Langsung ke konten utama

Unggulan

Ini Alasan Perlu Membaca Cerpen

Jika ingin mengetahui, sejarah, budaya dan adat-istiadat masyarakat setempat, cerpen bisa menjadi alternatif sumber informasi.  Isinya singkat, berkisar 10.000 kata atau maksimal enam hingga tujuh halaman. Alur kisahnya dipadatkan dalam rangkuman cerita efisien. Tokoh dalam cerpen hanya sekitar tiga orang dengan tema tunggal. Bertema tunggal artinya cerpen membahas satu sumber permasalahan, tanpa merembet ke topik lain. Intinya, cerpen merupakan cerita singkat yang bisa selesai dibaca dengan waktu sekitar sepuluh menit. Tema cerpen beragam, mulai dari sejarah, sosial budaya, hingga kisah-kisah seputar tetangga yang sering kita dengar. Hanya saja, alur cerpen dikemas dalam penokohan dan plot yang unik. Adakalanya naskah ditulis secara tersirat, hingga pembaca perlu sedikit mengernyitkan dahi untuk menemukan makna tersembunyi yang ingin disampaikan. Definisi naskah ini sesuai dengan pengertian cerpen menurut J. S. Badudu, penggiat Bahasa Indonesia yang sudah dikenal luas di nusantara. Ce

Kisah Unik dan Lucu tentang Sekolah yang Membangkitkan Kenangan





Apa yang timbul di benak ketika mengingat kenangan masa sekolah dulu?  Mayoritas mungkin mengacu pada teman-teman ataupun guru-guru dengan variasi ceritanya. Alur kisah lucu, sedih, hingga mengharubirukan dan romantis, berseliweran dalam memori sekolah. Lakon demikian sudah banyak terekam baik dalam tulisan, lagu, ataupun film. 


Karena saya kurang piawai menuturkan kisah romantis, maka jika ditanya mengenai masa sekolah, saya ceritakan saja tentang masa kanak-kanak alias SD. Pengalaman zaman SD dulu nggak kalah menarik dengan cerita remaja, begitu menurut saya.


Tulisan yang tertera di blog ini bukan pula berkisah tentang pertemanan apalagi permusuhan, tapi tentang bangunan sekolah dan kebiasaan unik pada masanya, yaitu kegiatan apa saja yang dilakukan selama pembelajaran di sekolah. 


Walaupun mendaftar SD sudah melewati puluhan tahun, tapi sampai sekarang masih terekam jelas bagaimana pertama kali diantar ke sekolah.  Lingkungannya yang luas, seperti mengintimidasi seorang anak kecil yang akan menghabiskan waktunya enam hari dalam seminggu di sana.  


Sumber : Pixabay


Ketika mulai mengenakan seragam putih merah, muncul perasaan campur aduk antara ketakutan dan penasaran, bagaimana nanti menghadapi guru baru. Cuma, karena sudah melewati masa TK, saya telah mandiri dan nggak perlu drama air mata perpisahan, ketika masuk ke ruang kelas.


Kalau disuruh mengingat satu per satu peristiwa selama di SD, mungkin  sulit untuk memaparkannya kembali.  Namun, bukan berarti kenangan itu pupus begitu saja, tapi bisa dibangkitkan lagi dengan melihat foto-foto yang tersedia, yaitu gambar dari sekolah kami.


Ada dua jenis foto yang saya peroleh untuk tulisan di sini. Yang pertama, adalah foto berlatar bangunan berwarna krem, yang saya ambil sendiri saat mudik Tahun Baru 2016. Yap, saya sudah lama meninggalkan kota kelahiran, tapi kalau ada kesempatan masih suka bertandang ke sana, termasuk mengunjungi sekolah kenangan. 


Pada foto-foto tahun 2006, bentuk bangunannya masih kelihatan sama seperti terakhir kali saya menginjakkan kaki di sana.  


Yang kedua, adalah foto dengan latar belakang tembok berwarna krem dan coklat tua. Gambar-gambar tersebut diabadikan oleh kawan sekelas saya, sesama alumni, yang mudik Lebaran pada Mei 2022 lalu. Hasil jepretannya sempat membuat heboh teman-teman lain di grup alumni, seakan mereka dibawa kembali ke masa lampau.  


Atas izin beliau, hasil tangkapan kamera ponselnya bisa ditampilkan di sini. Jadi, dari dari beberapa foto tersebut, tampak ada perubahan situasi sekolah selama enam belas tahun terakhir.



