Minggu, 30 April 2023

Ini Beberapa Jenis Permainan Tradisional Anak Berkelompok yang Mulai Ditinggalkan


Permainan Tradisional Anak

Gadget sudah mengambil perhatian mayoritas anak-anak. Sebagian waktu mereka telah tersita oleh layar warna-warni dari alat elektronik tersebut. Menurut penelitian dari lembaga riset Childwise yang berbasis di Inggris, anak-anak usia 5 – 16 tahun menghabiskan waktu 6,5 jam di depan layar gadget.  Sementara, normal penggunaan gadget pada anak-anak usia sekolah adalah 2 jam.

 

Ketika gadget belum beredar masif seperti sekarang, permainan tradisional anak merupakan wadah untuk para bocah bergembira dan bersosialisasi dengan teman sebaya. Sore hari, halaman rumah atau lapangan bermain penuh dengan tawa ceria mereka.  Kini, kegiatan tersebut mulai berkurang sejak gadget menjadi teman mereka menghabiskan waktu di rumah.

 

Oleh sebab itu, perlu kembali memperkenalkan beberapa permainan anak-anak tradisional pada generasi penerus ini.  Permainan tersebut merupakan warisan budaya yang patut  dijaga kelestariannya karena turut membentuk karakter anak-anak. Melalui permainan tradisional, mereka diajak untuk sportif, berkomunikatif, disiplin, mahir berstrategi, berani berinisiatif, dan menjaga kesehatan dengan aktif bergerak.

 

Ada beberapa permainan tradisional anak berkelompok yang perlu diketahui oleh anak-anak.  Permainan ini membutuhkan minimal tiga orang peserta.  Semakin ramai yang ikut serta, semakin seru kegiatannya.  Anak-anak pun memiliki lebih banyak teman.  Dengan beragam kawan, mereka bisa belajar bersosialisasi dan berelasi dengan orang-orang dari latar belakang yang berbeda.

 

Permainan berkelompok ini umumnya terbagi atas dua regu, yang satu menjadi pemain dan yang lainnya menjadi lawan.  Kedua regu berkompetisi secara sportif untuk memenangkan permainan. Karena bukan perlombaan, tidak ada piala atau hadiah yang diperoleh.  Kegembiraan dan kebersamaan merupakan bonus dari permainan tradisional.

 

Ada pula permainan yang tidak dibagi menjadi regu, tapi terdiri dari satu penjaga dan peserta lain menjadi pemain. Biasanya penjaga akan mengejar kawan-kawannya agar dia sendiri bisa berganti menjadi pemain.  Anak yang tertangkap, akan menjadi penjaga berikutnya.

 

Dunia anak, dunia bermain


Apa saja permainan tersebut dan bagaimana peraturannya?  Yuk, simak ulasan berikut.

 

Cara memilih Teman Seregu atau Penjaga dalam Permainan Tradisional Anak

Sebelum memulai permainan, terlebih dahulu ditentukan siapa yang menjadi penjaga dan pemain, atau pembagian regu.  Supaya adil dan tidak menimbulkan perselisihan, anak-anak menggunakan dua cara, yaitu.

 

* Hompimpah

Melalui hompimpah, anak-anak mengibaskan tangannya sambil menyanyikan lagu berikut.

 

            Hompimpah alaiyum gambreng

(kalimat ini berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya dari Tuhan kembali ke Tuhan.  Kalimat ini juga menyampaikan tentang musyawarah dalam permainan anak-anak, yaitu kesepakatan memilih penjaga atau pemain).

 

Bersama lagu selesai, semua anak mengulurkan telapak tangan.  Sebagian, sebagian menegadah.  Jika menengadah atau menelungkup lebih sedikit, maka jumlah minoritas ini keluar dari hompimpah.  Kemudian permainan dilanjutkan dengan bernyanyi lagi sambil mengayunkan tangan, hingga menyisakan dua pemain.

 

* Suit

Jika hasil akhir hompimpah menyisakan dua pemain, maka suit yang menjadi penentunya.  Sebelum bersuit, dua anak yang masih tersisa setelah hompimpah mengepalkan sebelah tangannya.  Setelah dikeluarkan aba-aba ‘suit’, secara serentak mereka mengulurkan salah satu jarinya.  Dalam suit, pemain hanya menggunakan tiga jari sebagai simbol.

 

Ibu jari dianggap sebagai gajah, telunjuk sebagai manusia, dan kelingking menyimbolkan semut. Ibu jari mengalahkan telunjuk, telunjuk mengalahkan kelingking, dan kelingking mengalahkan ibu jari. Jika kedua anak mengulurkan jari yang sama, maka suit diulang sampai menemukan pemenangnya.

 

Beberapa Jenis Permainan Tradisional Anak Berkelompok

Ada beberapa permainan tradisional anak yang bisa hanya dimainkan oleh dua orang anak, misalnya congklak, bola bekel, engklek.  Umumnya anak tersebut bermain dengan teman akrab.  Kegiatan ini tepat untuk anak yang mungkin agak pendiam, pemalu, dan memiliki teman lebih sedikit.

 

Namun jikalau memungkinkan, ajaklah anak bergabung pada permainan tradisional yang diikuti oleh lebih dari tiga orang. Kenalannya akan bertambah. Semakin banyak kenalannya, semakin mampu bersosialisasi. Selain belajar beradaptasi, permainan tradisional beregu atau berkelompok, mengajar anak untuk bekerja sama dan bergotong royong dengan kawan-kawan. Dalam permainan, mereka belajar menentukan strategi untuk memenangkan permainan.

