Selasa, 06 Desember 2022

Kolaborasi #SuamiIstriMasak dari Kacamata Seorang Pejuang Mandiri

 Lomba Blog Kecap ABC

 

Berstatus sebagai pejuang mandiri, atau lajang, alias jomblo, di usia yang tak lagi muda agak menakutkan terutama bagi wanita. Berbagai tudingan ditujukan pada individu yang masih betah melajang. Ada yang mengatakan karena tidak pandai bergaul, kurang menarik, hingga omongan lain yang cukup menggigit. Hadeh!

 

“Sudahlah, asal ada yang mau langsung menikah aja. Nggak usah tanya ini itu segala macam. Mau tunggu apalagi? Daripada kelamaan sendirian.”

 

Omongan pedas seperti ini sudah sering hinggap di telinga saya. Biasanya, kalau ketemu yang beginian, saya cuma bisa menghela napas sambil berlalu.  Dalam hidup, ada hal yang tak perlu ditanggapi serius.

 

Walaupun banyak omongan pedas berseliweran, banyak kok para pejuang mandiri yang tetap kalem.  Biasanya, kicauan ramai justru datang dari orang-orang yang tidak berkepentingan. Repotnya, kalau ada keluarga yang terprovokasi dan langsung kepanasan, hingga mendesak untuk segera menikah. Padahal, keputusan menikah sebaiknya jangan dipilih karena keterdesakan. Ini menyangkut masa depan pribadi bukan kolektif.

 

Ribet, kan.  Kita nggak punya masalah, tapi orang lain yang heboh.

 

Namun, ada saja lajang yang menyerah pada tekanan dan mau mengikuti permintaan keluarga. Mungkin mereka capek didesak dan terus menerus jadi bahan omongan. Daripada puyeng, sudahlah tancap gas saja kayak mobil.

 

Dari beberapa orang saya kenal yang mengambil keputusan demikian, ada pernikahannya memang baik-baik saja.  Akan tetapi, ada juga yang menghadapi masalah rumit.

 

Pejuang mandiri


Sebaliknya, ada pejuang mandiri yang tetap bertahan dengan prinsipnya. Menikah itu urusan pribadi, bukan musyawarah untuk mufakat.  Menikah bukan masalah kompromi sekadar mengikuti desakan dari orang lain. 

 

Kalau dipaksakan menikah dan kemudian muncul masalah pelik dalam keluarga, apakah orang yang mendesak tadi mau ikut bertanggung jawab? Hayo!

 

Memilih keputusan yang tepat nggak mudah apalagi di tengah gunjingan. Supaya para lajang nggak resah, berikut ada tips untuk menghindari cuitan menjengkelkan.

 

· Menjauhi Lingkungan Toxic

Pernah, kan, mengobrol dengan orang-orang yang sibuk mempertanyakan status kita?  Walaupun kita menjawab dengan sabar sambil tersenyum, eh, dia tetap mendesak agar kita segera menghalalkan diri. Padahal, status kita sekarang nggak mengganggu siapapun.

 

Repotnya, lingkungan begini kebanyakan dari keluarga dan pas acara kumpul bareng.  Mau nggak datang ke acara ke, nanti dibilang sombong. Sebaliknya, kalau datang telinga seperti berdenging-denging mendengar obrolan mereka.

 

Sebaiknya, bergaul seperlunya saja dengan mereka. Tarik garis tegas antara obrolan yang patut ditanggapi dan yang nggak perlu dimasukkan ke hati.  Kalau sudah nggak nyaman dengan topik pembahasan, pamit saja dan katakan ada kegiatan penting yang harus dihadiri.

 

·  Menemukan Kegiatan Sesuai Passion

Sebelum kita meminta dihargai oleh orang lain, cobalah belajar menghargai diri sendiri. Salah satu cara untuk menghargai diri adalah memiliki kegiatan baru yang sesuai passion.  Kegiatan yang membuat hati gembira dan lupa waktu.


Hidup sendirian rentan dengan kesepian, apalagi jika melihat teman-teman lain sibuk dengan keluarga masing-masing.  Mau mengajak kawan nongkrong di luar, eh, dia ada acara dengan keluarga mertuanya.  Kesal, kan.

