Menyusuri Perdagangan, Kota Kecil yang Hangat

 


Bermukim di pusat kota yang ramai dengan lalu lintas bis, kerap mengundang penasaran. Kenapa? Melihat banyak trayek berseliweran, sering timbul pertanyaan dalam benak saya. Ke mana saja bis-bis itu sudah pergi? Bagaimana situasi pada daerah yang mereka kunjungi? Siapa tahu di sana bisa jadi tempat bersantai.


Kalau mau bersantai sebenarnya enggak perlu jauh-jauh. Daerah sekitar rumah banyak yang pas untuk dikunjungi. Dari warga sekitar pemukiman, saya sering mendengar kota Perdagangan. Ini bukan berarti pusat bisnis, lho, tapi memang nama kota kecil.


Meski dulu pernah lama tinggal di Pematang Siantar, orang tua tidak pernah mengajak saya ke Perdagangan. Selain lokasinya jauh, yaitu sekitar 1 jam perjalanan, kota ini bukan tujuan wisata populer. Namun, bagi saya setiap kota biasanya memiliki keunikan. Apa yang bisa dilihat dari Perdagangan? Karena penasaran, saya pun pergi ke sana.


Perjalanan Menuju Kota Perdagangan

Kota Perdagangan merupakan ibukota Kecamatan Bandar yang masih bagian dari Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara. Jarak tempuh ke sana sekitar 130 km dari Medan, atau 40 km dari Pematang Siantar. Jalan menuju Perdagangan sebenarnya sudah diaspal, tetapi sekarang sebagian mulai berlubang. Namun, masih aman dilalui kendaraan.

Cara menuju ke kota Perdagangan

Menuju ke Perdagangan, kita melewati Perkebunan Nusantara PTPN IV Bah Jambi. Jadi selama di jalan, kita bakalan bertemu pemandangan hijau, seperti pohon karet (rambung), sawit, hingga perumahan perkebunan yang asri. Kita juga melintasi dusun Kerasaan, Bangun, dan daerah Bandar Selamat. Sudah pernah mendengar namanya?


Kesan Pertama di Kota Kecil Ini

Setiba di sana, yaitu pusat kota Jl. Sisingamangaraja, saya takjub melihat bangunan-bangunan ruko tua. Walau berdampingan dengan gedung modern, ruko-ruko tersebut masih digunakan sebagai tempat tinggal dan bisnis. Kalau bosan ke mal, boleh juga jalan-jalan ke mari melihat bangunan versi berbeda.

Suasana kota kecil di Sumatera Utara

Tetapi, tentu tidak semua bangunan di Perdagangan bermodel ruko. Di pinggiran kota, pemukiman penduduk bertebaran dengan dinaungi pepohonan. Meski masih banyak pohon di pinggir jalan, udara di sini panas sekali. Sebaiknya sediakan banyak minuman agar tenggorokan tetap segar.

Ruko tua di Perdagangan


Betor, Transportasi Andalan Warga

Saya melihat hanya ada dua jenis transportasi dalam kota, yaitu angkot bermerek Perdagangan Trans, jurusan Perdagangan - Pematang Siantar PP, serta becak motor (betor). Sudah mondar-mandir ke sana ke mari, saya sama sekali tidak melihat Bang Ojol. Kalau ada, biasanya mereka pasti mendekat dan langsung menyapa.


“Ojek? Ojek? Ojek?”


Di sini tidak ada sapaan demikian. Sepi. Hanya Bang Betor yang banyak melintas dan menawarkan jasa. Karena tidak tahu arah ke mana pun dan sendirian pula, saya hanya melihat-lihat saja sekeliling pusat kota. Perlu juga, kan, mengenal dan melihat suasana dan keunikan kota.

Becak motor di Perdagangan

Menurut saya, salah satu contoh keunikan Perdagangan adalah betor tadi. Bentuk betor Perdagangan unik. Ada yang sederhana seperti becak umumnya, tapi ada juga yang bercorak berbeda seperti tenda berjalan. Kira-kira kalau naik becak beragam bentuk ini, ongkos bervariasi atau sama saja, ya?


Berbeda dengan betor Medan dengan tiang besar dan berkesan gempal, betor Perdagangan memiliki tiang penyangga tipis. Kesannya pun lebih langsing dan minimalis. Jika dibandingkan betor Pematang Siantar yang  bergaya kolonial, tentu penampilan betor semakin beragam. Ternyata kendaraan pun punya gaya dan karakter masing-masing.

Betor unik seperti tenda berjalan di Sumatera Utara


Di sini betor menjadi andalan warga untuk berpindah lokasi. Jarak pemukiman dengan pusat kota jauh, karena kota kecil ini cukup luas. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Simalungun, areal kota Perdagangan mencakup sekitar 100,69 m². Mau tahu seberapa luas dalam ukuran sehari-hari?


Penjelasannya begini. Jika luas lapangan sepak bola standar internasional adalah 105 m x 68 m = 7.140 m², maka luas kota Perdagangan tercatat 100.690 m² : 7.140 m², yaitu sekitar 14.000 lapangan sepak bola. Cukup luas, kan? Oleh sebab itu warga perlu betor sebagai transportasi.


Kuliner yang Ditemukan di Perdagangan

Ada yang kurang lengkap kalau pergi ke suatu tempat tanpa mengetahui kulinernya. Makanan di pusat kota memang standar, seperti nasi Padang dan kue-kue basah. Meskipun jenis penganannya sama, tapi saya ketemu kue lapis seperti pelangi. Kesannya kalem karena berwarna salem, yang belum pernah saya lihat di tempat lain. Rasanya persis kue lapis umumnya, tapi warna salem membuat saya semangat menyantap.

Sulit memperoleh kuliner setempat, kue lapis warna salem menjadi penawar lapar

Agak berjalan sedikit dari pusat kota, saya melihat sungai Bah Bolon yang melintasi kota ini. Ternyata luas sekali, tapi tidak ada perahu yang melintas. Airnya tenang meski keruh dan banyak tumpukan sampah di pinggirannya. Biasalah, jarang-jarang sungai kita bersih dari pembuangan warga.

Sungai Bah Bolon yang luas

Di pinggiran sungai terdapat warung makanan yang menjual berbagai jenis menu, seperti nasi goreng, mie, ayam geprek, nila bakar, hingga tom yam. Enak, sih, cuma perut saya sudah keburu diganjal makan siang dan kue-kue tadi. Saya tahu ada sungai di sini, tapi tidak terpikir ada warung di pinggirannya. Padahal, tempat makannya bersih. Pasti asyik duduk di sana sambil memandang aliran sungai. Mungkin lain.


Sebenarnya ada menu unik dari Perdagangan yang pernah saya icip-icip, yaitu gulai tupai dan burung puyuh goreng. Dulu ada saudara pergi ke sana dan membawa oleh-oleh menu tersebut. Saya pun mencoba mencari tempat penjualannya di sekitar pusat kota Perdagangan, tapi tidak ketemu.


Saya bertanya pada salah seorang warga, dia malah bingung. Mungkin lokasi penjualan makanan unik tersebut agak ke pelosok. Saya yang hanya mengandalkan kendaraan umum tentu sulit menjangkaunya. Mau naik betor? Agak takutlah di daerah yang tidak dikenal.

Tempat makan di pinggiran sungai Bah Bolon


Kalau mau mencari menu unik pada suatu daerah, memang sebaiknya pergi beramai-ramai sambil membawa kendaraan pribadi. Jika transportasi tersedia, bukan hanya kuliner yang bisa dikunjungi. Tempat-tempat rekreasi menarik pun dapat ditemukan. Acara jalan-jalan lebih puas.


Perdagangan sebagai Kota Perlintasan

Perdagangan memang bukan kota besar, apalagi tujuan wisata populer. Namun, tempat ini cukup ramai karena menjadi pelintasan bagi mobil pribadi, bis antar kota, hingga truk pengangkut barang. Melalui Perdagangan, orang-orang bisa bepergian ke Medan, Tebing Tinggi, Pematang Siantar, hingga Tanjung Balai.


Meskipun kota kecil, tempat ini layak menjadi persinggahan untuk melepas lelah setelah perjalanan jauh. Duduk santai sejenak sambil menikmati kuliner di pinggiran sungai, mencari aneka kue di pusat kota, hingga menyusuri perkampungan penduduk untuk mencari menu istimewa, dapat menjadi pengalaman menarik di sini.


Kalau mau rehat dan melihat suasana baru, ternyata tidak perlu jauh dari rumah. Ada, kok, tempat-tempat baru yang bisa dikunjungi. Biaya perjalanan pun lebih hemat. Coba saja telusuri kota kecil di sekitar kita. Siapa tahu ada lokasi layak untuk menjadi tempat bersantai dan cuci mata sejenak.


Tidak ada komentar