Sabtu, 04 Juni 2022

Dedikasi Super Pak Ferry Bekerja Sebagai Petugas Kebersihan


"Hah! Nulis tentang saya? Waduh! Jangan, Kak, nanti jadi cerita sedih." Begitu tanggapan Pak Ferry mendengar niat saya meliput kegiatannya sebagai petugas kebersihan super.


Bekerja sejak tahun 2010 sebagai petugas kebersihan (pengangkut sampah) di kompleks kami, menarik juga kalau bisa berbagi cerita tentang Pak Ferry.  Selama ini cuma kenal selintas saja, sekedar urusan sampah.  Namun, melihat dedikasinya sampai bertahun-tahun, boleh juga kalau kisahnya ditulis. 


Jarang-jarang ada orang yang bisa bertahan segitu lama, apalagi kerjanya setiap hari di lapangan, kena hujan dan sinar matahari. Dengan seragam lengan panjang kuning plus sepatu boot, Pak Ferry konsisten bertugas tahun demi tahun.


Inilah topik yang ingin saya angkat jadi tema tulisan. Bukan cerita sedih seperti yang diucapkannya di atas. Sudah banyak cerita sedih di luar sana, saya tak mau lagi menambahnya di sini.


Setelah saya jelaskan, akhirnya Pak Ferry setuju kisahnya dimuat di blog ini.  Siapa tahu bermanfaat untuk orang lain.



Pak Ferry bukan petugas kebersihan pertama yang ditempatkan di kompleks kami.  Seingat saya, sebelum bapak ini datang, ada 3 atau 4 orang petugas kebersihan yang semuanya bermasalah.


Gimana nggak bermasalah? Ada yang nongol cuma seminggu sekali. Setelah sampah dibiarkan menggunung, barulah petugas kebersihan muncul tanpa rasa bersalah. Ditegur berkali-kali? Cuek saja dia!  Kalau menagih iuran, cepat datangnya. 


Warga marah dengan petugas ini. Melalui kepling (kepala lingkungan), digantilah dengan orang lain.


Masalah belum selesai. Petugas yang baru  juga jarang nongol, pernah datang sekali dua minggu.  Alasannya iuran nggak dibayar. Lagi-lagi warga tak puas. Kami sudah membayar iuran,  tapi nggak jelas uangnya mengalir ke mana.  Terjadi pergantian lagi.


Sekali ini petugas kebersihannya dapat yang  rajin. Kerjanya memang oke. Sayangnya, hanya bertahan beberapa bulan karena dia jatuh sakit. Barulah kemudian datang Pak Ferry.


Akhirnya, Pak Ferry yang terus bertugas di kompleks kami.  Sampai sekarang. Kerjanya pun bersih dan rajin.  Bapak ini datang seminggu 3 kali. Jadwal disesuaikan selang 2 hari,  kecuali hari Minggu.



Setiap tahun, cuti terlama Pak Ferry adalah saat Lebaran, itu pun cuma 3-4 hari.  Warga juga sudah dapat pemberitahuan lebih dulu kalau dia mau cuti lama, jadi bisa mengantisipasi jika punya banyak sampah. Warga bisa memilih, apakah membuang sendiri atau sabar menunggu 4 hari.  


Kalaupun Pak Ferry ada keperluan selama beberapa hari dan harus cuti, biasanya sudah disiapkan pengganti. Jadi, sampah warga nggak terlantar.  Pokoknya, selama bertahun-tahun ini, kebersihan lingkungan warga aman terkendali. 


Walaupun sudah bekerja dengan baik, banyak penghuni kompleks yang tidak mengenal nama bapak ini.  Ketika saya tanyakan pada tetangga dan satpam, jarang ada yang kenal dekat.  Semua hanya tahu "petugas pengangkut sampah". Itu saja. 


Bapak ini sepertinya bukan tipe yang hobi ngobrol ngalor-ngidul.  Orangnya lebih suka diam dan hanya berbicara seperlunya. Jarang bersosialisasi dengan warga.  Mungkin bagi dia yang penting tugas selesai.



Karena itu saya sempat ragu waktu mau menyampaikan niat untuk menulis profilnya. Bakalan diterima atau ditolak, nih?  Orangnya pendiam sekali.  Sempat juga kuatir akan dicuekin. Untunglah, kekuatiran saya tak terbukti. 

Pandemi dan Menang atas Rasa Takut

Dua tahun ini, pandemi jadi peristiwa yang paling mempengaruhi masyarakat. Ketakutan, kecemasan, kekuatiran, mencengkeram kuat sisi kehidupan sehari-hari. 


Saya ingat masa awal pandemi,  setiap hari media selalu menayangkan berita-berita mencekam. Orang-orang jatuh sakit karena virus misterius. Korban terus bertambah, rumah sakit kewalahan menangani pasien. Sementara, solusi mengatasi masalah ini belum ada. 


