Langsung ke konten utama

Manfaat Steril Hewan untuk Anabul dan Pemiliknya


“Hewan itu bagian dari alam. Mereka hidup, mati, dan berkembang biak sesuai kodratnya. Mengapa harus disteril? Bukankah itu mencampuri urusan alam?”


Pernah mendengar pernyataan seperti di atas? 


Memelihara hewan seperti berdiri pada dua sisi. Ada cerita indah tentang tingkah polah mereka yang menggemaskan dan menghibur. Suasana rumah lebih ramai saat mereka lincah bermain. Apalagi kalau sudah akrab, anabul (hewan bulu) telah dianggap seperti anggota keluarga sendiri. 


Namun, memelihara hewan bukan hanya cerita indah tanpa upaya. Pemilik membutuhkan biaya yang tidak sedikit, terutama untuk pakannya. Ini belum termasuk biaya penanganan jika mereka sakit dan memerlukan jasa dokter hewan. 


Selain kesehatan, salah satu masalah klasik pada hewan adalah perkembangbiakan yang cepat. Contoh, kucing yang mampu beranak hampir setiap tahun. Hasilnya? Sekali beranak bisa lebih dari 3 ekor. Mau dipelihara semua, seperti tidak memungkinkan. Tidak semua orang di sekitar kita penggemar kucing.

Dua ekor kucing yang sudah disteril

Saya mempunyai dua ekor kucing betina yang sudah disteril sejak mereka berusia setahun. Sebelum tindakan ini dilakukan, rumah saya pernah dipenuhi anak kucing. Aroma yang tidak sedap menyeruak di rumah pun agak terganggu. Belum lagi perawatannya yang terus meningkat. Setelah memilih untuk mensteril mereka, kini saya menyadari bahwa keputusan tersebut tepat.


Mengapa Steril Hewan Perlu Dipertimbangkan?

Ada solusi tepat untuk mengendalikan jumlah hewan. Steril (betina) dan kastrasi (jantan), atau dikebiri bisa menjadi pilihan agar jumlah hewan di rumah terkendali. Walaupun menelan biaya yang relatif besar, tindakan ini hanya dilakukan sekali seumur hidup. Berbeda dengan vaksin yang rutin diberikan setiap sekali setahun. 


Steril memang tidak murah dan membutuhkan perhatian ekstra dari pemiliknya, terutama selama masa pemulihan. Selama sekitar seminggu setelah operasi steril, saya harus memantau kondisi kucing-kucing saya, mengoleskan salep pada bekas sayatan dan memberikan antibiotik setiap hari.

Sterilisasi kucing

Masalahnya, mereka bukan penggemar obat-obatan. Anehnya, mereka seperti tahu kapan jadwal pemberian obat. Kalau jadwal tiba, dua anabul ini menghilang seketika. Adegan kejar-kejaran seperti film aksi pun menjadi rutinitas selama seminggu. Melelahkan, tapi sangat layak untuk kesehatan mereka.


Setelah mereka pulih, hasilnya sangat terasa. Saya menjadi lebih tenang, tiada lagi kucing beranak, rumah lebih bersih, dan komplain dari tetangga mulai mereda. Kucing-kucing saya pun semakin gemuk dan betah di rumah.


Pro dan Kontra Sterilisasi Hewan

Tidak setiap tindakan diterima secara mayoritas. Selalu ada pro kontra dalam suatu keputusan, termasuk sterilisasi hewan. Tentu ada sebab akibat opini tersebut, seperti diulas berikut.


Melanggar Etika atau Menyelamatkan Lingkungan?

Walaupun hasilnya menjanjikan, beberapa orang berpendapat bahwa sterilisasi melanggar hak hewan untuk berkembang biak. Mereka melihat tindakan ini sebagai bentuk intervensi terhadap alam. Misalnya, jika semua kucing disteril, siapa yang akan memangsa tikus?

Kisah kucing dan tikus

Namun, kenyataannya tidak semua kucing berburu tikus. Banyak yang lebih memilih makanan olahan, seperti cat food. Tikus lewat hanya dipandangi tanpa reaksi. Mungkin karena bukan levelnya lagi. Malah ada kucing yang takut sama tikus. Pembersihan rumah dan penutupan jalur tikus, seperti tempat kotor dan tumpukan barang, justru lebih efektif daripada mengandalkan kucing sebagai predator alami.


Selain itu, segencar apa pun upaya mensteril tidak semua kucing bisa dijangkau untuk disterilkan, terutama yang liar. Mereka lincah melompat ke atap rumah, masuk ke selokan, serta menempuh berbagai cara lain untuk lolos dari kejaran manusia. Jadi, kemungkinan kucing liar terbebas dari steril tetap ada. 