 

Cara terbaik supaya tidak suntuk, temukanlah aktivitas yang sesuai minat. Lebih pas lagi kalau ketemu aktivitas baru yang ternyata cocok untuk kita. Percaya diri bakalan bertambah.  Wah, ternyata ada bakat terpendam, nih. Siapa tahu jadi cuan. Mengerjakan sesuatu yang membuat bahagia, bisa menghindari kita dari mengeluhkan masalah.

 

Kegiatan sesuai passion


Orang yang suka mengeluh agak menjengkelkan, karena itu janganlah menjadi sosok yang dihindari orang lain. Walaupun belum ketemu orang yang membuat bahagia, setidaknya kita masih bisa membahagiakan diri sendiri.

 

·  Memperluas jaringan pertemanan

Jaringan pertemanan membuat kita belajar banyak dari pengalaman orang lain, terutama dengan teman yang memiliki status yang sama.  Selain untuk menemukan kandidat yang tepat (Hihihi), jaringan pergaulan mudah-mudahan membuat kita mampu berhenti mengkhawatirkan nasib sendiri.

 

Banyak lho, teman-teman yang produktif walaupun masih berstatus sendirian.  Menurut mereka, melajang justru membuat kita memiliki banyak waktu luang untuk beraktivitas.  Kita nggak perlu bergegas pulang ke rumah karena tak ada kewajiban sebagai orang tua. Pikiran juga lebih fokus pada pekerjaan tanpa terdistraksi dengan urusan lain. 

 

Oya, saran ini bukan ajakan untuk betah melajang, lho.  Walaupun sendirian, senantiasa buka mata lebar-lebar untuk menemukan pasangan yang tepat. Jangan pasrah pada nasib dan tetaplah berusaha memiliki kepribadian menarik. Siapa tahu, kan?

 

Sambil menunggu pasangan yang tepat datang, sebagai pejuang mandiri tak ada salahnya jika kita rajin menyimak kegiatan rumah tangga suami istri. Kita bisa mengetahuinya melalui bahan bacaan atau melihat video-video yang banyak beredar di internet.

 

Sekarang Kecap ABC sedang menyelenggarakan kampanye #SuamiIstriMasak. Kampanye Kecap ABC menyampaikan pesan, bahwa kesetaraan di keluarga dapat diwujudkan saat memasak bersama pasangan. Dari kegiatan ini kita bisa belajar tentang cara berkomunikasi dan kesetaraan dalam rumah tangga melalui dapur.

 

Pandangan Masyarakat pada Kolaborasi Suami Istri di Dapur

Berdomisili di keluarga dengan latar budaya patriarki, peran pria sangat berpengaruh di masyarakat kami.  Pria adalah tonggak keluarga, mulai dari penerus keturunan (marga), warisan, sampai pengetua adat. Begitu penting peran kaum Adam, hingga sebuah keluarga tak lengkap jika belum memiliki anak lelaki.

 

Peran pria sebagai kepala keluarga cukup dominan.  Istri melayani suami dan menanyakan setiap kebutuhannya, mulai dari makanan, menyediakan pakaian dan keperluan lainnya.  Apakah ini petanda kelemahan?  Menurut saya tidak.  

 

Saya pernah melihat seorang teman wanita menanyakan tentang makan malam suaminya di tengah acara keramaian.  Dia meninggalkan kumpulan koleganya hanya untuk menyiapkan hidangan bagi pendampingnya.  Ini bukan petanda kelemahan, tapi kelembutan seorang wanita.

 

Suami istri memasak


Namun, berbeda lagi kalau berbicara masalah dapur.  Saya jarang melihat ada pria yang mau membantu istrinya memasak. Pria masuk dapur seperti menurunkan nilai kebapakannya. Kepala keluarga hanya bertugas mencari uang dan jangan diganggu tentang urusan domestik.  Mereka sudah kelelahan saat tiba di rumah.

 

Sebenarnya, belum tentu juga suaminya enggan membantu karena sudah capek sepulang kerja.  Boleh jadi karena istrinya sendiri yang menolak dibantu.  Menurut sebagian Ibu, keberadaan suami mereka di dapur hanya menambah keribetan. 

 

Pria yang jarang memasak mungkin kurang hapal bumbu dapur.  Mereka bingung membedakan antara jahe dengan lengkuas. Mengajari suami mengenali bumbu sambil memasak? Repot, kata ibu-ibu. Waktu keburu kesiangan dan makanan belum matang.