Sekolah pada lokasi yang sama

Atas : 2006

Bawah : 2022



Nama sekolahnya sebaiknya kita diabaikan saja, karena tulisan ini sekedar ingin berbagi cerita tentang kegiatan anak-anak dulu yang jarang terekspos. Mudah-mudahan uraiannya bisa bermanfaat untuk para pembaca.


Kegiatan Unik dan Lucu pada Jadwal Sekolah

Kalau disuruh menyebut nama teman atau guru semasa SD dulu, ada sebagian yang sudah luntur dari memori. Puluhan tahun berlalu, hanya teman terdekat atau guru favorit yang masih menyangkut di ingatan saya. Oleh sebab itu, perlu objek visual agar cerita lama mampu kembali muncul.


Sekolah ini berdiri di tanah yang luas, dengan kapasitas 12 kelas ruang SD dan  SMP sebanyak 3 kelas.  Fasilitas sekolah cukup lengkap, selain perpustakaan dan UKS (Unit Kesehatan Sekolah), ada lapangan bulutangkis, bola basket, hingga sepak bola. Untuk fasilitas olahraga, cuma kolam renang saja yang belum tersedia.


Kalau siswa di sekolah lain setiap hari harus naik turun tangga, maka rutinitas kami adalah berjalan keliling areal sekolah yang membentang, karena tidak ada bangunan lantai dua.  Rerumputan menjadi permadani hijau di halaman sekolah yang dinaungi pepohonan.


Saya ingat sekali dulu sering menyusuri halaman sekolah bersama teman sambil menghirup udara sejuk, karena lokasinya sangat teduh.


Situasi dan lokasi sekolah memberi pengalaman unik dan lucu yang patut dikenang sampai sekarang, seperti :


Pohon Beringin
Mungkin anak-anak lain mengenal pohon beringin dari lambang salah satu parpol, tapi tidak demikian dengan saya. Pohon beringin pertama kali saya lihat ketika masuk kelas 1 SD, yang terletak persis di tengah sekolah.


Sayangnya, ketika menjenguk ke sana tahun 2016, beringin tersebut sudah ditebang dan tinggal bonggolnya yang berdiameter sekitar 3-4 meter, pohonnya tinggi sekali mencapai hampir 15 meter.



Tahun 2006 : Tanda panah putih adalah bekas pohon beringin


Karena terletak berdampingan dengan kantin sekolah, pohon ini jadi tempat nongkrong favorit. Biasanya pada jam istirahat, banyak siswa antre membeli mie sop dan menyantapnya di bawah pohon.


Ada yang belum tahu jenis makanan bernama mie sop?


Ini nama hidangan sederhana favorit anak sekolah, yaitu bihun dan mie kuning dicampur daging ayam suwir-suwir, kerupuk merah putih, serta daun sop, kemudian disiram dengan kuah hangat kaldu ayam. Rasanya nyam-nyam kalau dicampur dengan kecap atau cabe.


Sambil menikmati mie sop, saya dan teman-teman ngobrol di bawah pohon beringin. Asyik, lho, berteduh dari sinar matahari di naungan dedaunannya. Cuma, kalau lagi naas, tiba-tiba bisa ada kadal jatuh dari atas pohon dan membuat para siswi histeris. Kejadian begini jarang, kok, sesekali saja dan kadalnya pun langsung kabur mendengar jeritan.


Pada tahun 2022, ketika teman saya datang, bonggolnya sudah dibersihkan dan diganti dengan pohon baru, yang tersisa hanya bangku-bangku yang dulu mengelilingi beringin. Meskipun demikian, kenangan pada pohon itu sulit diabaikan. Selain sebagai ikon sekolah, tumbuhan tersebut bukan cuma memberi kisah lucu seperti kadal jatuh, tapi juga kesan seram.


Pohon Beringin sering diidentikkan dengan cerita mistis, meskipun kami aman-aman saja selama duduk di sana. Mungkin karena siang hari, boleh jadi lain ceritanya kalau tadi sekolah malam. Apakah akan muncul teman baru yang memperkenalkan diri? 


Hanya saja, batang pohon memang penuh dengan paku yang ada cerita mitosnya.


Dulu, rata-rata pohon pasti punya paku tertancap di batangnya. Sekarang saya melihat kebiasaan ini mulai ditinggalkan. Mungkin orang zaman now sudah tidak percaya lagi dengan kisah fiktif yang belum jelas kebenarannya.


Menurut kepercayaan dulu, pohon-pohon besar harus dipaku untuk menghindari mahluk tak berwujud padat yang singgah dan mengganggu warga. Sampai sekarang, hal ini memang tidak pernah bisa dibuktikan secara ilmiah. Akan tetapi, pemandangan paku-paku yang menancap pada pohon, jadi lumrah pada masa itu.


