Rabu, 26 Oktober 2022

Menghalau Selimut Polusi untuk Mencegah Hujan Asam yang Merusak Pohon Buah-buahan


Polusi dan Dampaknya pada Perubahan Iklim


Konon hari hujan adalah waktu yang penuh dengan ide kreativitas. Banyak karya puisi, lagu, tulisan, bahkan film yang terinspirasi dari rinai air yang jatuh membahasi bumi. Bahkan ada yang menganggap kalau hujan mempunyai nilai seni karena ada kenangan yang tercipta saat tercurah.


Akan tetapi bagi orang lain,hujan menakutkan karena membawa ancaman banjir.  Bukan cerita kenangan, yang ada justru berbasah-basah bersama keluarga sambil membersihkan rumah yang terendam air.  Hujan turun membuat penghuninya waspada karena perlu memantau ketinggian air, serta bersiaga menyelamatkan barang-barang kalau terjadi hal yang tak diinginkan.


Sementara ada yang menganggap hujan adalah harapan karena airnya menyuburkan tanaman. Tetumbuhan mengeluarkan hasil bumi terbaik yang siap dipanen. Hujan menjadi berkah karena menumbuhkan sayur atau buah-buahan yang kita konsumsi.


Panen buah-buahan adalah masa yang paling ditunggu di musim penghujan.  Pada saat itu, rambutan, duku, hingga durian mulai tampak dijajakan di pasar-pasar dengan warna dan aroma memikat. Apalagi kalau sudah melimpah ruah, harganya bisa sangat murah.  Berminggu- minggu buah-buahan tersebut banyak tersebar di lapak menunggu ditawar pembeli.


Namun, sekarang ada yang berubah dengan musim buah-buahan.  Biasanya dulu musimnya jatuh sekitar bulan Desember, kalau hujan rutin turun hampir setiap hari. Saat ini, buah yang dipanen tidak rutin seperti dulu.  Bulan September kemarin, sempat muncul rambutan. Akan tetapi, jumlahnya sedikit dan harganya sangat mahal dari yang lumrah dibandrol di pasaran.


Melihat pohon buah-buahan

Diedit oleh Canva


Demikian juga dengan duku. Penjual buah langganan tidak berani menjajakan buah tersebut di warungnya karena harganya tidak masuk akal. Kualitasnya juga tidak seperti yang rutin dibeli, cenderung hijau dan agak masam. Daripada menampung keluhan pembeli, mereka memilih untuk menolak tawaran grosir.


Mengapa pohon-pohon sekarang tidak serutin dulu menghasilkan buah?


Perubahan Iklim, Selimut Polusi, dan Hujan Asam

Cuaca sekarang semakin terik dan menyengat. Kemarau bisa terjadi dalam jangka waktu panjang di lokasi tertentu. Tanaman karena kekurangan air banyak yang menjadi layu. Para petani pun menunda masa tanam karena musim kemarau tidak kunjung berakhir.


Sementara di tempat lain, curah hujan mencapai angka tertinggi yang menyebabkab banjir.  Udara lembab dan warga rentan terjangkit penyakit musim penghujan. Matahari sebagai sarana fotosintesis untuk tetumbuhan, jarang memancarkan sinar.  Banyak tanaman membusuk dan panen terancam gagal.


Perubahan iklim telah terjadi dan polusi telah menyelimuti udara yang rutin dihirup oleh manusia, tumbuhan, dan hewan. Bukan hanya mengacaukan siklus musim hujan dan kemarau, perubahan iklim juga membuat hujan asam yang mengancam mahluk hidup. 


Berbagai Polusi yang Menyebabkan Perubahan Iklim

Perubahan iklim adalah perubahan ekstrem yang yang terjadi pada suhu bumi, iklim dan curah hujan.  Di suatu lokasi, suhu panas membuat udara menyengat yang membahayakan mahluk hidup.  Sebaliknya, di tempat lain curah hujan meningkat dan menyebabkan banjir serta penyakit.


Peristiwa ini bukan terjadi secara alamiah, tapi ada campur tangan ulah manusia yang menyebabkan meningkatkan panas suhu bumi. Dalam jangka panjang perubahan iklim menyebabkan polusi yang mempengaruhi atmosfer, daratan, hingga lautan dan kemudian mengganggu keseimbangan ekosistem.


Penyebab perubahan iklim adalah :

Penebangan dan kebakaran hutan 
Hutan adalah peenghalau emisi terbaik yang pernah dimiliki bumi. Gas karbon dioksida yang menjadi sumber emisi perubahan iklim, diserap oleh pepohonan.  Gas ini disimpan untuk proses fotosintesis.  Dalam proses fotosintesis, tumbuhan mengubah karbon dioksida menjadi oksigen yang dihirup mahluk hidup.  

Apabila hutan dibakar, maka sisa pembakaran pohon adalah gas karbon dioksida yang terlepas ke atmosfer. Karena pepohonan sudah habis dibakar, tidak ada lagi yang menyerap gas berbahaya tersebut. Akhirnya, karbon dioksida yang berlebihan akan mengganggu atmosfer bumi dan menyebabkan peningkatan suhu udara.


Demikian juga jika hutan ditebang. Selain menyebabkan tanah erosi dan banjir, karbon dioksida semakin menyebar di udara karena tidak terserap. Pepohonan hijau dengan dedaunan yang sebelumnya mampu menyerap gas-gas berbahaya, kini sudah tandus.



Penggunaan alat transportasi berbahan bakar fosil
Jalan-jalan memang menyenangkan, apalagi jika bepergian dengan rekan atau kerabat dekat.  Healing sekaligus berwisata melihat keindahan alam dan mencari suasana baru.  Salah satu sarana penting agar program healing bisa berlangsung maksimal adalah alat transportasi yang memadai.


Umumnya alat-alat transportasi berbahan bakar yang berasal dari sisa-sisa fosil hewan. Saat ini, masih jarang kendaraan yang menggunakan tenaga listrik. Bahan bakar kendaraan lebih mudah diperoleh karena sumbernya menyebar di berbagai lokasi.


Dikutip dari National Geographic, energi yang berasal dari fosil ini ikut melepaskan gas karbondioksida yang terikat di udara. Gas tersebut turut menyumbangkan emisi untuk pemanasan global serta polusi udara. Diperkirakan bahan bakar fosil menyumbangkan 48% konsentrasi gas karbon dioksida di atmosfer.


Sedangkan menurut data yang diperoleh dari Forest Digest, pembakaran energi mobil mampu mengeluarkan sekitar 20% karbon dioksida yang mempengaruhi atmosfer bumi. Jalanan raya yang setiap hari penuh dengan kendaraan bermotor menjadi faktor penyebab suhu yang semakin memanas.


Pemakaian listrik dan alat elektronik berlebihan
Pembangkit tenaga listik menggunakan energi dari bahan bakar fosil. Semakin tinggi energi yang dipakai untuk menyalakan lampu dan alat elektronik, maka semakin banyak gas karbon dioksida yang terlepas ke atmosfer.


Tapi, sulit juga membayangkan hidup tanpa listrik, seperti kembali ke zaman batu. Listrik tetap menjadi kebutuhan, tinggal kita yang memakainya secara bijaksana.  



Penyebab perubahan iklim
Sumber : Canva


Mengirim email yang tidak dibutuhkan
Digitalisasi mempermudahkan kita mengirimkan surat elektronik (email) ke seluruh dunia tanpa batas waktu. Saat ini yang dibutuhkan cuma gadget dan koneksi internet agar surat elektronik sampai ke tujuan.


Banyak dampak positif dari penggunaan email. Kita tidak perlu ke kantor pos sehingga lebih hemat waktu dan biaya.  Kita juga tidak perlu lagi menulis di atas sehelai kertas dan sudah ikut mencegah pembabatan hutan untuk dijadikan bubur kertas (pulp). Hutan yang dijaga mampu mencegah dampak perubahan iklim.


Namun, penggunaan email yang berlebihan ternyata ikut mengganggu suhu atmosfer. Kelihatannya remeh-temeh, tapi email yang dikirim melalui energi listrik turut berdampak pada perubahan iklim.  


Dikutip dari Forest Digest, secara global pengiriman email mengeluarkan 0,1 karbon per individu.  Angkanya kelihatan kecil, tapi perhitungkan dengan seluruh penduduk bumi, yang menurut menurut PBB, pada November 2022 mencapai 8 miliar jiwa. Apalagi, dalam satu hari seseorang bisa mengirim lebih dari satu email.


Bagaimana email berpengaruh pada perubahan iklim adalah melalui penyimpanan digital? Setiap pesan email yang kita ketik, kirim, atau buka, masuk dalam pusat data dunia maya. Nah, pusat data tersebut memerlukan energi listrik untuk dapat berfungsi. Energi besar ini yang mempengaruhi perubahan iklim.


Sampah plastik
Hampir setiap hari kita menggunakan kantong plastik, mulai dari  berbelanja, wadah makanan atau minuman, hingga peralatan rumah tangga seperti lemari plastik. Bentuk yang praktis dan mudah dibawa bepergian, membuat benda ini menjadi pilihan untuk mengemas barang kebutuhan.


Menurut Ir. Rahmat Budi Santoso, MT, ahli udara Jurusan Tehnik Lingkungan ITS, lima buah kantong plastik dapat menghasilkan satu kilogram gas karbon dioksida.  


Plastik dan kerabatnya styrofoam terdiri dari rantai kimia yang sulit diputus. Kedua benda tersebut adalah penyumbang gas karbondioksida yang tinggi.


Plastik yang ada di rumah kita ikut menyumbangkan gas karbon dioksida untuk atmosfer.


Dampak dari Perubahan Iklim

Deforestasi, polusi udara, dan pemakaian energi yang berlebihan telah mengakibatkan perubahan ekstrem pada cuaca bumi.  Dampak ini akan terus berlanjut hingga bertahun-tahun kemudian karena keseimbangan lingkungan mulai terganggu.


Adapun dampak dari perubahan iklim adalah :

Suhu udara meningkat

Menurut data yang diperoleh tahun 2007 dari IPCC (Intergovernmental Panel Climate Change), kenaikan suhu antara tahun 2000 - 2100 akan mencapai 2,1 - ,9°C.


Kenaikan suhu pada 2°C akan mengakibatkan gletser di kutub akan mencair dan mengakibatkan permukaan air laut  naik sampai 1 meter.  Kenaikan air laut akan memicu banjir di daerah pantai, termasuk di Indonesia


Sementara data dari NASA (National Aeronautics dan Space Administration) menyebutkan, pada tahun 2021 suhu permukaan bumi telah naik 0,86°C jika dibandingkan dengan suhu rata-rata pada tahun 1951 - 1980.


Kekeringan di daratan

Udara panas yang timbul dari gas karbon dioksida yang menyebar di atmosfer menyebabkan kekeringan di daratan. Kemarau berlangsung dalam jangka waktu panjang dan tetumbuhan tidak memperoleh sumber air yang mencukupi.


Panen terancam gagal dan sumber pangan semakin berkurang. Bukan hanya sektor pertanian. Sektor lain seperti pertanian, perikanan, dan peternakan ikut terimbas dampak perubahan iklim. Kalau situasi ini berkesinambungan, maka persediaan pangan semakin tergerus.

Penyakit akibat polusi udara

Dikutip dari Ditjenppi.menlhk.go.id suhu panas yang berkepanjangan dapat menimbulkan penyakit yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, serta parasit. Mikroorganisme tersebut berkembang pesat dan menjangkiti penduduk.


Penyakit lain yang merebak saat kemarau panjang adalah ISPA (infeksi Saluran Pernafasan Akut). Perbedaan suhu terik siang hari dengan malam hari yang lembab, menyebabkab iritasi dan elergi pada hidung.  Menurut data Kemenkes 2011, setiap tahun ada sekitar 18 juta orang atau 5 -6% dari populasi yang terjangkit penyakit ini.


Selain musim kemarau, curah hujan yang tinggi juga menjadi sumber penyakit. Hujan yang menyebabkan genangan air hingga banjir, membuat lingkungan kotor dan kumuh.  Selain kumuh, air tergenang adalah tempat nyamuk malaria dan demam berdarah beranak pinak.


Perubahan Iklim, Hujan Asam, dan Musim Buah-buahan

Panen buah-buahan adalah saat yang ditunggu saat musim penghujan tiba. Curah hujan yang tinggi membuat tanaman mengeluarkan tunas yang kelak memberikan hasil bumi melimpah.


Namun, perubahan iklim membuat musim buah-buahan berlangsung singkat. Sejak selimut polusi semakin tebal dan bercampur gas berbahaya, hujan asam turun dan mempengaruhi kelangsungan hidup pepohonan.

Hujan asam yang merusak pepohonan
Sumber : Pixabay


Dilansir dari National Geographic, hujan asam adalah air hujan yang bersifat asam karena hanya memiliki pH 4,2 - 4,4. Sementara hujan normal memiliki pH sekitar 5,6. Kandungan pH disebabkan gas sulfur dioksida dan nitrogen dioksida hasil pembakaran bahan bakar fosil, pembuangan pabrik industri, serta pembangkit listrik.


Menurut website US Environmental Protection Agency (US EPA), sisa pembakaran bahan bakar fosil adalah penyebab utama dari polusi udara yang menimbulkan hujan asam.


Hujan ini menyebabkan pengikisan epidermis yang mengakibatkan tumbuhan cepat menjadi layu. Jaringan epidermis yang terkikis menyebabkan bagian kloroplas daun terganggu, selanjutkan akan menghambat proses fotosintesis.  


Hujan asam juga menyebabkan pH tanah menjadi turun dan mengurangi zat-zat penting yang dibutuhkan tanaman untuk bertumbuh.  Tanaman akan kekurangan mineral dan air.  Apabila hujan asam terjadi secara terus-menerus, maka tanaman akan mati, termasuk pohon buah-buahan.


Hutan Sebagai Solusi untuk Mengatasi Perubahan Iklim

Hutan dengan dedaunan hijau menyerap gas karbon dioksida yang tersebar di atmosfir. Gas tersebut dipergunakan sebagai energi  berfotosintesis untuk memperoleh makanan.  Bersama cahaya matahari, tumbuhan mengolah gas karbon dioksida menjadi gula dan oksigen. Gas oksigen ini yang kita hirup sehari-hari.


Jika terjadi kebakaran hutan, maka sisa pembakaran berubah menjadi karbon dioksida yang mengotori atmosfer. Dedaunan sudah habis terbakar, maka tidak ada lagi yang mampu menyerap karbon dioksida.  Gas berbahaya tersebut mengikat di atmosfer dan menyebabkan suhu meningkat.


Hal yang sama terjadi ketika manusia menggunduli hutan. Bumi kehilangan tetumbuhan yang mampu menetralkan karbon dioksida.  Oleh sebab itu, hutan penting bagi upaya mengatasi perubahan iklim dan polusi.


Menurut catatan dari Food and Agriculture Organization of the United Nation (FAO) dan United Nation Enviromental Programme (UNEP) pada tahun 2020 luas hutan di dunia mencakup 4,06 miliar hektar. Dari catatan mereka, Indonesia masuk dalam 10 negara dengan hutan terluas di dunia, yaitu mencakup 97 juta hektar atau 2% dari total hutan dunia.


Yuk, bersama kita menjaga kelestarian hutan Indonesia untuk lingkungan yang lebih baik. Selimut polusi membuat bumi semakin panas dan menyebabkan perubahan iklim.


Hal-hal Sederhana yang Bisa Dilakukan untuk Ikut Mencegah Perubahan Iklim

Perubahan iklim dan polusi sudah menjadi isu global, tapi bukan berarti kita nggak bisa ikut berpartisipasi mengatasinya. Dari rumah, kita mampu mengalang usaha untuk mengurangi dampaknya pada lingkungan.


Berikut adalah sekelumit usaha yang bisa kita lakukan untuk mengurangi pengaruh perubahan iklim. 


Menanam tetumbuhan dari rumah
Menanam pohon adalah salah satu cara terbaik untuk menghalau polusi.  Dedaunannya yang rimbun mampu menyerap gas karbondioksida dan kemudian mengolah, serta menyebarkan oksigen untuk mahluk hidup.  Semakin banyak pohon yang ditanam, semakin baik sistem penyaringan udara.


Masalahnya, bagaimana kalau lahan halaman rumah sudah terbatas?


Tumbuhan penyerap karbon dioksida bukan hanya pepohonan. Bunga-bunga yang ditanam dalam pot juga bisa berfungsi sebagai penyaring udara. Dedaunannya yang hijau mungil tetap mampu menyerap zat-zat beracun untuk digunakan sebagai energi berfotosintesis.



Memadamkan lampu atau alat elektronik yang sudah selesai dipakai
Pernah nggak, saking sibuknya mengerjakan tugas lain sampai lupa memadamkan lampu hingga #


Kalau mau ikutan mengurangi pemanasan global, sebaiknya keteledoran tersebut diatasi. Selain bisa menghemat tagihan bulanan, pemadaman lampu dan alat elektronik secara teratur, mampu mengatasi suhu panas.  Energi listrik yang dipergunakan secara berlebihan ikut menyebabkan suhu bumi semakin meningkat.


Ada satu lagi upaya yang bisa kita lakukan untuk mengurangi pemanasan global. Saat membeli alat elektronik ke toko, belilah perangkat dengan daya listrik rendah. Dengan demikian, energi yang diserap peralatan tersebut lebih menghemat energi. 

Upaya-upaya mengatasi perubahan iklim
Sumber : Canva


Menggunakan wadah makanan dan minuman yang ramah lingkungan

Sampah plastik sulit terurai dan partikel yang terkandung di dalamnya mengandung karbon dioksida yang mencemari lingkungan.  Membawa makanan dengan plastik terlihat praktis, tapi punya dampak serius pada lingkungan. Apalagi wadah sekali pakai.


Sekarang sudah tersedia wadah makanan dan minuman yang bisa dipakai berulang kali. Wadah ini terbuat dari bahan yang ramah dan tidak merusak lingkungan. Jadi, kita tetap bisa membawa bekal yang sehat, lingkunganpun tetap terawat.


Kebijakan Mengurangi Polusi demi Mengatasi Perubahan Iklim

Kesempatan bisa datang kapan saja, termasuk kesempatan untuk mengaplikasikan peraturan kebijakan mengurangi polusi. Andaikan diberi kesempatan ikut menangani dampak perubahan iklim, maka hal yang perlu saya perhatikan adalah :


Penghijauan
Penghijauan jadi agenda wajib untuk mencegah polusi, terutama di jalanan yang ramai kendaraan bermotor. Bahan bakar fosil yang mengeluarkan gas beracun, segera dicegah mulai dari sumbernya.


Daerah trotoar ataupun pembatas jalan wajib ditanam tetumbuhan. Bukan harus pepohonan, tapi bisa juga menanam bunga-bunga. Selain untuk menghisap gas karbon dioksida, tanaman ini akan memperindah pemandangan.


Selain jalanan, setiap kompleks perumahan juga wajib menyediakan tanaman di areal masing-masing.  Jika lahannya terbatas, warga boleh membuat tanaman gantung di tembok.  Jadi, diusahakan tetap ada dedaunan yang menjadi penghisap gas beracun. 


Menyediakan sarana daur ulang sampah
Warga yang mempunyai banyak sampah plastik, bisa membawa benda-benda tersebut ke tempat penerimaan sampah plastik untuk di daur ulang. Sisa pembuangan tersebut akan ditimbang dan warga akan memperoleh pendapatan sesuai harga yang tertera.


Sampah-sampah plastik yang dikumpulkan akan didaur ulang kembali menjadi benda-benda bermanfaat, seperti sapu plastik. Daripada berserakan, sisa plastik diubah menjadi perkakas sehari-hari.


Membuat tong sampah di areal keramaian
Untuk lokasi yang belum memiliki tempat pendaur ulang, tetap disediakan pembuangan sampah di tempat-tempat keramaian. Jika ada warga yang membuang sampah sembarangan, maka mereka dikenakan denda.


Tujuan mengumpulkan sampah ini adalah agar tidak mengotori lingkungan karena berserakan di jalan. Jika sampah terkumpul dalam satu wadah, biasanya ada orang-orang kreatif yang mampu mengolah sampah menjadi benda daur ulang yang berharga. Dengan mengumpulkan sampah berarti membantu mereka bekerja dan berkarya.


Mengadakan kegiatan olahraga bersama di hari libur

Liburan identik dengan bebas dari rutinitas sehari-hari, termasuk menggunakan kendaraan bermotor.

Dalam masa liburan atau akhir pekan, diadakan kegiatan bersama tanpa melibatkan kendaraan bermotor.  Kalau perlu sekalian kegiatan yang berkaitan dengan ekonomi, seperti pasar murah.  Dengan catatan penjual dan pembeli tetap memperhatikan kebersihan lingkungan.


Menghalau #SelimutPolusi untuk Lingkungan yang Lebih Baik


Bukan mustahil suatu saat kelak ada pohon buah-buahan punah seperti dinosaurus. Ketika ingin mengkonsumsi sejenis buah-buahan, tapi dicari ke berbagai lokasi buah yang dimaksud sudah lenyap ditelan #SelimutPolusi. Kalau buah-buahan pun sudah langka, persediaan makanan lain terancam berkurang karena pemanasan global.


Saatnya kaum #MudaMudiBumi bergerak #UntukBumiku menjaga kelestarian lingkungan.  Sebagai generasi penerus bangsa, bersama berupaya mengatasi pemanasan global untuk masa depan anak cucu kita.


Momen ini sangat tepat mengingat sebentar lagi kita akan merayakan sumpah pemuda pada tanggal 28 Oktober.  Dalam aktivitas kita, jadilah #TeamUpForImpact yang membawa perubahan pada lingkungan sekitar.


Daftar referensi :

1. Perubahan Iklim, Waspadai Penyakit ISPA,
https://www.republika.co.id/berita/mapgma/perubahan-iklim-waspadai-penyakit-ispa, ditulis oleh Ajeng Ritzki Pitakasari

2. Hujan Asam: Penyebab, Proses, Dampak, dan Cara Mencegahnya, https://www.kompas.com/skola/read/2022/10/05/070000569/hujan-asam--penyebab-proses-dampak-dan-cara-mencegahnya?page=all, di tulis oleh Vanya Karunia Mulia Putri

3. Jangan Anggap Sepele: Mengirim Email Memicu Pemanasan Global, https://www.forestdigest.com/detail/886/karbon-email

4. Greeneration.org

5. 7 Dampak Perubahan Iklim bagi Manusia dan Lingkungan, https://katadata.co.id/intan/berita/62a355592ffd6/7-dampak-perubahan-iklim-bagi-manusia-dan-lingkungan, ditulis oleh Siti Nur Aeni


6. Gambar diambil dan diedit oleh Canva serta Pixabay

Maksimalkan Manfaat Gaming untuk Lansia Bersama ROG Phone 8

    "Wah, Nenek masih mahir ikut gaming."     Kalimat ini akan terucap dari seorang cucu yang menyaksikan Neneknya mahir mengutak-...