 

Tapi, kalau bukan sekarang, kapan lagi ya mengajari suami memasak.  Jika ditolak terus, sampai kapanpun mereka tidak kenal  dengan daun salam, rimbang, kunyit, serai, hingga perbedaan antara merica dan ketumbar.


Bersama pasangan meramu bumbu dapur


Kalau istri yang melarang, sebenarnya masih petanda baik karena suami berkemauan untuk membantu. Lain persoalannya jika disebabkan oleh budaya partriaki yang menganggap fungsi wanita hanya sebatas dapur, kasur, dan sumur. Mengiris cabai dan bawang dianggap merendahkan posisi pria sebagai kepala keluarga.  

 

Beda dengan chef atau koki di hotel berbintang.  Kalau profesi ini dinilai bergengsi dengan nominal gaji berkilau.  Sementara kalau memasak di rumah, suami dianggap takut istri. Nggak jarang suami yang membantu istri di dapur menjadi omongan miring keluarga besar.

 

Benarkah demikian?


Pernikahan dan Kolaborasi

Psikolog Chaterine Aponte menulis di psychologytoday, bahwa pernikahan bisa membuat dua individu menjadi lebih baik. Hubungan suami istri memerlukan kolaborasi untuk berproses dan bekerja sama, bukan hanya mencari hasil akhir, demi rumah tangga harmonis.

 

Chaterine telah menikah dengan suaminya seorang psikolog analis, Joseph F. Aponte sejak tahun 1960.  Walaupun mereka berprofesi sebagai psikolog profesional, menjalani pernikahan demikian lama bukanlah perkara mudah. Ada banyak ombak dan riak-riak yang menghantam  bahtera mereka. Namun, pasangan ini mampu melewati pasang surut rumah tangga dengan baik.

 

Menurut Chaterine, walaupun berstatus menikah bukan berarti individu kehilangan identitas diri.  Sebagai individu, suami atau istri tetap punya keinginan, cita-cita, dan impian yang perlu dikomunikasikan dengan pasangan. Kolaborasi merupakan cara agar identitas pribadi bisa diselaraskan dengan tujuan pernikahan.

 

Beliau menekankan rumah tangga sebaiknya menerapkan kolaborasi seimbang antara suami istri.  Salah satu cara berkolaborasi yang tepat adalah pembagian tugas rumah tangga tanpa memandang gender. Sebagai kepala keluarga bukan berarti suami tidak boleh melakukan aktivitas bersih-bersih, atau memasak di rumah. Saling bekerja sama mengurus rumah tangga bisa menjaga keharmonisan.

 

Cincin pernikahan


Dalam berkolaborasi kedua belah pihak saling mendengarkan, mau mengerti, menghargai pasangannya. Mencari solusi masalah rumah tangga dilakukan dengan kepala dingin, bukan mencari  siapa yang benar atau salah. Menunjukkan keakuan masing-masing hanya membuat suasana semakin memanas. 

 

Kedengarannya mudah ya, tapi mungkin sulit untuk dijalani. Seperti tema tulisan ini, memasak bersama di dapur boleh menjadi langkah awal berkolaborasi.  Ajaklah suami memasak bersama.  Sambil meracik bumbu, istri bisa mengobrol ringan dengan pasangannya.  Komunikasi untuk kolaborasi yang dimulai dari dapur.

 

Beragam Kisah tentang Kolaborasi #SuamiIstriMasak di Dapur

Selama ini saya hanya mendengar kisah orang lain tentang acara memasak bareng pasangan di dapur.  Ada yang bilang seru, tapi ada juga yang mengatakan kalau memasak bareng itu agak merepotkan.

 

Mengajak suami ke dapur bisa menjadi ide menarik, Moms. Pernah nggak mendengar cerita suami yang kesal  sepulang dari kantor saat menemukan rumah masih berantakan? Letih karena pekerjaan, dia masih melihat kekacauan setiba di kediaman, termasuk dapur yang seperti dihantam badai.

 

Kalau sudah begini, biasanya sering terjadi kesalahpahaman. Suami mengatakan istrinya tidak gesit membereskan rumah. Istri tersinggung dan menganggap suami tidak mengerti dengan kesibukannya mengurus rumah.