Seperti pohon beringin tempo doeloe yang barusan diceritakan.


Sungai di belakang sekolah
Lokas sekolah dikelilingi oleh sungai yang berarus deras dan, katanya, cukup dalam. Hanya bagian depan bangunan yang bertemu dengan jalan raya. Walaupun berdekatan dengan sungai, tapi sekolah berada pada dataran tinggi, hingga tak pernah kebanjiran.  


Anak-anak dilarang mendekati sungai dan memang sekolah dipagar agar tidak sembarangan orang luar masuk ke lokasi. Bagi kami, pemandangan sungai itu menakutkan, airnya sangat keruh, apalagi banyak pohon-pohon tinggi di sekitar.


Akan tetapi, jika dikawal para guru, menyusuri daerah tepian sungai ternyata jadi pengalaman menarik.


Begini ceritanya, setiap hari Sabtu kami ada kegiatan Pramuka.  Supaya kegiatannya tidak monoton, siswa-siswi pernah diajak berkeliling melihat lingkungan sekitar, termasuk sungai tadi.


Antara sekolah dan sungai dipisahkan oleh jalan setapak, dan melalui jalan itu kita bisa melihat aliran sungai yang selama ini jadi momok untuk para siswa. Asal berada di tempat aman dan dikawal orang dewasa, aman kok mengamati sungai dari kejauhan. Kita tidak turun ke airnya, hanya memantau saja dari tempat kering dan tinggi.


Di lokasi sungai yang agak dangkal, kami melihat  orang yang memandikan kambing-kambing. Iya, ternyata hewan berjenggot ini juga perlu mandi supaya bersih dan sehat. Jadi, kalau ada ungkapan, karena malas mandi maka badannya bau seperti kambing, ternyata nggak sepenuhnya benar. Para kambing rajin dibersih dan aromanya nggak parah-parah amat.


Kalau mengingat perjalanan tersebut, saya mengerti mengapa sekarang banyak berdiri sekolah alam. Berguru di ruangan terbuka memang segar dan membuat mata sehat karena melihat kehijauan. Setelah mumet terus-menerus berada di ruangan, berjalan-jalan dan belajar di alam bisa membuat pikiran plong. 



Antara Sejarah Sekolah dan Cerita Mistis
Nah, cerita beginian banyak juga tersebar di sekolah lain, terutama yang punya bangunan lama. Konon, sekolah saya sudah didirikan sejak zaman Belanda.




Atas : Tampilan aula sekolah tahun 2006.  Tempat ini adalah sarana pelaksanaan berbagai kegiatan di lingkungan sekolah.

Bawah  :  Ruangan kelas saya  pada masa sekolah dan penampakannya tahun 2022.  Letaknya tepat di sebelah kiri aula.





Menurut cerita yang tersebar, sekolah pernah jadi asrama putri kemudian dialihkan fungsi sebagai rumah sakit. Tidak ada yang tahu pasti soal kebenaran faktanya, termasuk rumor mistis yang beredar  tentang kejadian misterius, seperti suara aneh yang pernah terdengar di malam hari.


Bicara soal mistis sekali waktu saya pernah terlambat dijemput sepulang sekolah. Teman-teman sekelas semua sudah pulang, tinggallah saya bersama beberapa anak yang tidak saling mengenal. Daripada melamun, saya berjalan sendirian menyusuri lorong-lorong sekolah.


Saya ingat, saat itu hari masih siang terang benderang, tapi suasana sudah sepi. Saya melewati ruangan yang agak gelap dan sunyi, tapi semua aman-aman saja, tidak suara-suara aneh atau bayangan putih berkelebatan seperti kisah di film horor. Ada beberapa kali saya sendirian berkeliling sekolah dan tak pernah bertemu kejadian misterius.


Saya kurang tahu apakah karena hari masih siang, maka para penghuni halus nggak ada yang mau keluar. Atau karena saya memberanikan diri, mereka jadi segan menunjukkan identitasnya, sebab sia-sia saja menakut-nakuti. Mungkin juga cerita mistis itu memang rumor belaka, dibuat orang hanya karena melihat bangunan tua.


Cuma, bagaimana kalau waktu itu sebenarnya mereka berjalan di belakang saya tanpa disadari?


Entahlah!


Selama enam tahun sekolah di sana, tidak ada kejadian aneh seperti kesurupan massal yang dulu sering jadi berita. Kami semua aman-aman saja, kegiatan belajar mengajar mulus tanpa rintangan yang berarti.


