Langsung ke konten utama

Postingan

Usia Emas dan Ragam Cerpen Anak Bersama Bobo

Pada 14 April 2023 lalu, majalah Bobo genap 50 tahun. Media berusia emas yang sudah memberikan bacaan bermanfaat bukan hanya untuk bocil, tapi juga semua jenjang usia penggemar cerita anak.  Beragam dongeng online telah merebak seiring perkembangan teknologi. Namun, Bobo tetap tangguh menghadapi gempuran online. Sementara adiknya, Bobo Junior, sudah tiarap menyerah dan berhenti terbit pada Desember 2022. Menjelang ulang tahunnya yang ke-50, saya rajin memantau, apa kira-kira perayaan yang akan diselenggarakan majalah ini?  Karena masih sering mengintip isinya, saya tahu kalau ultahnya dirayakan bersama pembaca secara sederhana melalui online. Walaupun demikian, pesertanya cukup ramai, mulai dari anak-anak hingga om dan tante. Peserta yang berminat kemudian dikumpulkan dalam grup yang masih aktif sampai acara perayaan selesai. Dari grup ini, kita sering mendapat informasi mengenai produk terbaru Bobo. Kalau ada promosi atau peluncuran program anyar, anggota pasti diberi informasi.  Nah,

Ini Alasan Perlu Membaca Cerpen

Jika ingin mengetahui, sejarah, budaya dan adat-istiadat masyarakat setempat, cerpen bisa menjadi alternatif sumber informasi.  Isinya singkat, berkisar 10.000 kata atau maksimal enam hingga tujuh halaman. Alur kisahnya dipadatkan dalam rangkuman cerita efisien. Tokoh dalam cerpen hanya sekitar tiga orang dengan tema tunggal. Bertema tunggal artinya cerpen membahas satu sumber permasalahan, tanpa merembet ke topik lain. Intinya, cerpen merupakan cerita singkat yang bisa selesai dibaca dengan waktu sekitar sepuluh menit. Tema cerpen beragam, mulai dari sejarah, sosial budaya, hingga kisah-kisah seputar tetangga yang sering kita dengar. Hanya saja, alur cerpen dikemas dalam penokohan dan plot yang unik. Adakalanya naskah ditulis secara tersirat, hingga pembaca perlu sedikit mengernyitkan dahi untuk menemukan makna tersembunyi yang ingin disampaikan. Definisi naskah ini sesuai dengan pengertian cerpen menurut J. S. Badudu, penggiat Bahasa Indonesia yang sudah dikenal luas di nusantara. Ce

Ketika Konten Blog Menggeser Sistem Marketing Jadul

Dahulu kala ketika internet belum semasif sekarang, rumah sering didatangi Mbak-mbak atau Mas-mas  berpenampilan menarik. Dengan senyum menawan, mereka mengulurkan tangan menawarkan produk dari perusahaannya. "Maaf, mengganggu sebentar. Mari lihat dulu sampel produk kami dari perusahaan XYZ." Begitu mereka biasanya memperkenalkan diri. Mayoritas pemilik rumah langsung menggeleng sambil meneruskan aktivitasnya. Sebagian lagi acuh sembari mengalihkan perhatian. Ada juga yang masuk ke rumah dan menutup pintu. Respon para salesman tersebut pun beragam. Beberapa orang dengan sopan berlalu dari rumah, tapi ada pula yang gigih terus mendesak calon konsumen.  Walaupun upayanya nihil karena tetap dicuekin. Saat dulu masih kanak-kanak, saya pernah bertanya pada orang tua. Kenapa tidak membeli produk dari mereka? Kasihan sudah berjalan jauh, terpapar sengatan sinar matahari pula. Mereka pun sering diacuhkan orang, bahkan untuk salesgirl beresiko digodain pria iseng. Jawaban orang tua

Melestarikan Literasi bersama Konten Blog Melalui Internet Provider

  Walaupun sering dipandang sebelah mata dibandingkan konten visual, blog bisa menjadi media menulis untuk banyak orang. Seperti catatan harian online, blog merupakan sarana untuk berbagi pengalaman, opini, ataupun ilmu bagi pembaca internet .   Di tengah gempuran konten foto dan video, blog masih tetap eksis bertahan sebagai salah satu media online populer. Dikutip dari DemandMetric, tercatat sebanyak 59 % pemasar masih melihat peluang melalui blog.    Dari HubSpot diketahui, pada tahun 2018 sebanyak 55 % pemasar masih menetapkan blog sebagai prioritas pemasaran mereka.   Blog tetap memiliki gigi dalam digital marketing.   Daya tarik blog bukan hanya sebagai media pemasaran, tapi juga berbagi pengalaman bagi para penggunanya. Setiap orang memiliki cerita yang berbeda. Melalui blog penulis bisa berbagi kisah unik. Banyak cerita menarik, bahkan kisah yang dulu kita pikir tak mungkin ada pada media mainstream , sekarang bermunculan di blog.   Saya pernah membaca seorang blogg

Kreasikan Konten Game bersama Internet Provider

Excellent   Demikian kata yang kerap didengungkan hape jadul saya, saat berhasil menuntaskan satu seri game menyusun balok.   Jenis game dari masa lampau ini sering dimainkan saat luang.   Ada kesenangan tersendiri ketika berhasil melewati tantangan dan naik tingkat.   Pada tingkat baru, kesulitannya lebih tinggi.   Tantangan lebih tajam dan waktu bermain terus ditambah.   Akibatnya kerap tugas rutin jadi terbengkalai.     Inilah salah satu dampak negatif game.   Gambar-gambar mungil pada layar mampu menyihir   penggunanya hingga lupa waktu, bahkan tugas rutin seperti makan dan bersih-bersih.   Kalah dalam satu tingkat, bukannya berhenti dan istirahat dulu.   Namun, semakin penasaran dan terus menambah jam online.   Mata sudah perih urusan nanti, badan pegal nggak terasa lagi selama jari-jari masih bisa menari.   Beberapa waktu lalu, media elektronik pernah menayangkan kisah remaja yang terpaksa dibawa ke rumah sakit jiwa karena tidak mampu terlepas dari gadgetnya.   Ada la