Langsung ke konten utama

Postingan

Roti Sandwich

  Ada yang dulu hobi membaca serial Lima Sekawan? Sebagai anak-anak era 80 – 90an, buku karya Enid Blyton, penulis  asal Inggris ini, menjadi kegemaran saya mengisi waktu luang. Petualangan George dan sepupu-sepupunya, Julian, Dick, Anne, bersama seekor anjing cerdas Timmy, benar-benar berkesan. Mereka berhasil memecahkan beragam misteri, serta membantu pihak berwajib meringkus pelaku kriminal. Alur ceritanya sesuai untuk pembaca usia anak-anak dan remaja. Generasi sekarang pun masih bisa menikmati buku yang pertama kali terbit tahun 1942. Kemarin saat jalan-jalan ke perpustakaan umum, saya melihat buku Lima Sekawan versi terbaru. Saya memang belum sempat membacanya lagi. Tetapi, serial ini membuka kembali cerita hobi masa lampau. Namun, bukan kisah petualangan seru yang akan saya bahas, melainkan roti sandwich atau roti lapis. Hah, kok sandwich? Dalam buku dikisahkan kalau George beserta sepupu-sepupunya, sering dibekali sandwich jika hendak bepergian. Penganan itu dikemas da...

Pesona Alam Hijau di Pinggiran Kota

  Tinggal di pinggiran kota identik dengan terpencil, jauh dari keramaian, dan sulit menjangkau transportasi. Padahal, belum tentu. Sekarang bisa saja berdomisili di kota madya, bermukim di rumah modern tapi dengan pemandangan sawah, pepohonan, serta ladang penduduk. Saya bermukim di kota madya Pem. Siantar, kota ke-2 terbesar di Sumatera Utara setelah Medan. Tempat yang terletak di ketinggian 300-500 meter dari permukaan laut ini, memberikan udara sejuk untuk warganya. Kalau musim hujan tiba, hawanya persis seperti daerah pegunungan. Sejuk. Namun, bukan hanya penduduk yang terbuai oleh cuaca yang dingin. Beragam tetumbuhan, terutama, padi, sayur kangkung, kacang panjang, kacang tanah, cabai rawit, tomat, buah naga, dan pepaya tumbuh subur di sini. Jenis tanaman ini bisa langsung saya lihat menggantung di pohonnya. Lokasi rumah yang terletak pinggiran kota memang dikelilingi oleh areal persawahan dan ladang penduduk. Matahari pagi menyapa alam. Tinggal bertetangga dengan pohon-poh...

Ikon Wisata Religi Pem. Siantar, Vihara Avalokitesvara dan Patung Dewi Kwan Im

  Kedatangan ke Vihara Avalokitesvara dan Patung Dewi Kwan Im di Pem. Siantar (Sumut), mengingatkan saya pada kunjungan ke salah satu vihara di Medan berpuluh tahun silam. Saat itu, saya dan teman-teman yang masih SMP, mendapat tugas menulis tentang benda-benda di rumah ibadah. Syaratnya sederhana, bukan rumah ibadah dari agama yang kami anut. Karena mayoritas beragama Islam dan Kristen, maka kami memutuskan berkunjung ke vihara, tempat beribadah umat Budha. Kebetulan, ada vihara terdekat yang belum pernah kami kunjungi. Lokasinya hanya sekitar lima menit berjalan kaki dari sekolah. Dekat, kan, sekalian olahraga. Maka berangkatlah kami beramai-ramai ke lokasi ibadah itu. Kenangan Pertama Kali ke Vihara Sesampai di sana, kami melihat interior vihara yang menakjubkan. Patung-patung keemasan Sang Budha berjejer rapi di sekeliling ruangan. Kilauannya benar-benar memukau, terutama bagi kami yang baru pertama kali masuk ke tempat ibadah umat Budha tersebut. Kami disambut oleh seorang Bik...

Angkot dan Kenangan Masa Sekolah

  Punya kenangan apa pada masa sekolah? Dihukum guru dengan menghormat bendera saat siang bolong? Cabut bersama? Cinta pertama, atau apa lagi? Umumnya, kenangan masa sekolah selalu berkisar pada guru dan teman-teman. Jarang ada yang membahas objek lain. Bagi yang berangkat sekolah naik angkutan kota (angkot), pengalaman menggunakan transportasi umum ini ikut meramaikan kenangan masa lampau. Perjuangan menumpang kendaraan tersebut tak boleh dipandang sebelah mata, apalagi banyak sopir angkot menolak membawa anak sekolah. Biasanya ini terjadi pagi hari ongkos siswa-siswi lebih murah daripada orang dewasa. Rugilah kalau membawa banyak anak sekolah. Bersama keluarga, saya sudah naik angkot sejak kecil. Karena dulu tinggal di kota kecil, saat duduk di bangku SD saya masih jalan kaki ke sekolah. Lokasinya lumayan dekat dari rumah. Nah, setelah SMP harus ikut les dan kemudian pindah ke kota besar, saya mulai naik angkot sendirian. Selama ini biasa ditemani, sekarang harus mandiri. Di sini...

Premanwati dari Balik Tembok Sekolah

Semasa kecil, sudah biasa kalau kita mempunyai teman yang baik, manis, lucu, menggemaskan, dan humoris di sekolah. Hampir semua anak pernah memiliki kawan berkarakter demikian. Tetapi, bagaimana kalau ada teman yang keras kepala dan sulit diatur? Perempuan pula. Saking dominan, siswa pria pun kecut melihatnya. Saya sebut saja namanya Xeni, supaya mirip tokoh puteri perang yang populer zaman televisi dulu. Karakter teman sekelas saya ini memang gempal seperti pemain film itu. Bedanya, Xeni berpostur pendek dan agak gemuk, tidak seperti tokoh asli yang tinggi, besar, dan tangguh. Bodi   mungil Xeni memang berbanding terbalik dengan nyalinya. Bahasa tubuh gadis cilik itu jauh dari kesan gemulai. Model rambut pun cepak persis pria. Baju Xeni lusuh, kesempitan dan tipis, sehingga singlet yang menempel di tubuh ikut mengintip. Pada roknya ada sedikit robekan. Hmm, apa dia berasal dari keluarga susah, sehingga  berpenampilan demikian? Tunggu dulu. Jangan menghakimi seseorang hanya da...