Selagi rame membahas berita di media,  mendadak muncul kabar mengejutkan di kompleks perumahan kami. Salah seorang warga yang baru pulang dari luar kota,  tiba-tiba sesak nafas dan dibawa ke rumah sakit. Setelah beberapa hari dirawat, pasien itu meninggal dunia.


Hasil diagnosa dokter sudah bisa ditebak.


Kepanikan menyebar secepat hembusan angin di kompleks. Semua warga langsung berkurung di rumah. Pedagang keliling segera dibatasi masuk ke lingkungan. Suasana jadi benar-benar sepi.  Apalagi malam hari, sudah seperti kota mati,  tak ada terdengar suara apa pun.


Begitu juga pagi hari,  warga hanya duduk sambil berjemur di depan rumah masing-masing. Semua sibuk dengan kekuatirannya.  Kalau tak perlu,  nggak usah dulu ketemu siapapun.  Berbicara dengan orang lain saja selalu berjarak jauh, seperti ada permusuhan. 


Di saat banyak orang ketakutan, saya lihat Pak Ferry tetap bekerja mengangkat sampah seperti biasa.  Datang dengan seragam lengkapi, tapi sekarang ditambah masker dan sarung tangan. Dia anteng saja bekerja, seperti tak terjadi apa-apa.  Kelihatan tenang-tenang saja, tapi entahlah dalam hatinya.


Kalau dipikir, seram juga mengangkat sampah situasi begini. Masker, tisu, hingga kapas yang kena cairan tubuh, banyak bertebaran di tong sampah dan rentan sebagai pembawa virus. Resikonya besar juga. 


Pandemi di kompleks terus berlanjut dan dari informasi yang saya dengar,  ada sekitar 50% warga yang terjangkit Covid19. Dari jumlah itu,  sebagian meninggal,  ada yang masuk perawatan rumah sakit, hingga isoman. 


Di situasi demikian,  saya lihat Pak Ferry terus rutin bekerja, nggak ada cutinya. Dia sehat selalu. Saya pikir, sakti mandraguna juga bapak ini.  Nggak pernah  terjangkit.  Mungkin karena sering kena sinar matahari, virus yang sempat hinggap langsung mati.  Atau sudah  kebal sama virus gara-gara setiap hari pegang sampah.  Entahlah. 




Karena dia bugar selalu, saat pandemi lingkungan kami tetap bersih. Apalagi, Pak Ferry terus konsisten bekerja. Mau hujan atau panas terik, lewat semua. 


Sebenarnya, beruntung juga warga karena Pak Ferry tetap sehat.  Kalau bapak ini ikutan sakit, alamat gawat. Jika sampah menumpuk, jangan-jangan virusnya makin betah. Untunglah,  hal itu nggak pernah terjadi karena petugas kebersihan kami baik- baik saja.

Alasan Pak Ferry Layak Jadi Pahlawan 

Pahlawan di negara kita dikenal sejak zaman peperangan melawan penjajah, lebih 76 tahun lalu.  Saat itu banyak orang yang berjuang untuk merebut kemerdekaan bangsa. Sebagian dari pejuang itu dianugerahi tanda jasa pahlawan nasional. Sebagian lagi wafat sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. 


Sekarang ketika perang sudah usai,  pahlawan bukan hanya orang yang melawan penjajah.  Pahlawan zaman sekarang adalah mereka  yang berjasa karena memberi manfaat untuk masyarakat,  walau keberadaannya sering luput dari perhatian. Meski demikian, mereka tetap bekerja dengan penuh dedikasi, hingga layak disebut pahlawan. 


Menurut saya, Pak Ferry patut mendapatkan gelar pahlawan,  walaupun tugasnya setiap hari hanya mengangkat sampah. Berkat tenaganya, warga bisa menghirup udara segar bebas aroma busuk. 


Kalau dengar cerita dari Bapak ini, nggak mudah bekerja sebagai petugas kebersihan. Selain menghirup sampah setiap hari,  dia juga bekerja di beberapa kompleks perumahan lain. Waktunya setiap hari berurusan dengan sampah, kecuali Minggu. Kadang-kadang tanggal merah pun masih bekerja.


Dulu sebelum ada petugas kebersihan di kompleks, warga kurang disiplin membuang sampah.  Jangan heran kalau di perumahan pernah ada gunung sampah. Waktu itu,  penghuninya masih sedikit,  sekitar 50 kepala keluarga.  Jadi,  gunung sampah belum jadi masalah.


Seiring proyek perumahan terus berkembang,  penghuni kompleks ikut bertambah. Gunung sampah terus meninggi,  mulai memanggil lalat dan menyebarkan aroma busuk. Banyak warga kuatir dengan kesehatan, terutama untuk anak-anak. Maka mulailah dicari solusi dengan memanggil petugas kebersihan. 


Selain mencegah gunung sampah, petugas kebersihan juga membuat warga tidak membuang sampah lagi ke sungai.  Kebetulan kompleks kami "bertetangga" dengan sungai. Sudah jadi rahasia umum kalau aliran air ini sering dijadikan tong sampah raksasa.  


Akibatnya?