Kenangan Masa Sekolah Tak Lekang Melewati Waktu

Di masa SD, kenangan yang paling berkesan adalah bermain dengan teman-teman, karena dulu belum ada gadget. Lahan sekolah yang demikian luas, cocok sekali dengan karakter anak-anak yang hobi berlari dan kejar-kejaran. Namanya juga anak-anak, tenaganya masih kuat dan bugar.  Kalau sekarang disuruh kejar-kejaran, yang tinggal cuma ngos-ngosan.


Bergaul di lingkungan sekolah pun menyenangkan, walau tetap muncul anak-anak pembuat onar di kelas. Kadang-kadang, memang timbul konflik dengan teman, tapi semua bisa teratasi dengan baik. Saya pun nggak mengalami pem-bully-an, mungkin karena agak pendiam, jadi pembully merasa saya nggak berguna untuk diganggu.



Atas : Tampilan depan sekolah tahun 2006
Bawah : Tahun 2022 sudah lebih rapi dan asri 


Ada juga kejadian mengharukan, seperti dimarahi guru yang biasanya karena saya lupa membuat pe-er, atau nggak bisa menjawab pertanyaan yang diajukan. Saya sempat sedih dan malu sebab ditonton kawan sekelas, tapi kalau dipikir sekarang begitulah resiko belajar, tidak apa-apa membuat kesalahan, asalkan mau dan mampu memperbaikinya di masa mendatang. 


Peristiwa seperti ini dianggap saja sebagai latihan mental untuk mampu menghadapi kerasnya hidup, setelah dewasa kelak.


Akhirnya, perjalanan mengingat masa sekolah cukup sampai di sini. Karena mesin waktu belum ditemukan, maka kenangan tersebut hanya bisa diputar ulang dengan melihat bangunan tempat dulu belajar dan bermain. Suka duka masa sekolah akan tetap melekat di ingatan, awet dan tak lekang melintasi zaman.

Komentar

  1. Yup.. Seru banget dgn cerita kenangan di sekolah apalagi kalo ada reunian SD pasti deh tambah seru mengingat kembali ke zaman SD...

    SD meskipun sdh banyak renovasi tapi masih ada kenangan disetiap sudut sekolah

    BalasHapus
  2. Meski bangunan sekolah sudah berubah, kenangan manis masih tersimpan ya Mba. Kenangan unik dan lucu yang menyenangkan bikin betah 6 hari seminggu bersekolah

    BalasHapus
  3. Kenangan masa sekolah memang tidak akan pernah terlupakan, apalagi masa-masa SD, masanya bermain dan ngak perlu pusing ini itu. Sampai sekarang aku dan teman-teman sekolah masih terhubung di grup wa, kebetulan aku sekolah di kota kecil jadi sebagian besar teman SD adalah teman SMP dan SMA...hahaha.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Mbak, ini dampak positif dari medsos, yaitu bisa kumpul lagi dengan teman lama.

      Hapus
  4. Aakkkkk seruuuu bgt ceritanyaaa

    Setujuui masa Sekolah super nyenengiinn utk dikenang lagiii ya.

    Mau juga ahh mengenang memory sekolaahhh 😆😆😆

    BalasHapus
  5. Nah betul Mbak, kenangan waktu SD itu tidak lekang oleh waktu. Apalagi teman SD teman main di rumah juga. Pulang sekolah auto main, main sepeda, berenang, main rumah-rumahan. Iya apalagi dulu belum ada hp, acara tv juga masih terbatas.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar, Mbak, dulu kita lebih banyak bergerak dan bermain, belum terdistraksi sama gadget. Ada 1001 macam permainan tradisional yang bisa dilakukan bersama teman.

      Hapus
  6. Sekolah SD nya dimana kak? Kok bangunannya lawas seperti bangunan Belanda? Wah seru ya kalau mengenang masa sekolah. Ingat teman, kegiatan dan suasana sekolah.

    BalasHapus
  7. Di Sumatera Utara, Kak, kotamadya Pem. Siantar.

    BalasHapus
  8. Seru sekali, SD nya luas ya Mba. Berkebalikan dgn SD saya, yang lapangan upacara saja gak punya. Andai semua sekolah dasar seluas dan seasri itu pasti seru yaaaa.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kebetulan, Mbak, dapat sekolah demikian, tapi yang tak kalah penting, ya, kenangan bersama teman-teman.

