Langsung ke konten utama

Nostalgia bersama Surat Kabar




Foto oleh Pixabay, dan diedit Canva

"Apa itu, Tante?" Seorang anak kecil memandang lekat pada surat kabar yang sedang saya baca. Sorot matanya terlihat bingung ke arah benda yang mungkin sudah jarang dilihatnya.


"Ini namanya surat kabar, bisa juga disebut koran."


"Ooh," ucapnya sambil mengangguk. Kemudian jari-jari mungilnya mulai menyentuh lembaran kertas tipis dan lebar itu. Tawa nyaringnya pecah ketika menggesek lembaran surat kabar di antara jari-jari.


Surat kabar boleh jadi barang unik di kalangan generasi muda sekarang, apalagi yang berusia anak-anak. Buku masih banyak beredar di sekitar mereka. Tapi surat kabar? Jangankan dibaca, kelihatan saja sudah jarang. Beda dengan dulu, penjual surat kabar hampir ada di setiap ruas jalan.


Saat lampau, kalau kita nunggu antrian di tempat-tempat publik seperti perkantoran, surat kabar adalah satu fasilitas yang disediakan untuk menemani pengunjung.  Media cetak ini, termasuk majalah, biasa dibaca bergantian oleh orang-orang yang mulai jenuh menunggu. Karena ramai yang membaca, kadang-kadang ada beberapa lembar halaman surat kabar dan majalah yang dirobek individu tak bertanggung-jawab.


Tapi, itu sebelum internet menjadi tren. Sekarang orang kebanyakan lebih suka melihat layar gadget.  Di beberapa perkantoran besar, masih tetap disediakan surat kabar dan majalah untuk menemani pengunjung. Cuma kurang jelas apakah peminatnya masih ada.


Sebelum internet berkembang pesat, surat kabar jadi pembawa pesan untuk masyarakat. Jika ada satu peristiwa muncul di televisi sekarang, maka esoknya surat kabar langsung diburu orang. Media cetak ini jadi laris manis dan bisa habis tak bersisa. 


Namun, begitu internet muncul, perlahan pamor surat kabar mulai tergerus. Bagaimana tidak? Kalau surat kabar harus menunggu terbit esok hari, padahal orang ingin informasi cepat. Maka internet yang tinggal klik ... klik ... beritanya langsung muncul, jadi mengambil posisi surat kabar. Tidak perlu lagi beli koran, internet hanya perlu jatah kuota saja. Selanjutnya bebas berselancar sampai kuotanya habis.


Di Taman Membaca Surat Kabar

Gambar diedit oleh Canva


Surat Kabar, Bacaan Rutin

Walaupun sekarang mulai hilang pamor, dulu surat kabar adalah sumber informasi untuk masyarakat.  Hampir semua berita dimuat, mulai politik ekonomi, sosial budaya, hingga hiburan. Ada pula bisik-bisik yang mengatakan  kalau surat kabar jadi corong penguasa, yaitu untuk mengendalikan opini masyarakat.  Melalui berita-berita di dalamnya, pikiran pembaca digiring pada suatu pendapat bersama.


Tidak jelas apakah anggapan ini benar atau tidak.  Dari dulu saya sendiri kurang tertarik bahas masalah begitu. Lihat berita di surat kabar, ya sekedar baca-baca saja, untuk mengisi waktu luang. Yang paling sering dibaca adalah artikel populer, berita hiburan, hingga ulasan atau resensi. Lebih nyaman begitu daripada baca yang berat-berat. Hidup sudah berat, untuk apa ditambah lagi dengan berita surat kabar. Hehehe.


Artikel populer, resensi film, musik, hingga buku termasuk tulisan ringan yang sering dan enak dibaca.  Dulu kalau mau milih film, biasanya intip dulu resensinya di surat kabar.  Siapa pemainnya, bagaimana jalan cerita, hingga kelebihan film tersebut, ada dibahas di media ini. Walaupun tak boleh berharap banyak, karena bisa menarik di ulasan, tapi belum tentu bagus ketika nonton langsung di layar. Selera setiap orang, kan berbeda-beda.  Termasuk selera kita dengan penulis artikel.


Surat kabar juga bisa jadi wadah untuk mengukur karya seorang penulis.  Tidak sedikit penulis ternama memulai karirnya dari kolom-kolom artikel surat kabar.  Bolak-balik dimuat, tulisan mereka dibaca banyak orang dan nama sang penulis pun mulai dikenal luas.


Apa harus melalui surat kabar agar karya kita dikenal? Tidak juga. Saya pernah membaca kisah menginspirasi dari penulis fiksi ternama. Karena bolak-balik tulisannya ditolak oleh media besar, akhirnya dia mencoba jalur lain, yaitu indie. Ternyata kumpulan tulisannya diterima oleh pembaca. Bukunya laris di pasaran.  Setelah sukses, media besar yang dulu menolak sekarang mau menerbitkan karyanya.


Ternyata tulisan ditolak, apalagi oleh surat kabar dan media mainstream, bukan jadi jaminan masa depan akan suram.  Jalan kesuksesan banyak, apalagi di era internet seperti sekarang. Novel dan buku digital berseliweran melalui berbagai aplikasi. Tinggal kembali pada penulis, gimana  memaksimalkan usaha agar karyanya diterima pasar


Fakta Beberapa Surat Kabar Tertua di Indonesia

Cerita tentang surat kabar bukan hanya tentang berita yang dimuat. Sejak awal terbit di tanah air, beberapa surat kabar tua sudah membawa kisah tersendiri.  Walaupun sekarang kebanyakan sudah tak terbit lagi, tapi mereka menjadi perintis berdirinya surat kabar hingga hari ini.


Surat kabar punya sejarah panjang di Indonesia jauh sebelum negara kita merdeka. Mulai muncul pada masa Belanda berkuasa di tanah air, media ini terus mengalami perkembangan pesat.  Tidak hanya sebagai sarana menyampaikan pesan pemerintah kepada warga, tapi ada juga surat kabar yang memberikan pendidikan hingga perlindungan pada masyarakat kecil.


Tidak jarang akibat mengkritik pemerintah berkuasa, sejak zaman kolonial sudah surat kabar yang dibredel (dihentikan penerbitannya). Dari dulu telah bermunculan individu yang berani mendobrak batas, walaupun ada akibat yang harus mereka tanggung.


Foto oleh Pixabay, diedit Canva


Meskipun demikian, tidak semua pemilik surat kabar berurusan dengan hukum.  Ada juga yang ikut menggores sejarah perjuangan bangsa, sebagai penyampaian informasi pada masyarakat tentang kemerdekaan tanah air.  


Berikut adalah beberapa surat kabar tertua yang menoreh sejarah:

1. Surat Pertama di Indonesia

Pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Hindia Belanda Van Imhoff,  tanggal 7 Agustus 1745 terbitlah surat kabar pertama di nusantara, yaitu Bataviasche Nouvelles. Pemiliknya adalah pedagang bernama Jan Erdmans Jordens di kota Batavia, yang sekarang dikenal dengan Jakarta.


Surat kabar berbahasa Belanda ini terbit seminggu sekali.  Isinya ditulis tangan dan hanya terdiri dari empat halaman. Informasi yang disampaikan adalah berita sehari-hari, seperti peraturan kepegawaian Belanda, pemberitahuan pernikahan, ucapan selamat atas kelahiran anak, hingga pengumuman resmi dari pemerintah.


Sejalan dengan waktu, surat kabar ini mulai berani mengkritik penguasa VOC yang menindas masyarakat Batavia. Mereka memberitakan perlakuan sewenang-wenang pejabat Belanda pada penduduk setempat.  Akibat kabar pedas tersebut, pemerintah membredelnya pada tanggal 20 Juni 1746. Inilah pertama kali sejarah pembredelan dalam media tanah air.


2. Surat Kabar Pertama yang Berbahasa Melayu

Pada tahun 1901, di Padang Sumatera Barat, terbit surat kabar pertama bernama Warta Berita yang menggunakan bahasa Melayu dengan huruf Latin.  Usaha ini dipelopori oleh dua kakak beradik Datuk Sultan Marajo dan Baharudin Sutan Rajo nan Gadang.  Inilah surat kabar pertama yang redakturnya adalah orang Melayu.


3. Surat kabar yang pertama kali memuat tentang Proklamasi Kemerdekaan RI

Ada dua surat kabar yang pertama kali menulis berita proklamasi negara kita.  Pada tanggal 18 Agustus 1945, harian Soeara Asia di Surabaya dan Tjahaya yang terbit di Bandung, sama-sama mengumumkan bahwa Indonesia sudah merdeka.


4. Surat Kabar Awet

Kedaulatan Rakyat adalah surat kabar yang tetap berdiri sejak 27 September 1945 sampai sekarang.  Berpusat di Yogyakarta, surat kabar ini memuat berita internasional, nasional, budaya, gaya hidup hingga wisata. Ikut meramaikan era digital, maka sejak 1 Juni 2009 Kedaulatan Rakyat meluncurkan website resmi, yaitu www.krjogja.com.


Banyak cerita yang dibawa surat kabar sejak awal berdirinya di tanah air.  Sampai sekarang di saat era digital meluas, masih ada surat kabar yang dicetak dan memiliki pembaca tetap. Ada juga yang ikut beralih ke surat kabar digital. Bagi yang terbiasa dengan versi cetak, boleh jadi ada perbedaan antara membaca dari kertas, dengan melihat melalui layar gadget. Mungkin karena alasan ini maka percetakannya tetap ada sampai sekarang. 


Lembaran Surat Kabar

Foto oleh Pixabay, diedit oleh Canva


Manfaat Surat Kabar selain Sebagai Bahan Bacaan

Yang mau dibahas ditulisan ini bukan hanya tentang sejarah dan manfaat surat kabar sebagai bahan bacaan. Tapi, bagaimana surat kabar ketika sudah selesai dibaca, tetap bisa bermanfaat? Bukan hanya jadi sampah yang memenuhi ruangan, tapi punya nilai tambah.  Apa saja kegunaan surat kabar selain dibaca? 


1. Klipping

Untuk yang bersekolah di saat dunia masih jauh dari kata 'internet', arti klipping boleh jadi enggak asing lagi. Tugas ini sering diberikan guru pada mata pelajaran tertentu. Klipping adalah potongan berita yang dikumpulkan dari surat kabar, dengan topik berhubungan pada mata pelajaran sekolah. Ada nilai tambah jika siswa mengerjakannya dengan baik.


Karena dari dulu sudah langganan koran, tugas ini cukup gampang untuk saya.  Tinggal bongkar-bongkar koran saja, banyak kliping yang didapat.  Lumayan dapat tambahan nilai.


Apa saja alat untuk membuat klipping?  Selain surat kabar, diperlukan gunting serta penjepit kertas.  Kalau klippingnya akan ditempelkan di buku, maka lem dibutuhkan untuk melekatkannya.


2. Mading

Saat internet belum segencar sekarang, mading jadi media hiburan di sekolah.  Dibuat seperti  lemari kaca yang ditempelkan di dinding, mading memuat berbagai informasi serta hiburan untuk anak sekolah. Bermacam informasi yang dimuat di sana, mulai dari karya-karya siswa sekolah, hingga potongan artikel dari surat kabar.  Biasanya artikel ini memuat peristiwa terbaru yang perlu diketahui oleh siswa. 


Gambar Peralatan Klipping dan Mading 

Diedit oleh Canva


3. Membungkus barang untuk dikirim

Jasa pengiriman barang antar kota sudah menjamur sejak dulu. Barang-barang yang dikirim juga beragam, mulai dari yang lunak, hingga yang resiko pecah kalau tersenggol. Untuk mencegah hal yang tak diinginkan, perlu dibuat pengemasan yang bagus pada kiriman.


Saat membungkus barang untuk perjalanan jauh, kemungkinan rusak karena guncangan tetap ada. Agar aman selama dikirim, barang sebaiknya dibungkus berlapis, juga padat tanpa meninggalkan celah, agar minim dari resiko goncangan.  Inilah fungsi surat kabar bekas. Dengan dibungkus berlapis memakai kertasnya tanpa celah, maka barang kiriman aman di jalan.


4. Alas lemari

Surat kabar cocok diletakkan sebagai alas lemari, terutama lemari kayu.  Jamur mudah berkembang biak di dalam lemari dari kayu, karena serat-serat kayu adalah tempat potensial untuk bertumbuh.  Tumbuhan tak diundang ini dapat merusak barang-barang yang disimpan di lemari, seperti pakaian hingga makanan. 


Surat kabar bisa jadi pelapis di dasar lemari untuk mencegah pertumbuhannya. Kertasnya mencegah jamur menyentuh dan merusak benda- beda yang disimpan di dalam lemari.


5. Dijual kembali ke penjual barang bekas

Walaupun tak sama seperti harga awal, surat kabar yang menumpuk bisa dijual lagi.  Kalau rajin mengumpulkan, lumayan juga untuk nambah uang dapur.  Daripada hanya menumpuk di tong sampah, lebih baik diputar jadi uang.  


Koran bekas banyak dicari karena akan didaur ulang jadi kertas. Hasil kertas daur ulang ini bisa dicetak jadi buku tulis warna-warni yang punya nilai ekonomi.


6. Membersihkan aroma sisa pada kotak bekal makanan.

Baru menyantap makanan beraroma tajam dan meninggalkan jejak di kotak makanan? Bau makanan lama bisa mengganggu saat kita mau memuat jenis hidangan baru. Kebayang kan, mau taruh sup ayam tapi masih ada sisa bebauan ikan sambal. Kalau sudah gini, bakalan menghilangan selera makan.


Surat kabar ternyata bisa membantu menetralkan aroma tak sedap yang berasal dari sisa makanan. Caranya, ambil koran bekas kemudian robek dan jadikan gumpalan. Masukkan gumpalan tersebut dalam kotak makanan dan tunggu hingga aroma lenyap. Cuci kotak makanan sebelum digunakan kembali.


Fungsi Surat Kabar sebagai Pembungkus Kiriman dan Alas Lemari

Gambar diedit oleh Canva


7. Gudang Iklan

Dulu, ketika belum ada toko online, surat kabar adalah gudangnya iklan.  Mau cari apa, boleh bolak-balik surat kabar dulu. Saat masih berjaya, ada salah satu surat kabar dari media besar yang khusus menyediakan halaman iklan, sampai berlembar-lembar. Hampir lengkaplah daftar belanjanya, terutama saat itu yang banyak dicari orang adalah gadget.


Kadang ada iklan suatu produk yang saya suka dan kemudian dipotong dari surat kabar, jadi klipping khusus iklan.  Sering klipping itu dilihat-lihat waktu senggang, berharap suatu saat nanti bisa dibeli.  Terbelikah produk-produk itu? Tidak semua. Ada yang terbeli, ada yang cuma impian.  Namanya juga keinginan, belum tentu  harus diambil.


Bukan hanya sebagai bahan bacaan, surat kabar juga bisa mempermudah beberapa urusan rumah tangga hingga sekolah. Dulu ketika masih langganan surat kabar cetak, ada saja orang yang minta beberapa lembar kertasnya untuk keperluan di atas. Kalaupun lagi kosong permintaan, tukang loak tak pernah menolak tumpukan surat kabar yang disodorkan. 


Surat kabar tak sepi peminat walaupun sudah jadi sampah. Harganya mungkin tak seberapa, tapi dikumpulkan sedikit demi sedikit, lumayan juga nambah ongkos.


Benda Menakutkan Bernama Surat Kabar

Meski punya banyak fungsi, ada saja orang yang memanfaatkan surat kabar untuk tujuan buruk. Mungkin begitu sifat sebagian orang, tak bisa melihat fungsi ganda dari suatu benda, langsung dicari keuntungan. Walaupun menyangkut kriminal.


Pernah ada yang menyarankan, supaya berhati-hatilah pada orang yang berjalan hilir-mudik dengan surat kabar terlipat.  Dikuatirkan orang ini punya maksud lain yang membahayakan. Di kantor-kantor tertentu, biasanya para petugas keamanan mengawasi pengunjung yang mondar-mandir sambil bawa lipatan surat kabar. Siapa tahu ada pisau atau senjata di dalamnya.


Saya pernah dapat video dari medsos tentang penikaman seorang wanita di mesin ATM. Pelakunya seorang pria yang memakai topi dan membawa lipatan surat kabar. Di dalam surat kabar yang terlipat ternyata ada pisau. Tiba di ruang ATM, dia langsung menikam wanita tersebut berulang kali, hingga tergeletak bersimbah darah di lantai. Kemudian tas wanita itu diambil.


Kurang jelas dari mana sumber videonya dan bagaimana nasib si wanita. Namun, kejadian ini sudah membuat kita ketakutan melihat orang tak dikenal membawa lipatan koran, apalagi di tempat tertentu seperti lembaga keuangan.


Waspada tetap perlu, setidaknya belajar dari peristiwa yang pernah terjadi. Dari pihak kita sendiri yang masih membaca versi cetak, sebaiknya tak usah bawa surat kabat lipat ke mana-mana.  Masukkan saja ke tas, supaya kita pun jangan dicurigai punya maksud lain.


Seperti isinya, surat kabar punya banyak cerita, mulai dari kisah nyata, propaganda, atau sekedar hiburan. Surat kabar ibarat Pak Google zaman sekarang yang memberi informasi dan menambah wawasan pembaca. 