Kota tempat saya tinggal rentan dengan banjir. Hujan deras beberapa jam saja sudah membuat ruas jalan banjir, termasuk meluapnya sungai dekat rumah.


Karena  berdekatan dengan sungai, saya tahu persis bagaimana mudahnya banjir terjadi di musim hujan.  Sungai ini sebenarnya dangkal. Dalam situasi normal,  tingginya hanya selutut orang dewasa.  Namun,  kalau banjir bisa mencapai 3 meter. 


Kompleks perumahan ini beruntung berada di lokasi cukup tinggi,  yaitu sekitar 5 meter dari ketinggian sungai. Masih amanlah kalau hujan deras dan banjir.  Walaupun aman, tapi seram juga lihat air butek yang menggenangi permukaan sungai.


Kalau banjir surut,  maka di pinggiran sungai tampak tumpukan plastik keresek warna-warni,  seperti corak pelangi.  Selain plastik, segala macam sampah lain bertebaran merusak pemandangan. 


Sudah ada larangan membuang sampah sembarangan,  tapi kenyataan berkata lain. Sampah berserakan di mana-mana.  Banjir terus terjadi  karena bukan hanya sungai,  tapi selokan juga mampet. 


Petugas kebersihan seperti Pak Ferry banyak membantu warga untuk membuang sampah pada tempatnya. Lingkungan jadi bersih, kan, kalau sampah terkumpul dalam satu tempat. Sayangnya, masih ada warga yang belum mau memakai jasa ini.  Mereka lebih memilih membuang sampah sendiri. 


Saya kurang tahu apa alasan mereka menolak memakai jasa petugas kebersihan. Kalau alasannya iuran, kayaknya kurang tepat.  Iuran bulanan sangat terjangkau,  lebih murah dari harga 1 kg minyak goreng. Ya gitulah, setiap orang punya alasan masing-masing. 





Petugas seperti Pak Ferry sudah banyak menolong warga untuk menjaga lingkungan tetap bersih dan bebas banjir. Mudah-mudahan melalui kompetisi blog Super ini, orang-orang Pak Ferry yang sudah memberi banyak manfaat ke masyarakat, bisa lebih dikenal masyarakat.  


Pekerjaan mereka mungkin sering luput dari perhatian kita, tapi dedikasi para petugas kebersihan ini luar biasa.

Aplikasi Super

Bicara soal dedikasi,  ada satu aplikasi yang juga berdedikasi untuk memberi manfaat bagi masyarakat, yaitu Aplikasi Super di Playstore dan web Aplikasi Super. 


Dari aplikasi ini kita bisa belanja kebutuhan sehari-hari dengan harga terjangkau.  Bukan hanya belanja saja,  bayar tagihan pun bisa dari gadget.  Jadi,  sambil rebahan bolehlah klak-klik untuk belanja atau bayar tagihan.  Beres semua.


Oya, tersedia gratis ongkir super dan juga voucher belanja super. Asyik, kan, jadi bisa belanja dobel hemat. 


Selain belanja murah, Aplikasi Super juga membuka kesempatan untuk jadi Agen Super. Tugas Agen Super adalah menghubungkan Aplikasi Super dengan para agen sembako, toko kelontong, serta pelanggan lain yang membutuhkan.




Ada beberapa keuntungan menjadi Agen Super, yaitu :

  • Bebas menentukan jam kerja.
Agen Super bisa mengatur mandiri kapan bekerja, kapan pula berkumpul dengan keluarga.  Asalkan mampu memaksimalkan waktu luang, pendapatan akan terus meningkat.

  • Bonus menarik
Agen Super bisa mendapatkan bonus dari komisi penjualan.  Semakin giat dan banyak mendapatkan pelanggan tetap, penghasilan akan semakin bertambah.

  • Tak memerlukan modal
Agen Super tak perlu modal pada awal kegiatan. Cukup fokus pada penjualan barang kebutuhan sehari-hari untuk meningkatkan penjualan. Agar lancar komunikasi dengan pelanggan, medsos sangat dibutuhkan.

  • Syaratnya mudah dan gratis
Tidak ada syarat khusus dan biaya pendaftaran Agen Super juga gratis.  Tertarik?


Ini dia syarat-syaratnya :
  1. Domisili calon Agen Super di Surabaya, Sidoarjo, Malang, Batu, Gresik, Pasuruan, Lamongan, dan Mojokerto.
  2. Hubungi nomor admin via WhatsApp di 0821 4112 7223
  3. Melalui WhatsApp, isi form data diri (nama, no. telp. alamat, no. KTP)
  4. Proses pendaftaran selanjutnya akan dihubungi oleh admin aplikasi super.
  5. Super Agen sudah terdaftar.

Yuk, gabung sebagai Agen Super agar bisa mendapatkan penghasilan layak.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Maksimalkan Manfaat Gaming untuk Lansia Bersama ROG Phone 8

    "Wah, Nenek masih mahir ikut gaming."     Kalimat ini akan terucap dari seorang cucu yang menyaksikan Neneknya mahir mengutak-...