman sekelas semua sudah pulang, tinggallah saya bersama beberapa anak yang tidak saling mengenal. Daripada melamun, saya berjalan sendirian menyusuri lorong-lorong sekolah.


Saya ingat, saat itu hari masih siang terang benderang, tapi suasana sudah sepi. Saya melewati ruangan yang agak gelap dan sunyi, tapi semua aman-aman saja, tidak suara-suara aneh atau bayangan putih berkelebatan seperti kisah di film horor. Ada beberapa kali saya sendirian berkeliling sekolah dan tak pernah bertemu kejadian misterius.


Saya kurang tahu apakah karena hari masih siang, maka para penghuni halus nggak ada yang mau keluar. Atau karena saya memberanikan diri, mereka jadi segan menunjukkan identitasnya, sebab sia-sia saja menakut-nakuti. Mungkin juga cerita mistis itu memang rumor belaka, dibuat orang hanya karena melihat bangunan tua.


Cuma, bagaimana kalau waktu itu sebenarnya mereka berjalan di belakang saya tanpa disadari?


Entahlah!


Selama enam tahun sekolah di sana, tidak ada kejadian aneh seperti kesurupan massal yang dulu sering jadi berita. Kami semua aman-aman saja, kegiatan belajar mengajar mulus tanpa rintangan yang berarti.


Kenangan Masa Sekolah Tak Lekang Melewati Waktu

Di masa SD, kenangan yang paling berkesan adalah bermain dengan teman-teman, karena dulu belum ada gadget. Lahan sekolah yang demikian luas, cocok sekali dengan karakter anak-anak yang hobi berlari dan kejar-kejaran. Namanya juga anak-anak, tenaganya masih kuat dan bugar.  Kalau sekarang disuruh kejar-kejaran, yang tinggal cuma ngos-ngosan.


Bergaul di lingkungan sekolah pun menyenangkan, walau tetap muncul anak-anak pembuat onar di kelas. Kadang-kadang, memang timbul konflik dengan teman, tapi semua bisa teratasi dengan baik. Saya pun nggak mengalami pem-bully-an, mungkin karena agak pendiam, jadi pembully merasa saya nggak berguna untuk diganggu.



Atas : Tampilan depan sekolah tahun 2006
Bawah : Tahun 2022 sudah lebih rapi dan asri 


Ada juga kejadian mengharukan, seperti dimarahi guru yang biasanya karena saya lupa membuat pe-er, atau nggak bisa menjawab pertanyaan yang diajukan. Saya sempat sedih dan malu sebab ditonton kawan sekelas, tapi kalau dipikir sekarang begitulah resiko belajar, tidak apa-apa membuat kesalahan, asalkan mau dan mampu memperbaikinya di masa mendatang. 


Peristiwa seperti ini dianggap saja sebagai latihan mental untuk mampu menghadapi kerasnya hidup, setelah dewasa kelak.


Akhirnya, perjalanan mengingat masa sekolah cukup sampai di sini. Karena mesin waktu belum ditemukan, maka kenangan tersebut hanya bisa diputar ulang dengan melihat bangunan tempat dulu belajar dan bermain. Suka duka masa sekolah akan tetap melekat di ingatan, awet dan tak lekang melintasi zaman.

Maksimalkan Manfaat Gaming untuk Lansia Bersama ROG Phone 8

    "Wah, Nenek masih mahir ikut gaming."     Kalimat ini akan terucap dari seorang cucu yang menyaksikan Neneknya mahir mengutak-...