 

Ada banyak permainan tradisional anak berkelompok, seperti.

 

@ Permainan Cendak Beralih

Diikuti oleh minimal tiga orang anak, pecendak (penjaga) ditentukan oleh hompimpa atau suit.  Setelah pecendak terpilih, maka anak-anak lain langsung menyilangkan tangan di dada.  Namun, dalam waktu tertentu mereka harus membuka tangannya. Pada saat tangan teman-temannya terbuka, pecendak harus menyentuh mereka sebelum kembali menyilangkan tangan.  Siapapun yang tersentuh sebelum menyilangkan tangan, harus menggantikan posisi pecendak tersebut.  Begitulah permainan berlanjut hingga selesai.

 

Permainan tradisional cendak beralih


Pemain dan penjaga adu kecepatan. Cendak beralih membutuhkan ketangkasan anak dalam membuka dan menyilangkan tangan. Anak-anak bermain cendak beralih sambil becanda dengan penjaganya. Meski sibuk bercengkerama, para pemain harus tetap fokus melipat dan membuka tangannya. Sedikit saja mereka lengah, maka pecendak akan menyentuh mereka.  Dengan demikian, beralihlah posisi pecendak dengan anak yang baru tersentuh.

 

Cendak beralih melatih kemampuan anak untuk fokus menjaga gerakan tangannya agar lolos dari giliran pecendak.  Tapi jangan terlalu lama, karena terus menerus menyilangkan tangan akan diprotes dengan teman-temannya. Pesertanya sebaiknya berani. Mereka juga dilatih sportivitas agar jangan mudah merajuk atau cemberut ketika harus menjadi pecendak.

 

@ Permainan Bakiak (Terompah Panjang)

Berasal dari Sumatera Barat, tapi permainan ini mempunyai nama yang berbeda di Jawa, yaitu teklek. Pesertanya menggunakan terompah panjang dengan kayu ringan yang dibuat berderet untuk tiga orang.

 

Bakiak yang dimaksud dalam permainan ini bukan sandal biasa dipakai orang-orang dulu.  Bakiak ini berukuran panjang berupa sepasang kayu panjang memuat tiga karet di masing-masing permukaannya. Jadi, seperti tiga pasang bakiak yang dipadu lebur menjadi satu sandal berukuran maksimal.

 

Bakiak dan keselarasan melangkah


Permainan ini membutuhkan kekompakan dan kerjasama pesertanya. Tiga orang anak yang mengenakan bakiak tersebut harus berjalan selaras.  Apabila ada yang tidak fokus, maka ketiganya bisa jatuh bersamaan.  Mereka berusaha melangkah seirama dan kompak untuk mencapai garis akhir. 

 

Pada perayaan tujuh belasan, permainan ini sering dijadikan ajang perlombaan antara beberapa regu. Penonton bersorak menyaksikan keseruan pertandingan. Ada regu yang gesit, ada pula yang jatuh bangun. Regu yang lebih dulu menyentuh garis akhir dinyatakan sebagai pemenang.

 

@ Permainan Gobak Sodor

Gobak sodor merupakan permainan tradisional anak yang berasal dari Jawa. Ada beragam nama disematkan dari berbagai daerah, seperti

  • Galah asin dari Jakarta
  • Galasin dari Jawa Barat
  • Selodor dari Balikpapan
  • Selodoran dari Malang
  • Main galah dari Riau
  • Adang-adangan dari Jambi


Anak-anak yang ikut bermain dibagi menjadi dua regu.  Masing-masing kelompok terdiri dari minimal 3 orang.  Permainan ini tidak menggunakan alat, tapi membutuhkan lapangan luas dan datar. 


Pada lapangan dibentuk garis-garis persegi empat berukuran sekitar 5m x 3m dengan batas-batas yang terlihat jelas oleh pemain. Lapangan gobak sodor bergaris ini terdiri dari dua kolom dan tiga baris yang diilustrasikan sebagai berikut.

 

Penjaga terdiri dari satu orang bertugas mengamankan garis horizontal pertama, kemudian satu orang lagi menjaga garis horizontal kedua.  Sedangkan garis vertikal yang berada di tengah lapangan, dijaga oleh satu orang yang bebas bergerak di sepanjang lintasan.

 

Lapangan gobak sodor


Permainan dimulai dari garis awal paling atas menuju garis akhir paling belakang.  Setelah sampai garis akhir, pemain harus mencapai ke garis awal. Regu pemain dinyatakan menang jika anggotanya ada yang bisa kembali ke garis awal.  Namun, regu pemain kalah jika ada salah satu anggotanya yang tersentuh oleh regu penjaga. Dengan demikian, terjadi pergantian regu pemain.

 

Walaupun terdiri dari minimal tiga orang pemain, untuk memenangkan permainan ini tidak perlu semua anggota regu menyelesaikan lintasan dari awal hingga akhir. Cukup satu orang anggota regu saja yang menembus pertahanan lawan dari garis awal hingga akhir, maka dia dan teman-temannya sudah memenangkan permainan.

 

Gobak sodor merupakan permainan yang melatih kekuatan fisik, konsentrasi, memecahkan masalah berkelompok, keberanian dan inisiatif pribadi untuk mengambil keputusan. Permainan ini mengajak anak-anak untuk menjaga kekompakan tim serta fokus pada tujuan.

Selain bekerja sama, agar dapat memenangkan permainan ini diperlukan kecepatan berlari, kegesitan, strategi, serta jeli melihat gerakan lawan. 

 

@ Permainan Tarik Tambang

Tarik tambang merupakan permainan yang sering diperlombakan pada perayaan tujuh belasan. Kegiatan yang mengandalkan kekuatan fisik ini melibatkan dua regu dengan anggota minimal 5 orang. 


Peserta menggunakan tali kokoh dan tidak mudah terputus sebagai alat adu.  Selain tali, permainan ini tidak memerlukan peralatan lain, hanya dibutuhkan lapangan luas dan datar agar peserta bebas bergerak.


Cara permainannya sebagai berikut. 

  • Dua kelompok tersebut berdiri berhadap-hadapan sambil memegang erat tali.
  • Ada pita tepat pada pertengahan tali.
  • Ditarik garis pembatas di atas tanah lokasi pertandingan.
  • Setiap regu berusaha sekuat tenaga menarik kelompok lawan agar pita pada tali melewati garis pembatas di atas tanah. 
  • Regu yang berhasil menarik lawan melewati garis dinyatakan sebagai pemenang. 
  • Permainan biasanya dilakukan dua kali dengan posisi tim bergantian. 
  • Jika seri, maka permainan dilanjutkan sekali lagi untuk menentukan pemenang.

 

Keseruan tarik tambang


Permainan ini seru dan perlu ditunggu aksinya pada acara tujuh belasan. Keseruannya semakin mengundang tawa apabila kedua regu kelihatan tidak seimbang.  Salah satu regu tampak lebih kekar dari lawannya. Meskipun demikian, regu lawan tidak gentar dan tetap berusaha sekuat tenaga memenangkan pertandingan.

 

Permainan ini mengajarkan semangat gotong royong, kerja sama, semangat pantang menyerah, sportivitas, serta berusaha keras untuk meraih kemenangan. Tarik tambang juga mengajak pesertanya agar tetap bersemangat walaupun regu lawan kelihatan lebih kekar. Dalam aktivitas ini yang penting sudah berusaha mengeluarkan tenaga maksimal dan memberikan upaya terbaik.

 

@ Permainan Ular Naga

Permainan ini mempunyai istilah berbeda dari beberapa daerah, seperti

  • Wak wak gung dari Jakarta
  • Tam tam buku dari Sumatera Utara dan Sumatera Selatan
  • Dor salindor dari Madura
  • Lemon nipis dari Irian Jaya
  • Sleboran dari Gresik, Jawa Timur

 

Diikuti minimal 10 orang anak, permainan ini dilakukan sambil menyanyikan lagu berikut.

 

            Ular naga panjangnya bukan kepalang

            Menjalar-jalar selalu kian kemari

            Umpan yang lezat itulah yang dicari

            Ini dianya yang terbelakang

 

Permainan ular naga


Kemudian, anak-anak berjalan sambil memegang pundak teman di depannya untuk melewati terowongan. Terowongan yang dimaksud di sini bukan terowongan pegunungan, tapi rangkaian dari sepasang tangan ketua kelompok. Dua orang pemain yang dipilih  sebagai ketua kelompok berdiri berhadapan sambil berpegangan tangan. Kedua pasang tangan anak tersebut diangkat ke atas sambil ikut bernyanyi.

 

Pada lirik terakhir, seorang pemain dijepit oleh rangkaian tangan ketua kelompok.  Anggota yang terjepit segera keluar.  Ketua kelompok membisikkan dua pilihan pada anggota tersebut, misalnya memilih anggur atau jeruk. Pilihan tersebut merupakan cara untuk ikut salah satu dari grup ketua kelompok. Anak yang telah memilih, berdiri di belakang ketua kelompoknya.

 

Setelah semua anggota habis terpilih, permainan dilanjutkan dengan perebutan anggota kelompok. Regu yang beranggota lebih banyak menjadi kelompok induk ayam dan anaknya.  sementara anggota yang lebih sedikit menjadi serigala. Regu serigala akan berusaha merebut anak-anak ayam dari induknya. Tugas induk ayam adalah melindungi anak-anaknya dengan merentangkan tangan.  Permainan selesai jika serigala mampu merebut semua anak ayam.

 

Ular naga mengajak anak untuk berani menentukan pilihan.  Apapun pilihannya, setiap anak ikut bekerja sama melindungi regu mereka.  Kalah menang dalam permainan merupakan hal yang lumrah, kekompakan dan setia kawan senantiasa terjalin dari aktivitas ini.

 

@ Permainan Benteng-bentengan

Permainan kelompok yang membutuhkan ketangkasan, kecepatan berlari, dan strategi handal. Benteng-bentengan merupakan adu kegesitan antara dua regu yang bertujuan untuk menangkap anggota regu lawan dan merebut bentengnya. Permainan ini bisa dilakukan di tanah luas dengan dua tiang berjarak minimal 10 meter, serta melibatkan dua tim yang terdiri dari 4 – 8 orang anak. 

 

Cara permainannya sebagai berikut.

  • Setiap tim memiliki tiang sebagai benteng.  Benteng bisa berupa tiang ataupun dahan pohon.
  • Untuk memenangkan pertandingan, selain merebut benteng lawan, mereka juga harus menawan sebanyak mungkin anggota regu lawan.
  • Pemain harus sering kembali ke bentengnya sendiri karena “penawan” dan anggota “tertawan” ditentukan oleh siapa dulu yang paling dekat waktunya menyentuh benteng sendiri.
  • Pemain yang menyentuh benteng dengan waktu terdekat berhak menjadi “penawan”.
  • Penawan akan berusaha menangkap anggota regu lawan menjadi tertawan. Anggota yang tertawan tidak bisa kembali ke bentengnya sendiri dan menjadi tawanan.
  • Semakin banyak lawan yang ditawan, semakin besar peluang tim penawan untuk merebut benteng lawan dan memenangi permainan.
  • Pemenang permainan adalah tim yang pemainnya dapat menyentuh benteng lawan sambil berteriak “Benteng!”

 

Menggunakan batang pohon sebagai bentengan


Permainan ini mengajarkan kehati-hatian dan kecermatan membuat strategi. Kecermatan itu dilengkapi dengan kemampuan mengecoh lawan sehingga mereka lengah, termasuk mengejar lawan agar semakin jauh dari bentengnya.

 

Bentengan juga membutuhkan kekompakan dan kerjasama antara anggota regu untuk tetap solid menjaga benteng mereka. Dalam satu regu, anggota bisa bergiliran menjaga. Teman yang berlari paling cepat dan gesit bisa menjadi andalan untuk menangkap lawan agar memenangkan permainan.

 

@ Permainan Domikado

Permainan ini sederhana dan tak memerlukan alat. Para peserta hanya perlu duduk bersama membentuk lingkaran sambil menyanyikan lagu berikut.

 

            Domikado ... mikado ... mikado

            Eska ... eskado ... eskado ...piye ... piye

            Cis ... cis ... one ... two ... three ... four ...

 

Peserta membuka tangan dan menggabungkannya dengan orang di sampingnya, yaitu meletakkan tangan kirinya di bawah tangan kanan teman di sebelah. Selanjutnya, sambil menyanyikan lagu tersebut, tangan kanan peserta menepuk tangan kanan teman yang berada di atas tangan kirinya.  Peserta yang kalah merupakan orang yang tangannya ditepuk tepat saat lagu berakhir.

 

Tepukan ala domikado


Kejutan biasanya terjadi pada saat lagu mendekati akhir lirik.  Peserta terakhir tidak menduga dan kaget ketika tangannya ditepuk pas lagu berhenti.  Gelak tawa segera pecah melihat raut wajah korban kebingungan dan harus keluar dari lingkaran. Yap, permainan ini bertujuan mencairkan komunikasi antar peserta. Jangan pula ada yang tersinggung karena harus meninggalkan  arena.

 

@ Permainan Kucing-kucingan

Terinspirasi dari hewan di alam nyata, permainan ini mengisahkan tentang kucing yang hendak memangsa tikus.  Kejar-kejaran segit terjadi antara kedua pemain yang berlakon sebagai dua hewan bermusuhan tersebut, yaitu kucing penjaga dan tikus pemain. Kesegitannya ditambah dengan peserta lain yang berperan sebagai tikus penjaga dan berusaha melindungi tikus pemain. Semakin luas lingkarannya, semakin seru permainannya.

 

Dari semua peserta yang ikut, anak yang kalah hompimpah akan menjadi kucing. Kemudian dipilih satu anak menjadi tikus pemain. Anak-anak yang lain berpegangan tangan membentuk lingkaran menjadi penjaga tikus. Jika tikus pemain berada di dalam lingkaran, kucing berada di luarnya. Kucing akan berusaha menerobos lingkaran. Namun, para tikus penjaga tetap mengawal temannya dengan saling berpegangan tangan erat pada lingkaran. 

 

Jika pegangan tangan terlepas dan kucing berhasil masuk ke dalam lingkaran, maka para tikus penjaga mengeluarkan temannya dari lingkaran.  Sebaliknya,  mereka menjaga kucing tetap di lingkaran dengan terus berpegangan erat. Demikian seterusnya hingga tikus pemain tertangkap.  Jika tertangkap, maka dia akan menjadi kucing berikutnya.

 

Permainan kucing-kucingan


Permainan ini mengajak anak untuk bekerja sama menjaga teman mereka dari hal yang tidak diinginkan, seperti kucing pengganggu. Mereka bergotong royong dan bergandengan tangan agar teman mereka selamat. Kekompakan merupakan kunci agar perlindungan tersebut tetap solid.

 

@ Permainan Sepak Sawut

Peraturan permainan ini sama seperti sepak bola pada umumnya.  Hanya saja, pemain menggunakan bola api. Bahan bola berasal dari bongkahan sabut kelapa yang tak ada lagi unsur airnya. Bongkahan yang sudah kering tersebut direndam dalam minyak tanah selama beberapa hari. Ketika permainan hendak dimulai, api mulai dinyalakan.

 

Sepak sawut biasanya berlangsung pada malam hari, tapi bisa juga berlangsung siang hari.  Bedanya, kalau malam hari maka pancaran api dari bola semakin jelas dan menambah pijar keseruan permainan. Bola api yang ditendang bergiliran antar pemain menjadi pemandangan menarik pada suasana gelap.

 

Menarik jika mengamati sepak sawut dengan bola api menyala. Bola berpijar seperti melambangkan simbol keberanian dan keyakinan. Kalau malam hari, di tengah suasana gelap gulita dan tanpa harapan, seperti ada secercah cahaya yang menjadi pedoman untuk terus melangkah mencapai tujuan. Sementara untuk siang hari, bola bersuhu panas tersebut menjadi tantangan untuk terus ditendang demi meraih kemenangan.


 Keseruan sepak bola sawut


Permainan sepak bola sawut ini memberi pesan. Jangan menyerah dalam kegelapan dan situasi sulit karena masih ada sinar menjadi penuntun langkah.  Apalagi dengan bekerja sama dan kompak dengan teman seregu, kemenangan bukan hal mustahil untuk diraih.

 

Anak-anak yang sering bermain sepak sawut diharapkan selalu mengingat falsafah dari bola api tersebut.  Dalam kerumitan, teruslah melangkah dengan keyakinan.  Akan ada secercah harapan yang menjadi penuntun, jika kita berani berjuang meraih cita-cita. 

 

@ Permainan Boi-boian

Permainan beregu yang mengandalkan ketangkasan dan kecepatan bergerak serta berlari ini, memiliki beberapa nama berbeda dari berbagai daerah.

-          Boi-boian dari Jombang

-          Gebokan dari Malang

-          Pai-paian dari Ketapang Sampang Madura

-          Pecah piring dari Sumatera Utara

 

Boi-boian membutuhkan perlengkapan yang sederhana, yaitu tumpukan batu pipih atau genteng berjumlah sekitar sepuluh keping, yang disusun seperti menara. Kemudian, sediakan pula bola yang tidak terlalu besar dan berat, seperti bola kasti. Berjarak empat atau lima meter dari lokasi menara batu tersebut, ditarik garis pembatas bagi regu pemain melempar bola. Sedangkan untuk arena permainannya, diperlukan lapangan yang cukup aman dan luas tempat anak-anak berlarian.

 

Permainan dimulai dengan hompimpah, yaitu untuk membagi anak-anak menjadi dua regu..  Kemudian, dipilih ketua regu yang bersuit untuk menentukan siapa yang menjadi pemain dan penjaga. Pemain adalah regu yang melempar bola pada tumbukan menara batu.  Sedangkan regu penjaga merupakan lawan yang akan mengejar mereka.

 

Anggota regu pemain secara bergiliran melempar bola ke arah menara batu.  Jika bola mengenai menara batu yang kemudian jatuh berhamburan, semua regu pemain harus lari berpencar.  Regu penjaga atau lawan mereka akan melempar satu persatu anggota regu pemain yang mencoba menyusun kembali menara batu sampai utuh.

 

Menyusun pecahan batu melalui boi-boian


Jika bola mengenai salah seorang anggota regu pemain, maka anak yang bersangkutan tidak boleh lagi ikut menyusun batu.  Demikian seterusnya sampai semua anggota regu pemain terkena lemparan bola.  Jika sudah demikian, maka terjadi pertukaran regu.  Regu penjaga sekarang beralih menjadi pemain.

 

Namun, apabila ada anggota regu pemain mampu menyusun kembali menara batu hingga utuh tanpa pernah tersentuh bola, maka mereka memenangi permainan. Regu yang sama tetap menjadi pelempar bola pada seri berikutnya. Regu penjaga kembali berjaga-jaga sampai mereka mampu melempar semua regu lawan.

 

Permainan ini mengajak anak-anak untuk kompak bekerja sama dan mempunyai strategi jitu menghadapi lawan. Untuk terus menyusun menara batu kembali utuh, regu pemain memerlukan keberanian menghadapi regu lawan yang agresif menyerang. Mereka berpencar dan berusaha mengalihkan fokus regu lawan.  Apabila bola yang dilemparkan melesat jauh, semakin banyak waktu untuk menyusun menara batu.

 

Demikian juga regu penjaga, mereka membutuhkan kekompakan saat melempar bola dengan rekannya.  Diperlukan kerjasama agar mereka bisa jitu membidik lawan agar tidak boleh lagi ikut menyusun batu.  Lemparan diusahakan jangan lengah dan melesat terlalu jauh karena hanya menguntungkan lawan.

 

@ Permainan Cublak-cublak Suweng

Mungkin banyak yang sudah familiar dengan lagu ini.  Syairnya sering dilantunkan pada avara-acara musik nasional.  Walaupun berasal dari Jawa, mayoritas masyarakat kita pernah mendengar lagu ini.

 

Ternyata ada permainan tradisional anak yang mengiringi lagunya.  Persis dengan judulnya, permainan ini juga menggunakan nama yang sama. Liriknya yang singkat dan mudah diingat, membuat anak mahir melantunkannya bersama teman-teman, seperti berikut.

 

Cublak-cublak suweng

(Merupakan tempat anting perhiasan untuk wanita Jawa)


Suwenge teng gelenter

(Mengilustrasikan anting perhiasan yang berserakan)

            

Mambu ketundhung gudel

(Seperti bau anak kerbau)


Pak empong lera lere

(Bapak ompong melihat kiri kanan)


Sapa ngguyu ndelikkake

(Siapa tertawa dia yang menyembunyikan)


Sir sir pong dele kopong

(Hati nurani seperti kedelai kosong tanpa isi)


Sir sir pong dele kopong

(Hati nurani seperti kedelai kosong tanpa isi)

 

Krikil sebagai alat bantu permainan cublak-cublak suweng


Tata cara permainannya sederhana. Tidak memerlukan peralatan khusus, anak-anak hanya membutuhkan biji-bijian atau kerikil. Ukurannya disesuaikan, asalkan bisa digenggam oleh telapak tangan mungil mereka. Peserta Cublak-cublak Suweng  terdiri dari 3 – 5 orang anak.  Satu orang anak bertugas sebagai penjaga (Pak Empong) dan yang lainnya bermain.

 

Adapun peraturan permainannya sebagai berikut.

  • Permainan dimulai dengan cara bersuit atau hompimpah untuk menentukan siapa yang bertugas jaga (Pak Empong) dan anak-anak yang bermain.
  • Para pemain duduk membentuk lingkaran mengelilingi Pak Empong yang telungkup di tengah lingkaran.
  • Para pemain membuka telapak tangan menghadap ke atas dan meletakkannya tepat di atas punggung Pak Empong.
  • Biji-bijian atau kerikil dipindahtangankan antar pemain sambil terus menyanyikan lagu Cublak-cublak Suweng.
  • Pada saat menyanyikan lirik Sapa ngguyu ndelikkake, biji-bijian atau kerikil diserahkan kepada salah seorang pemain untuk disembunyikan dalam genggaman.
  • Setelah lagu selesai, Pak Empong bangun dan menebak anak yang menyembunyikan biji-bijian atau kerikil.
  • Jika benar, maka anak yang menggenggam biji atau kerikil menjadi Pak Empong berikutnya.
  • Jika salah, anak yang menebak tersebut kembali menjadi Pak Empong.

 

Permainan ini mengajak anak untuk mengontrol emosi.  Jika salah menebak, anak sebaiknya jangan mudah kesal atau putus asa, apalagi merajuk dan berhenti bermain.  Diperlukan  kesabaran untuk dapat menemukan teman yang menggenggam batu.  Semakin banyak pesertanya, semakin sulit Pak Empong menebak. 

 

Selain permainannya yang mengajak anak untuk teliti menebak, syair lagu ini juga membawa pesan tentang prinsip hidup. Liriknya mengumpamakan orang yang mencari harta dengan penuh keserakahan dan keegoisan. Karena diselubungi oleh keserakahan, mereka menghalalkan segala cara.  Orang-orang demikian tidak peduli apabila tindakan mereka merugikan yang lain. 

 

Walaupun berhasil memperoleh harta duniawi, pada akhirnya mereka merasa kosong, berjiwa hampa, dan sendirian.  Ternyata harta duniawi tak mampu mengisi jiwa yang melompong.   Kerabat hanya mendekat jika ada keperluan. Kesepian kerap menjadi teman mereka. 

 

Padahal jika mereka memiliki jiwa bening, harta sejati sebenarnya sudah ada dalam diri mereka sendiri. Menghargai orang lain, melepaskan keserakahan pada harta duniawi, rendah hati, dan mau membantu sesama, merupakan harta yang tersebar di berbagai tempat.  Mereka tak perlu khawatir karena harta jenis ini tidak pernah habis.

 

@ Permainan Patung-patungan

Ta’patung, patung-patungan, atau Puteri Salju merupakan permainan tradisional yang beranggotakan minimal 3 hingga 5 anak.  Semakin banyak anak yang ikut serta, semakin seru. Karena anak-anak saling mengejar dan berlarian riang, permainan ini membutuhkan lapangan luas agar mereka bebas bergerak.

 

Melalui hompimpah dan suit,  anak yang kalah berperan sebagai ‘dadi’.  Tugas dadi adalah menjadi pusat perhatian dan penjaga dari permainan ini. Dia berdiri di tengah anak-anak yang membentuk lingkaran.  Kemudian mereka serentak menyanyikan lagu berikut.

 

Putih-putih melati, Alibaba ... merah-merah delima, Pinokio

Siapa yang baik hati, Cinderella ... tentu disayang Mama

Mamaku Lady Diana

Papaku Pangeran Charles

Nenekku Ratu Inggris Elizabeth

 

Berbagai pose anak dalam permainan patung-patungan


Setelah lagu selesai, semua anak kecuali dadi berubah menjadi patung alias tidak boleh bergerak. Dadi mulai menghitung dari angka 1 sampai 10.  Pada setiap angka yang diucapkan, semua pemain harus berganti pose atau gaya mematung.  Pada semua hitungan tersebut, tidak boleh ada pemain yang tertawa atau tersenyum apalagi kelihatan giginya.  Jika ada yang tertawa, maka pemain tersebut menjadi dadi berikutnya.

 

Jika semua pemain mampu melewati sampai angka 10 tanpa ada yang tertawa, maka mereka semua berlari berhamburan dikejar dadi. Jika dadi berhasil menyentuh salah satu pemain, maka tugas dadi pun berganti.

 

Jika pemain kelelahan dan berhenti berlari, maka dia harus mematung.  Dadi mengejar pemain lain yang masih berlarian.  Pemain yang mematung tidak bisa sembarangan hidup kembali. pemain lain harus menepuknya sambil berucap, “bangun!”

 

Jika semua anak telah mematung, maka anak yang terakhir menjadi patung akan mengganti posisi dadi.  Oleh sebab itu agar mereka tidak menjadi dadi berikutnya, para pemain harus bekerja sama dan menyentuh temannya yang mematung.  Dengan demikian tidak ada yang menjadi patung terakhir. Sekarang mereka hanya perlu ketangkasan untuk menghindari kejaran dadi.

 

@ Permainan Cician

Cician terdiri dari dua tim yang beranggotakan minimal tiga orang anak.  Tidak ada peralatan yang diperlukan untuk aktivitas ini, hanya dibutuhkan kemampuan fisik untuk berlari lama dan gesit.  Agar anak-anak bebas berlarian, sebaiknya permainan dilakukan di lapangan terbuka.

 

Peserta dibagi menjadi dua regu. Permainan dimulai dengan menentukan garis tengah lapangan sebagai batas daerah kekuasaan masing-masing regu. Setelah disuit, salah satu anggota regu pemenang harus berlari di daerah lawan sambil berusaha menyentuh pemain lawan. Selama mengejar, anggota regu lawan tersebut tidak boleh berhenti mengucapkan “ci”.  Apabila berhenti, maka dia menjadi anggota dari regu lawan. 

 

Menangkap teman dalam permainan cician


Sementara anggota regu lawan bisa lari menghindar agar tak terpegang. Apabila terpegang pengejar, maka korban menjadi anggota regu lawan dan ditarik ke daerah seberang. Namun, jika dia sempat dipegang oleh teman seregu, maka korban kembali menjadi anggota regunya. 

 

Permainan ini dilakukan secara bergantian antar kelompok. Anggota yang duluan habis dinyatakan sebagai regu yang kalah. Untuk menjaga agar jumlah anggotanya jangan terus berkurang, anggota seregu harus saling menolong anggota yang sudah tersentuh regu lawan. Kekompakan merupakan kunci memenangkan permainan ini.

 

@ Permainan Petak Jongkok

Ada beberapa istilah permainan ini dari beberapa daerah, seperti.

·         Maling-malingan dari Sidoarjo

·         Naga bonar dari Kalimantan

·         Kucing pati di Jawa Tengah

 

Dalam memulai permainan, pertama-tama dipilih anak pemeran pemburu melalui hompimpa atau suit. Setelah ditentukan pemburunya, maka dia harus mengejar dan menangkap teman-temannya.  Namun sebelum bergerak, pemburu memberi waktu sampai hitungan ketiga agar teman-temannya dapat menentukan posisi.

 

Jika pengejaran sudah berlangsung, maka teman yang hampir tertangkap harus berjongkok.  Kalau penjaga berhasil menangkapnya sebelum berjongkok, maka anak tersebut menjadi penjaga berikutnya. 

 

Apabila anak buruan sudah jongkok, pemburu tidak boleh lagi menangkapnya.  Dia harus menangkap teman-teman lain yang masih berlari.  Sementara anak yang sudah berjongkok tidak dapat langsung berdiri, kecuali diselamatkan oleh temannya dengan cara menyentuh.  Mereka membutuhkan bantuan dari kawannya untuk kembali berdiri.

 

Lomba jongkok dalam permainan petak jongkok


Kalau semua pemain sudah berjongkok dan tidak ada lagi dalam posisi bebas, maka pemain terakhir yang jongkok beralih menjadi pemburu baru.  Begini dilakukan berulang-ulang tanpa batas waktu.  Permainan berhenti atas kesepakatan bersama.

 

Antara Gadget dan Permainan Tradisional Anak

Dunia anak adalah dunia bermain.  Tertawa riang bersama teman-teman di luar, berlarian, berkejaran, hingga konflik kecil-kecilan, merupakan warna dari dunia mereka yang ceria. Bermain bersama teman merupakan cara mereka belajar bersosialisasi, bekerja sama, bergotong-royong dan berkomunikasi dengan orang lain. Apalagi jika permainan tersebut melibatkan banyak peserta.

 

Namun, sebaiknya tentukan batas gotong royong dan bekerja sama yang bisa ditolerir.  Menutupi kesalahan teman, sepakat membohongi orang tua atau guru, setia kawan untuk melanggar peraturan sekolah, bukan jenis gotong royong atau kerja sama yang ditolerir.  Ada konsekuensi dari setiap pelanggaran yang dibuat dengan sengaja oleh mereka. Jadi, sebaiknya hindari karakter demikian.

 

Dalam permainan bersama, biasanya semakin banyak teman semakin sering muncul konflik kecil akibat kesalahpahaman. Gesekan dalam bermain bisa mengajak anak untuk berpikir kreatif dan kritis mengatasi masalahnya.  Mereka belajar untuk melihat masalah dari sudut pandang yang berbeda, serta menemukan solusi agar bisa kembali bermain seperti sedia kala.

 

Bagaimana dengan gadget? Dengan permainan tradisional, bukan berarti menjauhkan gadget dari anak karena teknologi merupakan masa depan mereka. Yuk, temukan keseimbangan antara penggunaan gadget dan waktu anak bermain di luar rumah. Mudah-mudahan dengan pembagian waktu yang berimbang akan membentuk generasi muda yang cerdas sekaligus sehat secara fisik dan mental.

 

Referensi :

  • -      Gambar diedit oleh Canva.
  •     Achori, Keen. 2012. Mengoptimalkan Tumbuh Kembang Anak melalui Permainan Tradisional.  Penerbit Javalitera. Yogyakarta.
  • .   Dr. Dra. Iswinarti, Msi, Psikolog. 2017. Permainan Tradisional, Prosedur, Analisis, dan Manfaat Psikologis. Penerbit Universitas Muhammadiyah. Malang.
  • -  Mulyani, Sri. 2013. 45 Permainan Tradisional Anak Indonesia.  Langensari Publishing. Yogyakarta.
  • -        Yani, Huri. 2018. Permainan Tradisional Anak Negeri. Redaksi Balai Pustaka. Jakarta.
  • -   Julie, Sabrina.  2022. “Bermakna Religius, Arti Kata ‘Hompimpa Alauim Gambreng’ dalam Permainan Anak-Anak.” www.liputan6.com. 27 Februari.
  • -  Fajrina, Hani Nur. 2015. “Riset : Anak Masa Kini Habiskan 6,5 Jam Pakai Gadget.” www.cnnindonesia.com. 5 April.
  • -     Fadila, Ihda.  2023. “7 Manfaat Sikap Gotong Royong dan Cara Mengajarkannya pada Anak.” www.hellosehat.com. 15 Maret.
  • -  Sitoresmi, Ayu Rifka.  2021. “20 Macam Permainan Tradisional Indonesia yang Perlu Dilestarikan.” www.liputan6.com.  3 Agustus.


17 komentar:

  1. jaman kita kecil, banyaakk bgt permainan kyk gini.
    semoga tetap lestariiii

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga anak-anak kita tetap melestarikannya.

      Hapus
  2. Wah... Dengan adanya permainan tradisional nih bisa anak jadi ikut melestarikan seni budaya Indonesia. Permainan ini seru loh

    BalasHapus
  3. Iya padahal seru banget lho permainan-permainan berkelompok ini dan banyak manfaatnya. Namun anak-anakku hanya beberapa permainan tradisional aja yang suka dimainkan. Sebab, terkadang terbatas tempat bermainnya, anak-anak juga gak leluasa main di luar rumah Seperri zaman kita dulu.

    BalasHapus
  4. Seru banget! Alhamdulillaah aku dan mbak-mbak di sini pernah main permainan2 di atas ya! Ketawa, keringetan, kotor-kotoran, kadang berantem sama teman terus merajuk abis itu baikan lagi gara2 rebutan siapa yang duluan main. It's an awsome memories :')

    BalasHapus
  5. Meski beda istilah,. Saya pernah memainkan permainan anak jadul itu. Hanya disini ga ada permainan karet ya? Di Sunda disebutnya sapintrong. Karet gelang yg diuntun memanjang lalu jadi media untuk salto, melompat dan sebagainya
    Biasanya anak perempuan yg main. Tapi Anak laki juga ada yang jago kok

    BalasHapus
  6. Banyak sekali ya ragam permainan tradisional. Dibandingkan sekarang yang ramai game digital, manfaat permainan jadul ini ternyata besar juga

    BalasHapus
  7. Aaah, beneran permainan anak zaman dulu sebelum ada gadget tuh sungguh beragam ya.. Aku main boi-boian, gobak sodor, engklek, bekel, sampe lomba panjat tiang masjid, heheh.. pokoknya temennya seru, maiiin aja deh..
    Masalah aturan, ntar dibikin pas uda main.

    Rame banget si..kalo uda main. Dan ujung-ujungnya jadi seneng ke masjid karena pasti ketemu temen main yang seru.

    BalasHapus
  8. Membaca artikel ini berasa nostalgi..permainan yang saya lakukan saat kecil ini, hampir semua pernah saya mainkan ...duh senangnya . Kini anak-anak saya di Jakarta main sama tetangga aja jarang karena ga ada yang sebaya. Paling sama teman sekolah main di sekolah, itu pun jarang permainan tradisional

    BalasHapus
  9. Kangen dengan semua permainan ini. Benar sekali semua permainan ini mulai banyak ditinggalkan bahkan mungkin asing bagi anak-anak zaman sekarang.

    BalasHapus
  10. Ah...jadi kangen masa kecil yang tiada hari tanpa main terutama benteng-bentengan, tapi anak-anak sekarang memang sudah jarang bahkan hampir ngak ada yang bermain jenis permainan ini kecuali tarik tambang, setiap 17 Agustus masih dimainkan di sekolah. Masanya sudah berbeda ya, padahal permainan fisik seperti ini bisa membantu mengasah kemampuan motorik anak lho.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya juga dulu suka bermain benteng-bentengan.

      Hapus
  11. Baca ini jadi nostalgia masa kecil
    Betapa dulu Saya mengabiskan waktu dengan bermain permaianan tradisional bersama teman-teman
    Seru banget pastinya

    BalasHapus
  12. Di Surabaya ada komunitas kampung dolanan mba, jadi permainan seperti ini masih dilestarikan oleh mereka

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih infonya, Mbak. Suatu hari nanti mau ke sana.

      Hapus
  13. iya nih sekarang memang sudah jarang banget ya kita melihat anak-anak bermain gobak sodor dan sebagainya. malah mungkin mereka bingung sama permainan itu. anak-anak di komplek juga kalau main mereka paling mainnya lari-larian aja nggak ada main gobak sodor gitu

    BalasHapus
  14. Aku dulu jago banget main galah asin, sampe kecapean, sampe jatuh karena capek tapi masih bersemangat, haha. Kangeeenn banget yaaa berkeringat dan bergerak kaya dulu...

    BalasHapus

Maksimalkan Manfaat Gaming untuk Lansia Bersama ROG Phone 8

    "Wah, Nenek masih mahir ikut gaming."     Kalimat ini akan terucap dari seorang cucu yang menyaksikan Neneknya mahir mengutak-...