Santai di Rumah Bersama Surat Kabar

Gambar diedit oleh Canva


Walaupun saya sudah tidak langganan surat kabar cetak lagi, karena ada aplikasi yang menyediakan surat kabar gratis, tapi manfaat surat kabar tak bisa dilupakan.  Jauh sebelum internet muncul, benda ini jadi penyambung komunikasi di masyarakat. Surat kabar juga menumbuhkan minat baca untuk para pelanggan setianya.


Bahkan setelah selesai dibaca dan jadi barang bekas, surat kabar tetap memberi manfaat.

  


Referensi :

  1. Ini Dia Koran Pertama yang Terbit di Indonesia, www.liputan6.com, oleh Rina Nurjanah.
  2. Daftar Koran Berbahasa Indonesia Tertua di Tanah Air, www.sindonews.com, oleh Wahyono

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Prioritaskan Kesehatan Mata Sebagai Investasi Seumur Hidup

Kaca mata identik dengan orang tua dan kakek nenek lansia. Penglihatan yang mulai mengabur karena faktor usia ataupun penyakit, membuat para warga senior banyak yang bermata empat. Namun, apa jadinya kalau anak-anak sudah menggunakan kaca mata? Berkaca mata sejak usia 12 tahun, saya paham bagaimana risihnya dulu pertama kali memakai benda bening berbingkai ini. Saat masuk ke kelas, ada beragam tatapan dari teman-teman, mulai dari yang bingung, merasa kasihan, sampai yang meledek.  "Ih, seperti Betet!" Begitu gurauan seorang anak diiringi senyum geli. Hah, Betet? Sejak kapan ada burung Betet yang memakai kaca mata.  Cerita beginian cuma ada di kisah dongeng. Terlalu berlebihan. Candaannya diabaikan saja Waktu itu,  bukan perkara mudah menjadi penderita rabun jauh atau miopia. Apalagi di sekolah saya tidak banyak anak yang memakai kaca mata. Kalau kita beda sendiri, jadi kelihatan aneh.  Padahal, siapa juga yang mau terkena rabun jauh? Walaupun risih, keluhan mata tidak boleh

Konservasi Hutan untuk Ekonomi Hijau bersama APRIL Group

Gerakan ekonomi hijau atau Green Ekonomy mulai disosialisaikan oleh United Nation Environment Program (UNEP) pada tahun 2008. Konsep ini menitikberatkan pada kegiatan ekonomi untuk kemajuan negara, dengan memperoleh keuntungan bersama antara produsen dan konsumen, tanpa merusak lingkungan. Salah satu lingkungan yang dipantau adalah hutan. Sebagai salah satu pabrik pulp dan kertas terbesar di dunia,  pengalaman APRIL Group , melalui anak perusahaannya PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) di Pangkalan Kerinci, Riau, Indonesia, dapat menjadi referensi untuk pelestarian lingkungan. Perusahaan tetap konsisten mengelola pabrik, tanpa mengabaikan alam, bahkan  melalui program APRIL2030 , ikut meningkatkan  kesejahtearaan masyarakat  dan turut mengurangi emisi karbon . Yuk, kita simak aktivitas ekonomi hijau bersama perusahaan ini. Ekonomi Hijau untuk Menjaga Keanekaragaman Hayati  Sumber : Pixabay  Konservasi Hutan untuk Mencegah Deforestasi Setiap tahun, perusahaan mampu memproduksi 2,8 jut

Ketika Konten Blog Menggeser Sistem Marketing Jadul

Dahulu kala ketika internet belum semasif sekarang, rumah sering didatangi Mbak-mbak atau Mas-mas  berpenampilan menarik. Dengan senyum menawan, mereka mengulurkan tangan menawarkan produk dari perusahaannya. "Maaf, mengganggu sebentar. Mari lihat dulu sampel produk kami dari perusahaan XYZ." Begitu mereka biasanya memperkenalkan diri. Mayoritas pemilik rumah langsung menggeleng sambil meneruskan aktivitasnya. Sebagian lagi acuh sembari mengalihkan perhatian. Ada juga yang masuk ke rumah dan menutup pintu. Respon para salesman tersebut pun beragam. Beberapa orang dengan sopan berlalu dari rumah, tapi ada pula yang gigih terus mendesak calon konsumen.  Walaupun upayanya nihil karena tetap dicuekin. Saat dulu masih kanak-kanak, saya pernah bertanya pada orang tua. Kenapa tidak membeli produk dari mereka? Kasihan sudah berjalan jauh, terpapar sengatan sinar matahari pula. Mereka pun sering diacuhkan orang, bahkan untuk salesgirl beresiko digodain pria iseng. Jawaban orang tua