Langsung ke konten utama

Mie, Makanan Sejuta Umat yang Murah, Praktis, dan Bikin Terkecoh

 



Ada yang pernah terkecoh dengan review tempat makan di medsos? Kalau ada, berarti kita memiliki pengalaman yang sama. Pemilik akun mungkin tidak bermaksud mengecoh pemirsanya, tapi dia cuma memberikan informasi yang tidak lengkap. Akibat kurang ketelitian, penonton akunnya menjadi kecewa karena tidak memperoleh yang diharapkan.


Sebagai penggemar mie, makanan sejuta umat, saya senang sekali ketika menemukan review mie murah dan enak di dalam kota. Enggak tanggung-tanggung, menunya termasuk mie goreng jumbo dengan harga ramah kantong. Porsinya cocok untuk penikmat kuliner yang bergerak sedikit saja langsung lapar, tapi susah gemuk.


Maka dengan semangat, saya langsung menuju lokasi. Saat itu siang bolong panas terik. Tempatnya lumayan jauh dari pemukiman saya, tapi tak apa. Namanya penasaran. Di dekat penjual mie, ada taman yang teduh. Jadi, rencananya saya makan siang dengan mie di sana. Ditemani angin sepoi-sepoi, pasti seru menikmati mie goreng jumbo hangat. Tak lupa saya membawa perlengkapan makan, seperti sendok, rantang, dan serbet.


Tetapi, sesampai di sana saya bingung. Kok mereka menjual lontong sayur? Apa enggak salah tempat? Dicek medsos, sudah benar. Jadi? Setelah ditanya penjualnya, barulah jelas. Ternyata mie goreng jumbo baru dibuka mulai pukul 17.00. Wah, enggak mungkin menunggu sampai sore. Akhirnya, saya pergi dari sana dengan kecewa. Buyar sudah rencana duduk santai di taman sambil menikmati seporsi mie goreng jumbo.

Mie sebagai makanan sejuta umat

Kesal? Sedikit. Sebenarnya, saya ada urusan lain ke sana. Jadi, enggak rugi-rugi amatlah, meski perut keroncongan karena harus mencari menu lain. Pilihan makanan memang banyak, tapi kok masih teringat sama mie jumbo tadi. Ya sudahlah, belum rezeki. Mungkin lain waktu bisa dikunjungi lagi. Minimal sudah tahu lokasinya kalau mau kembali kemari.


Namanya juga pengalaman, terkadang hasilnya memang tak sesuai harapan. Daripada menyalahkan siapa pun, lebih baik jadikan pengingat agar lain kali lebih teliti saat berburu kuliner. Dengan pengalaman ini, boleh jadi acara berburu kuliner lain waktu justru lebih berkesan.


Cuma ada sedikit saran untuk yang hobi me-review makanan. Selain lokasi, sebaiknya jelaskan juga waktu buka outlet. Kasihan pembeli yang sudah menyediakan waktu khusus, tapi harus balik dengan tangan hampa. Kalau durasi videonya kepanjangan, masih ada caption yang bisa memuat banyak teks. Jadi, informasinya lengkap dan jelas.


Kenapa Mie Sering Menjadi Favorit Banyak Orang?

Dulu ketika masih mengurus Ibu yang sudah renta, saya beberapa kali pernah membawa beliau rawat inap di rumah sakit. Ibu saya memiliki riwayat sakit maag. Pencernaannya sering terganggu dan tidak boleh lagi mengonsumsi makanan pedas.


Saat melihat kondisi Ibu, seorang perawat berkomentar. “Ibu ini suka makan mie, ya? Kalau dulu sering makan mie, akibatnya bakalan muncul sekarang.”


Ketika saya menyampaikan ucapan tersebut pada sesama penjaga pasien lain, mereka tertawa.


“Kayaknya susahlah cari orang yang tidak suka makan mie. Jadi, nanti kita semua bakalan sakit?” Begitu kata mereka.

Mie sebagai makanan yang murah, mudah,  fleksibel, dan enak

Kalau terlalu banyak, mungkin saja terjadi. Jika dikonsumsi dalam batas normal, masih dapat dimaklumi. Pesona mie memang sulit ditangkis. Meski berbentuk kecil, kurus, dan tipis, tapi memiliki pengaruh kuat pada selera makan manusia. Bagi yang pernah mencoba, biasanya ketagihan. Bagaimana tidak, rasanya kenyal, gurih, dan mantap di lidah. Selain enak, mie pun memiliki keunggulan dibandingkan makanan lain.


Berikut keunggulan mie jika dibandingkan dengan makanan lain.


Murah dan Mudah Diperoleh

Dari warung amigos (agak minggir got sedikit) hingga hotel berbintang lima, sering menyediakan mie dalam daftar menu mereka. Bahkan di rumah pun kita bisa menyediakannya dengan mudah. Sekarang pun telah tersedia mie instan kemasan dengan beragam harga dan rasa sesuai selera.


Mudah Dikreasikan Sesuka Hati

Di rumah hanya tersedia telur dan sayuran? Sudah boleh, kok, menjadi bahan campuran mie, apalagi ada bawang dan cabai. Memasak menu ini anti ribet dan cukup dengan bumbu dapur yang ada. Menyediakan mie tidak harus tersedia daging, ayam, atau udang. Dengan kreativitas serta bahan dari kulkas dan laci dapur, mie sudah dapat disajikan untuk anggota keluarga.


Selalu Tersedia pada Momen Biasa hingga Spesial

Pada acara biasa, seperti arisan di rumah, sampai pesta-pesta dalam gedung bergengsi, mie kerap dihidangkan dalam variasi menu. Hidangan mie ala ratu rumah tangga tak kalah lezat dengan koki restoran. Terkadang hanya menang lokasi saja. Mie rumahan banyak yang enak, kok. Mie memang pantas menjadi andalan untuk menjamu tamu-tamu yang hadir.


Tips Berburu Kuliner di Medsos

Pada era digital, mie bisa menjadi topik bahasan kuliner menarik di medsos. Meskipun berbahan dasar tepung terigu, seperti kue-kue, menu ini tetap membuat penasaran. Mie goreng jumbo berporsi maksimal dengan harga minimal yang diceritakan di atas, mampu membawa saya mengayunkan langkah ke lokasi penjualan yang jauh. Sayang, belum waktunya saya menikmati mie jumbo karena salah informasi dari medsos.

Beragam review tentang mie di medsos

Jadi, bagaimana sebaiknya berburu kuliner di medsos? Kalau yang punya akun kurang memberikan informasi lengkap, sebaiknya kita yang proaktif mencari. Salah satu caranya dengan bertanya di kolom komentar. Jika pemilik akun tidak merespons, biasanya ada saja netizen yang berkomentar.


Kemudian, tidak ada salahnya mencari informasi tambahan dari mesin pencari. Atau, bisa juga bertanya dengan teman yang tinggal pada kota yang sama. Manfaatkanlah aplikasi chatting dan jaringan internet semaksimal mungkin. Sampai segitunya ya, upaya mencari tempat kuliner saja? Kalau usaha, jangan tanggung-tanggung, meskipun cuma demi hobi.


Mie Makanan Sejuta Umat yang Membuat Penasaran

Mie memang makanan awam yang bisa dinikmati tanpa memandang status sosial. Dengan beragam kreasi dan harga terjangkau, untaiannya dapat dinikmati kapan saja dan di mana pun. Meski banyak jenis makanan baru beredar di pasaran, pamornya tidak pernah padam. Bahkan menurut catatan sejarah, mie sudah muncul sejak 4000 tahun yang lalu, atau 2000 SM di Tiongkok. Sampai sekarang masih banyak penggemarnya.


Jadi, siapa pun yang sering me-rievew kuliner di medsos, jangan lupa meliput penjual mie yang unik, seperti mie jumbo yang saya kisahkan barusan. Hanya saja, buatlah ulasan yang lengkap termasuk kapan outletnya buka. Jangan sampai seperti pengalaman saya kemarin. Sudah membawa peralatan lengkap untuk bersenang-senang di taman, malah gigit jari karena penjual belum membuka dagangannya.


Review yang lengkap membuat pemirsa internet senang, pemilik akun pun berpahala karena sudah membantu banyak orang. Siapa lagi kalau bukan pemilik tempat makan, serta netizen yang hobi mencari makanan unik.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Prioritaskan Kesehatan Mata Sebagai Investasi Seumur Hidup

Kaca mata identik dengan orang tua dan kakek nenek lansia. Penglihatan yang mulai mengabur karena faktor usia ataupun penyakit, membuat para warga senior banyak yang bermata empat. Namun, apa jadinya kalau anak-anak sudah menggunakan kaca mata? Berkaca mata sejak usia 12 tahun, saya paham bagaimana risihnya dulu pertama kali memakai benda bening berbingkai ini. Saat masuk ke kelas, ada beragam tatapan dari teman-teman, mulai dari yang bingung, merasa kasihan, sampai yang meledek.  "Ih, seperti Betet!" Begitu gurauan seorang anak diiringi senyum geli. Hah, Betet? Sejak kapan ada burung Betet yang memakai kaca mata.  Cerita beginian cuma ada di kisah dongeng. Terlalu berlebihan. Candaannya diabaikan saja Waktu itu,  bukan perkara mudah menjadi penderita rabun jauh atau miopia. Apalagi di sekolah saya tidak banyak anak yang memakai kaca mata. Kalau kita beda sendiri, jadi kelihatan aneh.  Padahal, siapa juga yang mau terkena rabun jauh? Walaupun risih, keluhan mat...

Ketika Konten Blog Menggeser Sistem Marketing Jadul

Dahulu kala ketika internet belum semasif sekarang, rumah sering didatangi Mbak-mbak atau Mas-mas  berpenampilan menarik. Dengan senyum menawan, mereka mengulurkan tangan menawarkan produk dari perusahaannya. "Maaf, mengganggu sebentar. Mari lihat dulu sampel produk kami dari perusahaan XYZ." Begitu mereka biasanya memperkenalkan diri. Mayoritas pemilik rumah langsung menggeleng sambil meneruskan aktivitasnya. Sebagian lagi acuh sembari mengalihkan perhatian. Ada juga yang masuk ke rumah dan menutup pintu. Respon para salesman tersebut pun beragam. Beberapa orang dengan sopan berlalu dari rumah, tapi ada pula yang gigih terus mendesak calon konsumen.  Walaupun upayanya nihil karena tetap dicuekin. Saat dulu masih kanak-kanak, saya pernah bertanya pada orang tua. Kenapa tidak membeli produk dari mereka? Kasihan sudah berjalan jauh, terpapar sengatan sinar matahari pula. Mereka pun sering diacuhkan orang, bahkan untuk salesgirl beresiko digodain pria iseng. Jawaban orang tua ...

Konservasi Hutan untuk Ekonomi Hijau bersama APRIL Group

Gerakan ekonomi hijau atau Green Ekonomy mulai disosialisaikan oleh United Nation Environment Program (UNEP) pada tahun 2008. Konsep ini menitikberatkan pada kegiatan ekonomi untuk kemajuan negara, dengan memperoleh keuntungan bersama antara produsen dan konsumen, tanpa merusak lingkungan. Salah satu lingkungan yang dipantau adalah hutan. Sebagai salah satu pabrik pulp dan kertas terbesar di dunia,  pengalaman APRIL Group , melalui anak perusahaannya PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) di Pangkalan Kerinci, Riau, Indonesia, dapat menjadi referensi untuk pelestarian lingkungan. Perusahaan tetap konsisten mengelola pabrik, tanpa mengabaikan alam, bahkan  melalui program APRIL2030 , ikut meningkatkan  kesejahtearaan masyarakat  dan turut mengurangi emisi karbon . Yuk, kita simak aktivitas ekonomi hijau bersama perusahaan ini. Ekonomi Hijau untuk Menjaga Keanekaragaman Hayati  Sumber : Pixabay  Konservasi Hutan untuk Mencegah Deforestasi Setiap tahun, perusah...