 

Jadi, penting juga membawa suami sesekali ikut repot di dapur.  Ajak dia mengupas bawang merah dan merasakan pedihnya mengiris bumbu dapur tersebut. Atau merasakan panasnya minyak goreng yang berkecipratan saat menumis bumbu.

 

Dapur berantakan


Kemudian ajak lagi suami memikirkan mau memasak apa hari ini.  Memilih resep kelihatannya saja remeh, tapi sedikit membingungkan. Bukan mudah menemukan masakan yang digemari oleh semua anggota keluarga.  Umumnya ada yang suka hidangan tertentu, tapi anggota keluarga lain enggan menyantapnya.

 

Nah, kalau sudah begini, biasanya harus menyiapkan lebih dari satu hidangan,  Repot, kan?  Belum lagi setelah masak harus membersihkan dapur dan seluruh rumah.

 

Mudah-mudahan suami bisa paham keletihan istrinya bekerja di dapur, sekaligus membersihkan rumah.  Jadi, dia nggak cepat emosi ketika melihat rumah masih berantakan sepulang kerja. Minimal, bisa membicarakannya baik-baik dengan istri tercinta.

 

Rangkaian Kampanye #SuamiIstriMasak 2018 -2022

Kecap ABC telah beberapa tahun menyelenggarakan kegiatan kampanye yang mendukung suami istri untuk berkolaborasi di dapur.  Kegiatan ini diikuti oleh pasangan suami istri dari berbagai kota, organisani non pemerintah, hingga selebritas.  

 

Diharapkan aktivitas ini dapat menularkan virus kesadaran bagi suami untuk ikut membantu istrinya, sang ratu rumah tangga, bertahta di dapur sambil merebus makanan. Soal rasa, ada kecap ABC yang menjadi resep rahasia untuk menghadirkan hidangan menggoyang lidah.

 

2018

Pada tahun ini, kecap ABC mulai memperkenalkan kampanye Suami Sejati Mau Masak, Terima Kasih Perasan Pertama, pada publik.  Tema kampanye ini dipilih berdasarkan fakta yang dikutip dari studi HILL ASEAN, tahun 2018 tentang kesetaraan gender.

 

Data dari HILL ASEAN menjadi acuan perlu dikampanyekan persamaan gender di tanah air. Dari data tersebut diketahui bahwa di Indonesia secara umum tingkat kesetaraan gender sudah memuaskan. Namun, kesetaraan tersebut tidak berlaku pada aktivitas domestik, yaitu kegiatan dapur.  Diteliti dari 10 orang suami, hanya 3 yang mau membantu istrinya repot-repot di dapur. 

 

Kemana bapak-bapak yang lain? 

 

Dulu, sewaktu masih kecil dan Ibu saya sakit, Bapak pernah turun ke dapur.  Waktu itu, saya bingung melihat Bapak menggiling cabai dan bawang. Itu kan pekerjaan perempuan, begitu saya berpikir. Geli juga melihat laki-laki bisa menumis bumbu. Terus, gimana rasanya nanti?

 

Bumbu-bumbu dapur


Tapi, setelah masakannya matang?  Wuih,  enak!  Ternyata Bapak saya punya bakat terpendam yang belum disalurkan.  Kesibukan di kantor menyita waktunya untuk berkutat di dapur.  Sekali turun gunung, boleh juga racikannya.

 

Jadi, jangan pandang sebelah mata kemampuan pria.  Siapa tahu mereka bisa membuat kejutan.  Memasak di dapur bersama pasangan, bisa jadi kesempatan suami menunjukkan kebolehannya.

 

Untuk menggiring suami ke dapur, perlu ada kampanye mengajak mereka ikut mengurus rumah tangga.  Kecap ABC melihat peluang ini dan memulainya sejak 2018. Kampanye ini mengajak pria nggak perlu malu, apalagi gengsi bersama istri mengolah makanan di dapur. Aroma bawang tidak mengurangi tingkat ke-maco-an.

 

Kecap ABC pun berinisiatif mengajak suami untuk bergabung dengan Akademi Suami Sejati, sebagai dukungan kesetaraan dengan istri.  Dari dapur, mereka berkolaborasi menghidangkan sajian lezat dan bergizi untuk keluarga bersama kecap ABC.

 

Bapak-bapak yang tergerak hatinya mendukung istri memasak, jangan kuatir bakalan berjalan sendirian. Kampanye ini didukung oleh Aliansi Laki-laki Baru, yaitu organisasi independen yang melibatkan para pria untuk menularkan gerakan kesetaraan gender.  Kegiatan tersebut dimulai pada tiga kota, yaitu Bandung, Semarang, dan Malang.

 

2019

Bertepatan dengan Hari Kesetaraan Perempuan pada Senin 26 Agustus 2019, Kecap ABC kembali mengusung kampanye yang bertajuk kesetaraan gender. Melalui kampanye ini, masyarakat diajak mendukung kesetaraan yang dimulai dari dapur.  

 

Bertema Koki Muda Sejati, kegiatan ini dilaksanakan bersama remaja pria yang berasal dari 50 SMA.  Mereka belajar memasak berbagai hidangan dengan menggunakan kecap ABC.

 

Melalui program tersebut diharapkan para pria muda tidak alergi turun ke dapur.  Di rumah pun mereka mau membantu Ibu atau saudara perempuan untuk menghidangkan sajian untuk keluarga.  

 

 

Pria muda memasak


Terus, apa keuntungan pria muda belajar masak untuk masa depan?

 

Jika suatu saat nanti berkunjung ke rumah calon mertua, ada nilai lebih yang bisa mencuri perhatian keluarga kekasih.  Ketika sudah sukses nanti, adalah hal biasa membelikan bunga dan coklat untuk pujaan hati, atau oleh-oleh lain untuk keluarganya.  Catat sekali lagi, b-i-a-s-a.

 

Tapi, coba kalau pria tersebut datang sambil membawa rendang olahan dari rumah, terus ngomong begini.

 

“Malam, Om dan Tante, ini saya bawakan rendang ayam hasil masakan saya sendiri.  Saya dengar Om dan Tante senang dengan rendang ayam.  Jadi, saya sediakan waktu untuk memasaknya.  Semoga rasanya cocok, ya.”

 

Nah, kalau begini unik, kan.  Buah tangan hasil racikan dari dapur. Jarang-jarang, lho. Mudah-mudahan bisa menjadi nilai tambah di mata calon mertua.

 

Tidak berhenti pada pria muda, Kecap ABC terus mempopulerkan kampanye ini.  Pada Hari Ibu dan Bulan Ramadan, kegiatan tetap digelar agar semakin dikenal masyarakat.

 

Diselenggarakan pada bulan Ramadan, diharapkan kampanye Kecap ABC mampu mempererat keharmonisan keluarga. Suami berkesempatan turun ke dapur pada bulan suci dan bisa membantu meringankan beban istri.

 

Bayangkan kalau ada suami ngomong begini.

 

“Ma, selama bulan Ramadan kita gantian masak Sahur.  Hari ini Papa, besok giliran Mama.  Supaya Mama nggak terlalu capek dan waktu tidurnya cukup,  yuk Papa bantuin menyediakan makanan.”

 

Istri mana yang klepek-klepek mendengar ucapan begini? Pasti langsung mengucek-ngucek mata untuk meyakinkan diri kalau memang berada di dunia nyata.

 

Pria Memasak


Begitu juga pas Hari Ibu, para istri cuti masak dan menikmati hidangan racikan suaminya.  Wow! Soal rasa jangan khawatir, Moms. Sediakan saja Kecap ABC di dapur untuk resep masakan tertentu, agar hidangan kaya rasa dan digemari keluarga.

 

2020

Tahun 2020, Kecap ABC kembali mengadakan program yang mendukung kesetaraan gender di tanah air.  Isu kesetaraan masih menjadi perdebatan hangat, mengingat masyarakat cenderung mengkotak-kotakkan pekerjaan rumah tangga menurut jenis kelamin.

 

Berlatar dari situasi tersebut, Kecap ABC mengadakan program suami memasak bersama istri dengan tema baru.  Tahun ini mengambil tema Koki Muda Sejati, yaitu mengajak pria sejak usia muda peduli pada kegiatan dapur.

 

Pandemi menyebabkan program diselenggarakan secara daring melalui platform Ruang Guru. Dalam program ini, ada berbagai macam konten yang bisa disimak oleh generasi muda.

 

2021

Dilansir dari data Global Gender Gap Index 2020 yang dipublikasikan oleh World Economic Forum, negara kita belum memperoleh pemahaman kesetaraan gender.  Kaum muda menjadi target yang pas dari program ini.  Edukasi sejak dini dibutuhkan untuk membangun mindset yang tepat tentang kesetaraan.

 

Dalam kampanye tahun 2021, Kecap ABC menggandeng  selebritis Titi Kamal dan Christian Sugiono. Sejak masih berstatus sepasang kekasih, pasangan ini sudah mencuri perhatian media. Keharmonisan mereka menjalin hubungan, menjadi acuan bagi pasangan lain yang sedang membina kasih.

 


Kini setelah menikah dan mempunyai dua putera, pasangan ini masih kerap disorot karena kekompakan mereka membangun keluarga harmonis. Keduanya pantas diusung sebagai bintang dan influencer Kecap ABC tentang kesetaraan gender.  Dalam kampanye ini, Christian diperlihatkan tidak sungkan membantu istrinya memasak.


Inspirasi Tulisan dari Video #SuamiIstriMasak Bersama Kecap ABC 2022

Tahun ini Kecap ABC tetap menggelar kampanye kesetaraan gender. Kampanye ini membawa pesan kalau tugas memasak tidak hanya tanggung jawab Ibu,  tapi juga kolaborasi bersama suami termasuk anak. 

 

Kecap ABC kembali mengusung pasangan Titi Kamal dan Christian Sugiono. Program #SuamiIstriMasak kali ini bertemakan Together at The Table (Bersama di Meja).  

 

Apa pengertian bersama di meja?


Bersama di meja bukan hanya duduk sambil saling bertatapan.  Bersama di meja berarti menyiapkan isi (hidangan) di meja secara berbarengan, sekaligus menyantapnya sambil mengobrol santai. Mengobrol bukan menggunakan emosi seperti ketika membahas masalah penting, tapi dengan kepala dingin untuk kepentingan bersama.  Dari meja keluarga, pasangan menemukan titik komunikasi antara mereka.

  

Untuk mendukung kampanye tahun ini, Kecap ABC telah meluncurkan video bertemakan #SuamiIstriMasak beberapa waktu yang lalu. Ada perasaan lucu saat menyaksikan video tersebut. Ternyata ada istri yang risih masak di dapur bersama suaminya sendiri. Kebayang ribetnya, alasan mereka. 

 

 

Nah, tulisan ini terinspirasi dari video #SuamiIstriMasak Kecap ABC seperti yang tertera di atas.  Yuk, para Ibu, ajaklah suami masak bersama dan harap menerima kecanggungan pria di dapur.  Bayangkan saja kalau wanita disuruh memperbaiki mesin mobil, mungkin seperti itu juga kekakuan mereka selama mengulek bumbu.

 

Tapi, salut juga melihat usaha para suami yang mau berusaha membantu istri di dapur.  Tidak mudah lho, memilah-milih bumbu segitu banyak, kemudian harus mengolahnya menjadi masakan.  Apalagi kalau jarang terjun ke dapur.  Perlu kesabaran dari kedua belah pihak untuk berkolaborasi menyelesaikan masakan.


Supaya acara masaknya lebih seru, kenapa nggak sediakan resep yang mudah dan sudah banyak dipraktekkan orang, misalnya ayam semur. Bumbu resep ini banyak tersedia di dapur, yaitu bawang merah, bawang putih, jahe, merica, serta jahe.  Jadi, masaknya bisa langsung spontan tanpa bela-beli dulu.

 

Resep ayam semur


Selain semur ayam, ada resep rumahan lain yang oke dicoba bareng suami. Resep ini sudah familiar dan cocok untuk lidah kita.  Yuk, memasak nasi goreng, mie goreng, dan semur daging.  Bahannya cukup mudah diperoleh dan umumnya para Ibu pun sudah hapal. 

 

Nasi goreng, mie goreng, dan semur daging


Soal rasa, jangan cemas. Bersama Kecap ABC, semua resep di atas bisa diolah hingga menggugah selera di meja makan.

 

Yuk, Masak bareng Suami

Berasal dari lingkungan yang menjunjung pria sebagai pemimpin, saya jarang melihat ada suami yang mau membantu pasangannya di dapur. Bagi sebagian warga, nggak pantas suami bekerja di dapur.  Membantu istri seperti mengancam wibawa kepala keluarga. 

 

Kalau menurut saya, pria yang berani berkotor-kotor berarti punya pribadi unik.  Dia berani menyenangkan pasangannya serta mengabaikan omongan miring orang lain. Pria demikian termasuk Limited Edition, kata orang sekarang. Dipesan langsung pun belum tentu ada.

 

Pasangan suami istri yang kompak di dapur jadi pemandangan menarik bagi seorang lajang.  Menarik melihat keduanya saling bahu-membahu menyelesaikan tugas rumah tangga. Dari urusan dapur saja, mereka kompak. Mudah-mudahan pasangan demikian tetap kompak menyelesaikan problem apa pun yang timbul dalam keluarga.

 

Nah, untuk para pejuang mandiri yang masih nyaman dengan kesendiriannya, jangan sampai lupa mencari pasangan. Yuk, masing-masing dari kita mau berusaha menemukan teman hidup terbaik. Syukur-syukur yang bisa diajak kompakan mengolah hidangan semur ayam.

 

Kata orang, pernikahan terdiri dari beribu macam problematika, sekaligus sukacita dari dua orang yang sepakat menua bersama. Segala sesuatu bisa dikelola berbarengan termasuk, mengolah makanan dan beragam bumbunya. Memasak bersama mampu menjadi jalur komunikasi untuk mempererat jalinan kasih di rumah tangga.

 

Untuk pasangan suami istri, ayo berkolaborasi melalui masakan. Dapur pun boleh menjadi tempat yang serasi untuk berdiskusi tanpa memancing emosi. Jadi, jangan segan-segan memasak bersama.






Referensi :





  • Gambar oleh Pixabay


36 komentar:

  1. Btw, saya setuju bgt dgn kalimat ini

    Menikah bukan masalah kompromi sekadar mengikuti desakan dari orang lain.


    Dan klo udah nikah, ya hayuk pasutri kerjasama, misal bs dgn masak bareng, kyk yg dicontohkan kecap ABC.

    BalasHapus
  2. Heran sama stigma laki-laki nggak pantes ada di dapur. Padahal masak itu kan salah satu life skill yang penting juga. Minimal kalo kos atau hidup sendirian bisa lah masak-masak buat diri sendiri. Chef juga banyak yang laki-laki.

    Seru memang masak bareng suami. Kebetulan suami saya lebih jago masak dibanding saya. Jadi saya biasanya jadi tukang potong-potong dan cuci piring. Hehe..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya pernah ada kenal keluarga yang suaminya rajin ke dapur kalau istrinya bekerja. Suaminya jadi omongan tetangga kiri kanan, tapi mereka cuek saja. Sampai sekarang rumah tangga mereka baik-baik saja, kok.

      Hapus
  3. Menurutku, memasak bersama pasangan dapat meningkatkan bonding. Apalagi kalau hasil masakannya enak. Bisa jadi menu andalan sekeluarga.

    BalasHapus
  4. Alhamdulillah paksu sering bamtuin masak dirumah jadinya agak ringan pekerjaan rumah. Tapi kadang kasian jg liat suami masak beberes apalagi hendak atau pulang kerja heheh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Paksu kan membantu dengan sukarela, Mbak. Senang banget punya suami yang pengertian.

      Hapus
  5. Salut pada para pejuang mandiri, semoga tetap tegar dan semangat apapun yang dijalani. Biarkan yang nyinyir buang ke laut ajaa:)
    Btw, suamiku masak kalau aku lagi ga di rumah. Dulu saat anak-anak kecil bantu di dapur, makin ke sini karena kesibukan dia dan anak-anak juga dah gede ya turun ke dapur kalau aku pergi..anak-anak juga dah bisa bebikinan di dapur sendiri meski masih yang simpel. Tapi keren ini kamapnye suamiistrimasak dari Kecap ABC

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setiap tahun kecap ABC membuat kampanye seperti ini ya, Mbak.

      Hapus
  6. Iya bener mbak jangan menikah karena tuntutan orang sekitar, klo asal nikah terus pasangan tidak satu value, kita yang pusing, kita yang sakit kepala.

    Pas awal nikah, dulu suami yang turun ke dapur karena saya beneran gak bisa masak, masak air pun beneran gosong 😄.

    Sekarang suami nyaris gak pernah lagi turun ke dapur, baca artikel ini jadi kangen masak bareng lagi hehe.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masak air gosok? Wkwkwk. Bagus juga selera humor Mbak ini.

      Hapus
  7. Wah kecap favorit keluarga banget ini mah, legen dari zaman dahulu ya kak, cocok di lidah racikan kecapnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar, Kak, sampai sekarang masih hobi masak nasi goreng atau mie goreng pakai kecap ABC.

      Hapus
  8. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  9. style memasakku dengan suami jauh berbeda, begitu juga dengancita rasa masakannya. tapi kata anak-anak, masakan ayahnya enak. wkwk.. aku termasuk yang enggan dibantuin suami karena nambah ribed mba.. mending kolaborasi di bidang lain aja deh.. hehe.. jadi kalau suami lagi pengen di dapur, mendingan aku melipir, lumayan bisa buka laptop atau nonton drakor, hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tiap-tiap keluarga memang beda ya, Mbak. Kalau memang lebih nyaman masak sendiri, nggak apa-apalah.

      Hapus
  10. Yes sepakat banget. Perihal menikah bukan masalah kompromi kesepakatan musyawarah mufakat. Kalau gini yang ada malah menjadi masalah. Semangat untuk para pejuang mandiri yang mengimpikan memasak bareng di dapur bareng pasangan😊

    BalasHapus
  11. Kampanye Kecap ABC ini bagus banget, angkat kesetaraan gender mulai dari dapur. Karena banyak banget semacam stigma, mitos, larangan pria ke dapur. Padahal ya gak apa-apa.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masalah sudut pandang yang berbeda saja, Mbak, padahal memang nggak apa-apa.

      Hapus
  12. Menikah intinya memang bekerjasama ya. Salam segala hal termasuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Memasak dengan suami dan keluarga lainnya malah makin seru lho sebenarnya

    BalasHapus
  13. btw pertahankan prinsip kalau menikah bukan karena asal ada yang mau. Semoga segera dimudahkan jodohnya biar bisa masak bareng suami ya mba

    BalasHapus
  14. Keren Mba cara pandangnya. Tips yang dibagikan pun oke banget buat mengatasi cuitan toxic.
    Setiap orang punya waktu dan momennya sendiri dan tidak bisa disama-samakan.
    Oh ya, ulasannya lengkap banget. Terharu nih lihat short videonya, maa shaa Allah.

    BalasHapus
  15. Sebelum ada anak, aku termasuk yang sering banget masak bareng suami. Kita kerja sama gitu di dapur sembari ngobrol. Kalau diingat-ingat kangen juga ya..

    Sekarang agak susah kalau mau masak bareng. Ada bocil soalnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nanti kalau bocilnya sudah agak besar bisa masak bareng lagi kan, Mbak.

      Hapus
  16. Tidak ada salahnya suami masak
    Tentu akan seru dan menyenangkan jika suami istri masak bersama
    Pasti bikin hubungan lebih harmonis

    BalasHapus
  17. Biasanya.. suami masak tuh (kalau dari pengamatanku ya,,) adalah yang kehidupannya terbiasa nge-kost dan jauh dari orangtua. Karena kebiasaan memasak means bisa menghemat pengeluaran juga..

    Seru banget Kampanye #SuamiIstriMasak kecap ABC ini ya..
    Menambah kebahagiaan, keceriaan keluarga dan yang pasti sama-sama belajar bahwa setiap kehidupan memiliki fase yang harus dilewati untuk menggapai sebuah hasil.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar, Mbak, dari masa lajang dia memang sudah biasa hidup mandiri. Umumnya begitu.

      Hapus
  18. Informatif banget tulisan tentang pernikahan ini. Selalu ada hal yang menarik saat masak bersama pasangan

    BalasHapus

Maksimalkan Manfaat Gaming untuk Lansia Bersama ROG Phone 8

    "Wah, Nenek masih mahir ikut gaming."     Kalimat ini akan terucap dari seorang cucu yang menyaksikan Neneknya mahir mengutak-...