Risiko Kesehatan dari Steril

Sterilisasi memang melibatkan pembedahan dan seperti prosedur medis lainnya tetap memiliki risiko. Baik jantan atau betina, steril berarti kemungkinan terjadi infeksi, komplikasi, atau dampak kesehatan pada masa depan. Pemilik hewan khawatir anak kesayangan akan menderita berkepanjangan akibat steril.


Namun, risiko ini dapat diminimalkan dengan pemeriksaan kesehatan terlebih dahulu, serta memilih dokter hewan yang berpengalaman. Dokter bisa mengetahui kondisi hewan melalui medical check-up. Pilihlah dokter hewan yang reputasi dan pengalaman yang mumpuni. Pemilik tinggal menyiapkan biaya tambahan. 

Sterilisasi untuk mencegah overpopulasi


Perubahan Karakter Setelah Steril

Setelah disteril, hewan cenderung tenang dan agresif. Mereka suka tinggal di rumah dan tidak lagi berkeliaran mencari lawan jenis. Tubuhnya menjadi lebih gemuk karena perubahan hormon. Bagi sebagian pemilik, perubahan ini mungkin kurang menarik karena berkesan pemalas dan membosankan. 


Sebagai pemilik kucing, saya justru lebih suka situasi demikian. Risiko cedera dan terkena penyakit justru menurun. Menjadi korban tabrakan, dipukul orang, atau terluka akibat diserang hewan lain, bisa dicegah jika mereka lebih sering di rumah. Para hewan menjadi lebih sehat.


Situasi lingkungan pun lebih aman dan tenteram. Pernah melihat kucing yang berkelahi pas musim kawin? Suaranya mengalahkan dentuman musik hajatan dangdut. Ribut semalaman. Beda kalau sudah disteril. Rumah pun lebih tenang karena si kaki empat mendengkur pulas di rumah.


Berisiko Menyesal pada Masa Depan

Steril hewan berarti keputusan permanen seumur hidup. Apabila sudah dilakukan, tidak mungkin dikembalikan seperti semula. Pemilik berisiko menyesal setelah steril hewan kesayangannya, apalagi kalau suatu hari nanti ingin memiliki anak dari hewan kesayangan.

Penampungan (shelter) hewan terlantar

Kalau ingin memelihara lagi, kenapa tidak mengadopsi? Bukan Cuma orang, hewan pun ada yang diadopsi. Mereka bisa diambil dari shelter (penampungan) hewan, dipungut dari jalanan, atau dihibahkan kenalan yang ogah memelihara hewan lagi. Dengan berbuat demikian, kita sudah menolong mereka yang tidak diinginkan. 


Alasan-alasan yang dikemukakan di atas sebenarnya masih masuk akal. Hanya saja, kalau tetap bertahan dan menolak, sudah siapkah dengan risikonya? Bagaimana dengan anak-anak hewan yang terus lahir? Tidak ada masakah kalau ada yang menampung. Tetapi, kalau tidak, apakah nasib mereka akan berakhir di jalanan? 


Jadi, daripada terus membahas kontranya, mari kita bandingkan dengan manfaat steril bagi hewan kesayangan. 


Manfaat Steril bagi Pemilik dan Lingkungan

Banyak yang menolak steril hewan karena tindakan ini membutuhkan biaya yang cukup besar. Jika biaya masih memberatkan, cobalah mencari informasi tentang dokter hewan yang bersedia memberikan subsidi. 

Sayang sekali jika anak-anak yang demikian lucu terpaksa hidup terlantar


Biasanya di setiap kota, ada dokter hewan yang berdedikasi pada upaya steril dengan biaya terjangkau. Soal kualitas, mereka enggak diragukan. Saya pernah mendengar dokter hewan dengan reputasi terpercaya, tapi bersedia memberi subsidi steril dengan harga terjangkau. Para penyayang hewan umumnya tahu informasi tentang dokter-dokter ini.


Kalau memang memungkinkan, sebaiknya diupayakan segera mensteril hewan kesayangan. Manfaat steril bukan hanya untuk hewan, tapi juga pemiliknya. Apa saja manfaatnya?


Mengendalikan Populasi Hewan

Jumlah hewan terlantar yang berkeliaran di jalanan bisa ditekan melalui tindakan sterilisasi. Contohnya begini. Pernah merasa risi, ketika sedang makan di suatu tempat, tiba-tiba melihat kucing-kucing liar menunggu di luar? 


Bagi pengunjung yang bukan penyayang hewan, pemandangan tersebut agak mengganggu. Apalagi jika mereka mendekati meja tempat pengunjung bersantap. Kemudian, menunggu pula di bawah dengan sabar. Orang-orang tersebut mungkin merasa agak geli. 

Steril untuk mencegah hewan terlantar


Sementara untuk yang iba, agaknya tidak memungkinkan membawa pulang banyak kucing. Biasanya ada pengunjung yang memberikan sisa makanan. Memberi makan sebenarnya tidak terlalu menolong. Kelak mereka akan beranak-pinak terus dan membawa hewan liar baru. 


Sterilisasi dapat mengendalikan jumlah hewan liar. Program TNR (Trap, Neuter, Release) sudah banyak dilakukan oleh komunitas pencinta hewan, demi menekan populasi kucing liar. Hewan-hewan ini ditangkap di area publik. Setelah disteril di klinik dan lukanya sembuh, mereka akan dikembalikan ke tempat asal. 


Mencegah Penyakit Reproduksi

Sterilisasi pada kucing betina dapat mencegah kanker rahim dan ovarium, serta infeksi seperti pyometra. Hal ini dapat meningkatkan harapan hidup dan kualitas kesehatan hewan.


Dengan sterilisasi, harapan hidup hewan-hewan kesayangan lebih panjang, sebab terhindar dari penyakit mematikan. Nyawa memang rahasia Sang Pencipta. Meski demikian, manusia sebaiknya tetap berusaha, termasuk menjaga agar binatang peliharaannya panjang umur.

Anabul yang bersih dan sehat berkat sterilisasi

Menjaga Kebersihan dan Kenyamanan Rumah

Kucing jantan yang tidak disteril sering kali buang air sembarangan, terutama masa kawin. Dari pengalaman saya dulu mempunyai kucing jantan, kaki kursi atau tiang biasa digenangi urine mereka. Aromanya sangat mengganggu, apalagi jika ada tamu berkunjung.


Anak-anak mereka pun membawa tantangan baru dalam perawatan. Dengan sterilisasi, lingkungan rumah menjadi lebih bersih. Pemiliknya tidak kewalahan lagi mengurus keturunannya yang terus bertambah.


Menciptakan Lingkungan yang Lebih Sehat

Hewan liar yang tidak dikendalikan jumlahnya berpotensi menyebarkan penyakit, termasuk rabies yang berbahaya. Dengan populasi yang lebih dikelola, risiko penyakit pun menurun.


Hewan Lebih Bersih dan Tidak Agresif

Kenapa hewan peliharaan tampak dekil? Biasanya karena kurang perawatan atau pemiliknya jarang memandikan. Namun, walaupun sering dimandikan, tapi kalau tetap keluyuran hasilnya sama saja. Debu jalanan, lumpur, dan beragam kotoran lain melekat di tubuh mereka.

Luka atau sakit pada hewan daoat diminimalisir jika mereka betah di rumah


Beda kalau sudah disteril. Mereka lebih betah di rumah dan tidak keluyuran pada musim kawin. Soal agresif, sebenarnya, hewan disteril pun masih bisa berkelahi kalau jumpa tandingan sejenis kelamin. Hanya saja, kalau lebih sering di dalam rumah, peluang bertemu dengan hewan lain lebih kecil.


Sterilisasi Hewan untuk Kesehatan dan Kebersihan 

Memiliki anak-anak hewan memang menggemaskan. Posturnya mungil ibarat boneka hidup yang menggeliat jika digendong. Mereka makhluk-makhluk lucu yang membuat rumah lebih meriah.


Namun, kemeriahan itu hanya sebentar, terutama begitu mereka mulai besar. Bukan hanya bermain, mereka juga sering buang air sembarangan. Aromanya mengganggu kenyamanan penghuni rumah, apalagi jika jumlahnya terus bertambah. Supaya lebih bersih dan terhindar dari over populasi, sterilisasi merupakan solusi tepat.


Sterilisasi berarti bebas dari anak-anak hewan yang terus bertambah, tanpa harus menyingkirkannya ke jalanan. Kasihan mereka yang sudah nyaman di rumah, tiba-tiba harus hidup di lingkungan yang keras. Sementara kemampuan pemiliknya terbatas jika tetap bertahan memelihara banyak hewan di rumah. Belum lagi menghadapi omongan tetangga yang setajam silet.

Hewan sehat, pemilik senang

Hewan dan tingkah lakunya memang menggemaskan. Tidak sedikit orang menjadikan mereka teman di rumah. Bahkan, saya pernah membaca artikel tentang hewan yang bisa menjadi terapi untuk orang berkebutuhan khusus. Jika diurus dengan baik, makhluk-makhluk ini dapat menjadi penolong bagi manusia. 


Akan tetapi, jika jumlahnya terlalu banyak, mereka pun bisa meresahkan masyarakat. Berkelahi di jalanan, buang air sembarangan, memakan sampah yang berserakan, hingga ancaman penyakit menular, dapat menjadi pemandangan menjengkelkan sekaligus mengkhawatirkan. 


Sterilisasi hewan bukanlah bentuk penolakan terhadap kodrat alam, melainkan tindakan pencegahan yang bermanfaat bagi hewan, pemiliknya, dan lingkungan. Bagi yang keberatan, opini tersebut tetap layak dihormati. Namun, jika kita peduli terhadap kesejahteraan hewan, mari pertimbangkan steril sebagai langkah bijak. 


Bagi saya sendiri, steril tetap merupakan solusi terbaik untuk kesejahteraan hewan dan pemiliknya. Dengan program steril yang berkelanjutan, berharap kelak tidak ada lagi hewan peliharaan yang harus hidup terlantar di jalanan.


Referensi Foto :

Dok. Pribadi, Canva, Pixalab, Pexel








                     

 






Komentar

Postingan populer dari blog ini

Prioritaskan Kesehatan Mata Sebagai Investasi Seumur Hidup

Kaca mata identik dengan orang tua dan kakek nenek lansia. Penglihatan yang mulai mengabur karena faktor usia ataupun penyakit, membuat para warga senior banyak yang bermata empat. Namun, apa jadinya kalau anak-anak sudah menggunakan kaca mata? Berkaca mata sejak usia 12 tahun, saya paham bagaimana risihnya dulu pertama kali memakai benda bening berbingkai ini. Saat masuk ke kelas, ada beragam tatapan dari teman-teman, mulai dari yang bingung, merasa kasihan, sampai yang meledek.  "Ih, seperti Betet!" Begitu gurauan seorang anak diiringi senyum geli. Hah, Betet? Sejak kapan ada burung Betet yang memakai kaca mata.  Cerita beginian cuma ada di kisah dongeng. Terlalu berlebihan. Candaannya diabaikan saja Waktu itu,  bukan perkara mudah menjadi penderita rabun jauh atau miopia. Apalagi di sekolah saya tidak banyak anak yang memakai kaca mata. Kalau kita beda sendiri, jadi kelihatan aneh.  Padahal, siapa juga yang mau terkena rabun jauh? Walaupun risih, keluhan mat...

Ketika Konten Blog Menggeser Sistem Marketing Jadul

Dahulu kala ketika internet belum semasif sekarang, rumah sering didatangi Mbak-mbak atau Mas-mas  berpenampilan menarik. Dengan senyum menawan, mereka mengulurkan tangan menawarkan produk dari perusahaannya. "Maaf, mengganggu sebentar. Mari lihat dulu sampel produk kami dari perusahaan XYZ." Begitu mereka biasanya memperkenalkan diri. Mayoritas pemilik rumah langsung menggeleng sambil meneruskan aktivitasnya. Sebagian lagi acuh sembari mengalihkan perhatian. Ada juga yang masuk ke rumah dan menutup pintu. Respon para salesman tersebut pun beragam. Beberapa orang dengan sopan berlalu dari rumah, tapi ada pula yang gigih terus mendesak calon konsumen.  Walaupun upayanya nihil karena tetap dicuekin. Saat dulu masih kanak-kanak, saya pernah bertanya pada orang tua. Kenapa tidak membeli produk dari mereka? Kasihan sudah berjalan jauh, terpapar sengatan sinar matahari pula. Mereka pun sering diacuhkan orang, bahkan untuk salesgirl beresiko digodain pria iseng. Jawaban orang tua ...

Konservasi Hutan untuk Ekonomi Hijau bersama APRIL Group

Gerakan ekonomi hijau atau Green Ekonomy mulai disosialisaikan oleh United Nation Environment Program (UNEP) pada tahun 2008. Konsep ini menitikberatkan pada kegiatan ekonomi untuk kemajuan negara, dengan memperoleh keuntungan bersama antara produsen dan konsumen, tanpa merusak lingkungan. Salah satu lingkungan yang dipantau adalah hutan. Sebagai salah satu pabrik pulp dan kertas terbesar di dunia,  pengalaman APRIL Group , melalui anak perusahaannya PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) di Pangkalan Kerinci, Riau, Indonesia, dapat menjadi referensi untuk pelestarian lingkungan. Perusahaan tetap konsisten mengelola pabrik, tanpa mengabaikan alam, bahkan  melalui program APRIL2030 , ikut meningkatkan  kesejahtearaan masyarakat  dan turut mengurangi emisi karbon . Yuk, kita simak aktivitas ekonomi hijau bersama perusahaan ini. Ekonomi Hijau untuk Menjaga Keanekaragaman Hayati  Sumber : Pixabay  Konservasi Hutan untuk Mencegah Deforestasi Setiap tahun, perusah...