      Hapus
  9. Sekolahnya berarti Ada untuk SD dan SMP ya Mba. Luas juga ya, saya jadi inget waktu masih sekolah dulu. Anakku sekarang yang masih SD juga sekolah di tempat yang sama kaya saya dulu. Banyak kenangannya memang kalau inget zaman masih sekolah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar, Mbak, sekolahnya untuk SD dan SMP. Pas banget tebakannya.

      Hapus
  10. Masya Allah masih ingat saja dengan.kenangan saat SD nya mbak. saya nyaris lupa dengan masa-masa SD. Bahkan saya tidak ingat nama-nama teman saya waktu SD. Sekarang kalau diajak reunian juga sangat sudah banyak lupa semuanya m Sudah hampir 25 tahun tidak ke sekolah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Berkat medsos, Mbak, sekarang bisa ketemuan lagi dengan teman lama.

      Hapus
  11. Mengenang masa-masa sekolah dasar memang unik ya. Kenangan masa polos yang beban hidup cuma soal matematika dan bahasa inggris kalau menurut saya.. Wkwkwk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau saya paling menakutkan itu ya, matematika, lebih dari apapun. Hahaha ...

      Hapus
  12. Ya Allah~
    Seru sekali mengenang masa sekolah.
    Beneran unik dengan kisah mistisnya, hehehe.. Tapi selama 6 tahun, gak pernah ada acara nginep di sekolah kah?

    Seru banget sekolahnya banyak ruang terbukanya. Dari mulai pohon beringin sampai sungai.

    Jadi inget kalau zamanku sekolah, semuanya serba diplester sehingga sangat sedikit ruang hijau dan karena aku juga anaknya cukup bengal, kayanya bullying haya sebatas "ciee...ciee...lagi deket sama si A"
    Eh, emang gitu kategori bully yaa??
    hehehe...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dulu ikut Pramuka, tapi nggak pernah ada persami di sekolah. Mungkin karena masih kecil ya. Kalau goda-godaan antar teman menurut saya bukan bully, hanya sekedar iseng aja.

      Hapus
  13. Kenangan waktu SD sepertinya paling banyak melekat ya. Mungkin karena sekolahnya paling lama. Bangunan sekolahku juga sudah banyak berubah nih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lama dan masih polos, tahunya cuma main-main saja.

      Hapus
  14. Sekolah SMA ku dulu juga brkas bangunan kolonial Belanda, malah ada salah satu kelas yang jadi cagar budaya dan itu jadi kelasku. Banyak banget kejadian mistis di kelasku itu haha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Beruntung kita masih bisa menikmati gedung lama yang adem, Mbak, mengingat sekarang banyak yang sudah dirobohkan untuk berganti dengan bangunan modern.

      Hapus
  15. membaca cerita mbak, jadi teringat jaman sekolah dulu, kalau mbak terkenang mie sop, saya terkenang bihun dan nasi goreng saat SD, bakso dan es degan coklat saat SMP, mie pangsit saat SMA, wkwkwk yang diingat makanan aja
    seru ya jaman sekolah, ada aja keseruan di setiap kenaikan tingkat
    jadi kangen teman-teman sekolah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pelajarannya lupa ya, Mbak, makanan dan keusilannya ingat semua. Hahaha.

      Hapus
  16. Saya juga suka nostalgia ke sekolah tempat-tempat saya pernah bersekolah. Paling kangen biasamya sama jajanannya. Hahaha.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sekolah saya ini sudah di luar kota, hanya foto kiriman teman yang jadi obat penawar rindu, Mbak.

      Hapus
  17. Masa masa sekolah memang penuh kenangan
    Apalagi saat duduk di bangku SMA ya mbak
    Aku kalau main ke sekolah juga selalu teringat kenangan saat masih sekolah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Mbak, bersyukur sekarang sudah ada medsos, saya ketemuan kembali dengan teman-teman dulu. Sekedar untuk berbagi cerita kekonyolan di sekolah dulu.

      Hapus
  18. Bangunan sekolahnya khas sekali era dulu. di tahun sekarang lebih asri banyak pepohonan terima kasih sudah bercerita mengenai lingkungan sekolah SDnya

    BalasHapus
  19. Bangunan sekolah SD ku dulu seperti itu, bekas Belanda jadi suka banyak cerita-cerita mistisnya hihi... tapi yg aku ingat kenangan sekolah itu adalah gambar pemandangan yg ada dua gunung dan jalan di tengahnya.

    BalasHapus
  20. Masa sekolah masa yang paling indah pastinya ya kak karena tugasnya hanya belajar dan bermain gak pikirin cara cari uang hihi

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer