Kamis, 23 Juni 2022

Berkarya dan Berdaya Merangkai Kata Bersama Komunitas Ibu-ibu Doyan Nulis (IIDN)





Umumnya, orang ingin berkumpul dengan teman-teman yang punya hobi sama, supaya ada rekan untuk berdiskusi, berbagi pengalaman, tips, hingga peluang mendapatkan cuan. Untuk yang hobi menulis, misalnya, perlu bergabung di komunitas penulis supaya ada kawan sefrekuensi yang asyik diajak ngobrol.


Namun, adakah orang yang selalu menemukan lingkungan ideal? Atau malah terdampar di tempat yang jauh dari harapan?


Pernah seorang teman bercerita, kalau dia kesal jika ada yang mengirimkan kumpulan tulisan ke nomor hapenya. Penyebabnya, simpel saja. Dia bukan orang yang hobi membaca, tulisan tersebut justru membuatnya jadi pusing.


Alasan lain, sebagai ibu rumah tangga tugas si kawan sudah cukup padat. Tak ada lagi waktu untuk duduk manis sekedar membaca salinan teks yang bertebaran di aplikasi WA-nya. Rutinitas yang melelahkan, membuat pikirannya tak mampu lagi mencerna pesan yang disampaikan secara tertulis.


Beda kalau yang dikirim video atau podcast, dia dengan senang hati menerimanya. Sambil menyapu, mencuci piring, atau melipat pakaian, si teman bisa mendengarkan informasi dari audio.  Apalagi kalau topiknya lucu, dia bisa terbahak-bahak sendiri dan sejenak melupakan kepenatan mengurus rumah.


Namanya berteman, bukan berarti selera selalu sama.  Tempat domisili, lokasi bekerja, atau sekolah, mempertemukan kita dengan berbagai karakter orang.  Namun dari sekian banyak kenalan, belum tentu ada rekan yang sejalur dan selaras dengan hobi kita.


Apalagi jika dihubungkan dengan kegiatan baca dan tulis.



Opini teman saya di atas mungkin bisa disesuaikan dengan tingkat literasi di Indonesia.  Berdasarkan data PISA (Program for International Student Assessment) tahun 2019, Indonesia berada di peringkat 62 dari 70 negara. Artinya bangsa kita adalah 10 negara terbawah dalam tingkat literasi.


Data yang diperoleh dari UNESCO lebih mengkuatirkan lagi.  Minat baca bangsa kita sangat rendah, yaitu mencapai 0,001%. Angka ini menjelaskan kalau  dari 1.000 orang penduduk Indonesia, hanya 1 orang yang hobi membaca.


Nah, sekarang coba saja analisis. Kalau kita hobi baca dan tinggal di RT/RW yang berpenduduk sekitar 300 jiwa, berapa kemungkinan ketemu teman sejiwa dan sehobi? 


Itu baru masalah membaca, lho, belum lagi minat menulis.


Tapi, jangan keburu patah semangat dulu, Para Kekasih Buku.  Ada fakta yang bisa jadi booster agar minat membaca kita tetap stabil, bahkan menanjak. Jangan kuatir, masih banyak orang yang betah bergelut dengan untaian huruf bermakna, sambil menyebar pesan dan manfaat dari tulisannya  untuk pembaca.


Okelah, data dari PISA dan UNESCO tentang minat baca bangsa kita, boleh jadi kurang greget. Mungkin kabar tersebut sudah duluan mengendurkan semangat calon penulis.  Supaya lebih rileks, sekarang kita beralih dulu dengan kabar dari dalam negeri.


Data yang diperoleh dari Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI, agak berbeda dengan angka-angka di atas. Sejak tahun 2016 - 2020 ada peningkatan permintaan ISBN (Internasional Standard Book Number). ISBN adalah deretan angka unik 13 digit sebagai identifikasi pada satu buku.


Pada tahun 2016 tercatat permintaan sebanyak 64.599 ISBN. Tahun 2019 bertambah menjadi 123.227 ISBN, kemudian 2020 meningkat menjadi 144.793 ISBN.


Saat pandemi merebak, buku versi digital semakin marak beredar di masyarakat. Seiring perkembangan teknologi, maka ISBN mulai membuat penyesuaian dengan kebutuhan pembaca.  Sejak tahun 2020 dan 2021, Perpusnas telah membedakan pelayanan ISBN versi buku cetak dan  buku digital.


Permintaan terhadap ISBN buku digital juga menunjukkan perkembangan yang signifikan.  Sepanjang tahun 2020, Perpusnas telah memberikan 22.050 ISBN. Sementara sampai Mei 2021, dikeluarkan 13.019 ISBN.  Baru sampai bulan Mei angkanya sudah lumayan.



Peningkatan ISBN bisa berarti semakin gencar buku yang beredar di masyarakat. Peminat profesi penulis masih banyak, ada peluang untuk eksis di bidang ini. Namun, ini juga berarti kalau persaingan antar penulis semakin sengit.  Ya, anggap saja jadi motivasi untuk tetap rajin menambah investasi ilmu menulis.


Belajar dari pengalaman pribadi, sulit bisa menulis lancar kalau jarang membaca.  Penulis yang baik adalah pembaca yang baik.  Dari ribuan ISBN yang diterbitkan, berarti masih banyak yang tertarik membaca buku. Para pembaca setia tersebut bisa menjadi penulis masa depan yang karyanya membutuhkan ISBN. Peminat literasi pun terus berlanjut.


Jadi, mana yang benar, tingkat literasi di Indonesia tetap rendah atau lumayan?


Kembali lagi pada sudut pandang pribadi masing-masing. Kalau  memang nggak hobi baca, kenaikan ISBN itu tak akan bermakna apapun.  Biasa saja, nggak banyak berpengaruh.


Cuma, untuk pencinta buku dan yang hobi menulis, data di atas menunjukkan masih ada harapan. Aktivitas membaca dan menulis tetap punya pangsa pasar. Penulis nggak pernah sendirian karena masih banyak orang yang sefrekuensi, tinggal menemukan waktu dan tempat yang pas saja.


Caranya?  Coba temukan dan ikuti komunitas penulis.


Dengan bergabung di komunitas, kita bisa belajar bersama. Di sini kita seperti punya rekan sekerja, memperoleh informasi penting tentang hobi, ada teman berdiskusi, belajar untuk tidak baperan kalau dikritik, dan tahu kekurangan dan kelebihan karya sendiri. Banyaklah kelebihan serta manfaatnya. 



Salah satu komunitas yang tepat untuk perempuan yang berambisi jadi penulis adalah komunitas Ibu-ibu Doyan Nulis (IIDN).  Komunitas yang bulan Mei lalu tepat berusia 12 tahun, sudah banyak menuntun anggotanya jadi penulis handal, yang tidak hanya berkarya melalui buku tapi juga blog.


Apa saja kegiatan di IIDN? Yuk, simak ulasan berikut.


Komunitas IIDN dan Langkah Awal Ngeblog

Saya bergabung dengan komunitas IIDN sejak November 2021 dan langsung mulai belajar ilmu dasar nge-blog. Awalnya diberi pokok bahasan tentang cara membuat blog, istilah-istilah blog, hingga etika jadi blogger.  Saya baru tahu kalau ada istilah etika dan sopan santun antar blogger.


Sopan santun antar blogger itu, misalnya memberi komentar dengan bahasa yang memotivasi. Hindari saling mengejek dan berkomentar kasar, seperti di aplikasi lain. Blogger adalah orang yang mahir menyampaikan opini dengan bahasa menyejukkan.


Satu lagi, disarankan para blogger jangan memberikan link milik sendiri di kolom komentar blogger lain. Kesannya kurang sopan, seperti membandingkan blog kita dengan blog teman. Kalau mau kirim link, berikan melalui aplikasi lain, jadi nggak perlu terpampang di konten seberang.

 

Semua materi tentang dasar-dasar ngeblog ini dibahas dalam satu WAG khusus untuk pemula. Awalnya kami belajar dari kelas online gratis, termasuk diundang ikut webinar-webinar dengan blogger senior (ini cuma istilah saya untuk blogger yang berpengalaman). Pembahasannya  seru juga karena mendengar cerita-cerita jatuh bangun mereka selama ngeblog.    


Dari sekian banyak kelas dan webinar tersebut, saya mengambil kesimpulan, blogger pemula sebaiknya mengindari ekspektasi berlebihan dari ngeblog.


Ekspektasi berlebihan di sini maksudnya, ngeblog saja dengan tekun dan konsisten dulu. Jangan terlalu berharap kalau blognya langsung dikenal dan ramai dikunjungi, apalagi menang lomba dan dapat uang banyak. Carilah dulu keasyikan dari menulis, agar tetap termotivasi dan terus semangat ngeblog.


Sebagai pemula, kami juga disarankan untuk punya buku panduan, yaitu Ngeblog dari Nol, Panduan Lengkap Belajar Blogging untuk Pemula. Buku ditulis barengan antara Ibu Widyanti Yuliandari (Ketua Umum IIDN), Ibu Alfa Kurnia, Ibu Nunu Amir, berisikan pedoman dan langkah awal mulai ngeblog.



Materinya memberi wawasan baru untuk para pemula karena banyak memaparkan ilmu-ilmu ngeblog, sama seperti kelas online dan webinar yang saya ikuti.  Bedanya, buku ini bisa dilihat kapan saja jika mulai bingung membuat blog. Kalau menonton webinar agak repot, harus diputar kembali rekamannya yang cukup menyita waktu.  


Dengan membeli buku ini, kita juga  dapat bonus Blog Planner, yaitu agenda corat-coret tentang ide kepenulisan.  Dengan planner ini, kita bisa membuat outline (garis besar penulisan), untuk ide blog berikutnya. Membuat outline adalah cara agar blogger tetap konsistensi menulis, supaya blognya makin disayang mesin pencari Google.  


Jadi, bergabung dengan IIDN memberi manfaat untuk peserta yang memang mau serius ngeblog.  Di komunitas ini ada juga kesempatan untuk menambah pengetahuan melalui kelas-kelas berbayar seperti, belajar edit video, Canva, hingga tips dan trik menang lomba blog.  


Bersama IIDN perempuan diharapkan mampu tetap berkarya dan berdaya melalui kepenulisan, seperti tujuan awal berdirinya komunitas ini.


Sejarah, Visi dan Misi IIDN

IIDN diresmikan pada bulan Mei 2010, atas prakarsa seorang wanita asal Bandung yang peduli dengan potensi perempuan, yaitu Indari Mastuti. 

 

Sumber : Facebook


Setelah menerbitkan novel best seller Izinkan Aku Mencinta, Indari langsung mendapat banyak tawaran menulis. Tawaran yang membuatnya kewalahan, tapi sayang kalau dilewatkan karena belum tentu mampir lagi.


Akhirnya, dibentuk satu wadah tempat banyak penulis perempuan yang akan merespon tawaran kepenulisan tersebut. Indari sudah cukup kerepotan menangani urusan rumah tangga sekaligus freelancer di berbagai penerbitan, maka perlu bantuan rekan-rekan untuk meringankan tugasnya. Dengan adanya kerjasama ini, diharapkan kualitas buku yang diterbitkan tetap terjamin dan tidak mengecewakan pembaca.


Indari tidak ingin sukses sendiri sebagai penulis, tapi juga mau mengajak para perempuan ikut berkarya. Untuk menampung potensi mereka,  maka didirikanlah Indscript Creative. Melalui fasilitas ini, dalam sebulan anggotanya bisa menyelesaikan 60 - 100 buku.


Kabar tentang aktivitas tersebut menyebar ke kota-kota lain dan menarik minat ibu-ibu yang berdomisili di luar kota Bandung. Masalahnya, bagaimana menampung inspirasi dari ibu-ibu yang tak bisa bertemu langsung? Mereka juga ingin ikut berkreativitas dan punya karya.


Solusinya, dibuat website yang menghubungkan perempuan dari berbagai daerah yang mempunyai hobi sama. Dari sinilah mulai dibentuk website Ibu-ibu Doyan Nulis (IIDN).


Tujuan dari jejaring ini adalah mengajak perempuan berkarya dan berdaya melalui dunia tulis menulis. Menjadi penulis tidak harus melewati jenjang pendidikan tertentu. Ibu-ibu rumah tangga yang sehari-hari mengurus anak dan suami juga bisa menjadi penulis. Asalkan mau banyak membaca buku dan tekun berlatih menulis.


Awal berdiri, IIDN fokus pada penerbitan buku cetak dari anggota yang punya tulisan layak terbit. Bekerja sama dengan penerbit mayor dan indie, mereka menggarap berbagai tema buku menarik.  


Namun, sejak tahun 2017, kegiatan IIDN tidak hanya seputar penerbitan buku, tapi mulai merambah pada blog.  Saat itu, internet mulai naik daun dan ibu-ibu diajak untuk melek teknologi, mau belajar kembali, jangan cepat berpuas diri dengan pencapaian hari ini.



Melalui jaringan internet, lebih banyak lagi peluang yang bisa diraih. Dengan blog, menerbitkan tulisan tidak harus melalui penerbit lagi.  Kapan saja, tanpa mengenal lokasi dan perbedaan waktu, karya kita bisa diterbitkan.  Ide dan kreativitas perempuan akan semakin luas berkelana pada dunia digital.


Dengan mengandalkan jaringan internet nan canggih, tanpa keluar rumahpun para ibu bisa berkreasi sambil mengawasi anak-anak. Perempuan bisa mengetahui peristiwa yang sedang terjadi di belahan bumi lain, kemudian menulis ulasannya sesuai opini pribadi.  Mereka ikut jadi warga dunia melalui ide dan tulisan di blog.


Bagaimana dengan kualitas tulisan di blog, mengingat selama ini penerbitan mengandalkan editor untuk menilai naskah yang masuk?  Pasar yang menilai kualitas blog. Para pembaca, netizen, warganet, atau apapun istilahnya bisa menjadi dewan juri dari tulisan seorang blogger.


Inilah peluang yang muncul kalau menulis di blog. Kreativitas penulis bisa dituangkan dalam layar gadget, tanpa kritikan dari editor. Bisa saja tulisan yang dulu ditolak penerbit, justru punya penggemar setelah tampil di dunia virtual. Jadi, peluang memasarkan tulisan di alam maya lebih luas jangkauannya daripada sistem penerbitan konvensional.


Blog adalah peluang perempuan untuk terus memberdayakan diri melalui penulisan.  Inilah yang kemudian jadi visi dan misi IIDN.


IIDN menginspirasi perempuan supaya punya pola pikiran terstruktur dan sistematis. Perempuan umumnya identik dengan mengutamakan perasaan daripada logika. Nah, melalui karya tulisan, mereka diajak untuk menganalisis, berpikir, dan mengambil keputusan dengan mempertimbangkan fakta-fakta.


Mengapa IIDN melatih perempuan untuk menulis berdasarkan fakta? Agar mereka tidak ikutan menjadi penyebar hoaks yang kurang jelas sumbernya. Penulis sebaiknya banyak membaca, mendengar, dan mengamati sebelum menuangkan ide dalam tulisan, agar karyanya bisa dipertanggung-jawabkan serta bermanfaat untuk pembaca.  




Menulis juga bisa jadi sarana healing untuk perempuan.  Mungkin ada masalah atau trauma masa lalu yang masih terpendam, dan jadi luka batin yang sering menggores. Menulis adalah salah satu cara agar kepahitan itu bisa perlahan diatasi.


Healing ini bukan harus ditulis di blog atau buku. Kalau segan curhatan pribadi dibaca publik, tulislah kegundahan hati pada kertas yang hanya bisa dilihat sendiri. Selama curhatan edisi pribadi tersebut, perasaan lega akan mengalir, sementara keahlian menulis semakin mahir.


Setelah hati tenang dan semakin mahir menulis, barulah bisa menjelma jadi penulis sesungguhnya.


Selanjutnya, perempuan yang berpola pikir struktur dan sistematis, serta punya ketenangan jiwa, bisa memperoleh peluang ekonomi dari kegiatan merangkai kata-kata.


Jadi, menulis tidak hanya sebagai wadah curhat-curhatan, tapi dapat memberikan kesempatan para perempuan untuk mandiri secara finansial. 


Inilah yang menjadi harapan untuk semua anggota IIDN yang terus aktif dan konsisten menulis. Mereka tidak hanya menulis, tapi mampu meraup penghasilan dari karyanya.


Sekarang anggota IIDN telah mencapai sekitar 22.000 orang, yang tersebar di seluruh penjuru Indonesia hingga luar negeri, dengan rentang usia 20-an sampai 80-an. Status mereka mulai dari para mama dan calon mama, dengan beragam pekerjaan, seperti pegawai kantoran, wiraswasta, hingga ibu rumah tangga. 


Para perempuan yang berkarya pada komunitas ini bisa menjadi inspirasi bagi rekan-rekan di sekitarnya, kalau mereka mampu berdaya melalui karya tulis. Apapun profesi sekarang, menulis adalah kegiatan mengasyikkan untuk menambah teman, pengalaman, dan, boleh jadi, cuan.


Kegiatan-kegiatan IIDN

Siapa tahu ada yang tertarik bergabung, tapi pingin kenalan dengan kegiatan yang sudah pernah dilaksanakan IIDN, boleh-boleh saja dipantau dulu. 




Berikut penjelasan kegiatan yang pernah diselenggarakan oleh komunitas ini.

1. Grup WA

Pertama kali bergabung di IIDN, maka anggota baru dimasukkan dalam  WAG khusus untuk pemula. Mereka diarahkan oleh blogger-blogger yang sudah berpengalaman, diberi tugas untuk diselesaikan, termasuk berlapang dada jika dikritik karena membuat kesalahan. 


Awal pembelajaran, biasanya langsung berlatih membuat blog baru dan mempelajari istilah-istilah blog. Sebagai pemula, ada saja kekeliruan yang diperbuat, tapi para blogger mentor siap memberikan solusi untuk para pendatang baru.


Setelah melihat hasil karya pemula selama beberapa minggu, bagi blogger yang sudah memenuhi syarat, selanjutnya naik kelas ke WAG baru. Nah, di dalam grup baru ini biasanya sudah ada blogger dari berbagai status. Artinya, anggota bukan hanya dari pemula, tapi blogger senior yang sudah malang melintang di dunia konten.  


Asyik, kan? Tapi, pantang minder karena semua sama-sama belajar.


2. Kelas Menulis

Kalau ada yang bertanya, kelas ini berbayar nggak? Jawabnya, tergantung. Awal bergabung di IIDN, peserta baru mendapat kelas gratis tentang blog. Di sini para pemula benar-benar belajar bagaimana memulai blog, kemudian kita ada tantangan untuk ikut blogwalking.


Apa itu blogwalking?


Blogwalking itu ibarat berkunjung ke rumah orang lain secara digital, tapi rumah di dunia digital agak berbeda. Blog jadi tempat yang kita dikunjungi.  Supaya ada rekam jejak kalau kita pernah berkunjung ke sana, maka kita meninggalkan komentar positif di kolom blog yang bersangkutan.


Seperti komunikasi dua arah, blogwalking memberi manfaat berganda untuk blogger.  Pertama, blogger jadi terlatih menulis. (Apa yang mau dikunjungi blogger lain kalau kalau blog kita kosong melompong?). Kedua, bersosialisasi menambah teman. (Saling bersilaturahmi dengan berkunjung ke rumah blogger lain).


Jadi, semakin rajin ikut blogwalking, semakin banyaklah tabungan tulisan di blog pribadi, dan semakin banyak pula pengunjung blog kita.  



IIDN juga memfasilitasi anggota dengan menyelenggarakan IIDN Academy Writing, Acara ini seperti kelas online jarak jauh yang membahas beragam tema kepenulisan. Di Academy Writing, IIDN mulai menawarkan jadwal kelas-kelas online berbayar. Harganya beragam dan cukup terjangkau. Para blogger yang tertarik menambah ilmu, boleh segera mendaftar.  


Jadi, kelas gratis hanya diberikan untuk pemula yang ingin mengenal seluk beluk blog.  Kalau memang tertarik untuk melanjut, mereka boleh ikut kelas-kelas berbayar yang disediakan IIDN.  Pilihannya kembali pada minat dan niat anggota tersebut.


3.  Menulis buku antologi bersama

Blogger sulit dipisahkan dari keterampilan merangkai huruf-huruf yang dipadupadankan menjadi kalimat bermakna. Mereka menulis kisah-kisah menarik, yang siapa tahu bisa menginspirasi pembaca.


Akan tapi, tidak semua orang membaca blog. Ada yang lebih suka membaca buku daripada berselancar di dunia maya.  Sayang sekali jika cerita inspiratif para blogger terlewati para pencinta buku. 



Seperti kegiatan di awal peresmian dulu, IIDN tetap membuat buku antologi yang ditulis barengan oleh blogger-blogger yang berminat, dan punya kisah menarik. Tulisan-tulisan yang diterbitkan dalam buku ini adalah karya yang lolos seleksi dan memenuhi syarat. 


Adapun buku-buku antologi yang sudah diterbitkan oleh IIDN adalah :

  • Semeleh
Berserah bukan menyerah.  Ini adalah tema buku antologi yang ditulis oleh ibu-ibu yang bergabung dalam IIDN. Buku ini berisi tentang pengalaman pribadi saat melewati masa-masa sulit.


Melalui buku ini pembaca diajak untuk selalu menjaga self love, rasa syukur, dan penerimaan setelah melewati pengalaman kelam. Pengalaman kelam tersebut bisa menjadi pelajaran berharga yang perlu diterima dengan sabar, agar mampu melangkah lagi dengan karakter yang lebih baik. 

  • Pulih
Buku ini adalah kumpulan 25 cerita dari anggota IIDN yang mengisahkan tentang orang-orang yang berhasil bangkit dari masalah kesehatan mental.




Menulis kisah masa lalu yang suram pada Pulih, adalah cara self healing bagi orang yang pernah berjuang dari kesedihan berkepanjangan.  Ada perasaan pahit yang sulit diungkap, tapi bersama grup support Ruang Pulih, para penulis berani menyampaikan pengalaman getir mereka.

  • Single, Strong, and Sparkling
Buku dengan sampul berilustrasi high heel iniberisi kisah perempuan-perempuan single dan bahagia. Di usia yang merangkak kepala tiga dengan status sorangan, figur mereka kerap mendapat sorotan dari masyarakat yang menghendaki agar perempuan segera menikah.

 
Walaupun sering dipojokkan, tapi mereka punya pilihan hidup dan prinsip mandiri. Enggan terjebak dalam streotipe wanita lajang kesepian, perempuan-perempuan hebat ini membuat keputusan yang justru bermanfaat untuk orang lain.

  • Bikin Ketawa
Buku bersampul kuning ini berisi kisah-kisah jenaka yang biasa terjadi dalam keluarga. Ada kisah tentang keluarga yang tersesat saat plesiran ke luar negeri.  Ada pula tentang hubungan ibu dan anak yang kocak, hingga kebiasaan di rumah yang membuat malu saat tamu berkunjung.


Cerita-cerita yang mengundang senyum karena dekat sekali dengan keseharian keluarga.  Buku ini pas dibaca untuk meningkatkan mood yang kacau balau seharian. Setelah lelah dan suntuk, bolehlah menelusuri lembaran-lembaran kisahnya untuk mengusir kejenuhan.

  • Ngeblog dari Nol
Saat pertama kali bergabung di IIDN, inilah buku yang direkomendasi untuk para blogger pemula.  Isinya tentang langkah awal membuat blog, istilah-istilah blog, serta contoh blog dari blogger senior. Bahasanya sederhana dan yang mudah dimengerti oleh anggota baru mendaftar.


4. Webinar Gratis
IIDN rutin mengadakan webinar dengan tema yang beragam. Karena komunitas penulis perempuan, umumnya topik pembahasan berkaitan dengan tema perempuan, seperti kesehatan kaum ibu, parenting, kemandirian dan kekuatan diri, hingga tips dan trik menulis di blog.




Walaupun didominasi oleh tema tentang perempuan, tapi para pria tetap boleh bergabung jika berminat. Cocok juga kalau mereka ikut mendengarkan topik yang dibahas, supaya paham pola pikir wanita dan mampu berkomunikasi dengan pasangannya.


Selain tema di atas, ada lagi topik menarik yang pernah dibahas IIDN, seperti sampah, kesehatan mental, motivasi berkarya, sampai diskusi dengan blogger pria dan wanita yang punya rekam prestasi mumpuni. Narasumber webinar IIDN nggak harus wanita, karena yang terpenting adalah ilmunya bukan perbedaan gender.



5. Menyelenggarakan perlombaan
Selain rutin membuat kelas menulis, IIDN juga menyelenggarakan lomba.  Event seperti ini cocok sekali sebagai feedback untuk anggota yang sudah sering ikut pelatihan di komunitas.  Dari hasil lomba, bisa dipantau sejauh mana mereka mampu menyerap ilmu yang sudah dipelajari.  






Walaupun diselenggarakan oleh IIDN, lomba-lomba ini terbuka untuk peserta yang berasal dari luar komunitas. Siapa saja boleh ikut.  Hitung-hitung mengukur kemampuan bersaing dengan talenta-talenta bersinar.


Bagi anggota IIDN, mengikuti lomba berarti bisa menjadi tolak ukur jerih payahnya bertekun dan berlatih menulis. Sampai sejauh mana kemampuannya dibandingkan rekan-rekan lain? Sudah bisakah dibanggakan? Menang atau kalah, tetaplah suportif karena selalu ada yang diperoleh. Menang dapat hadiah, kalah dapat pengalaman. Iya, kan?


7. Kopdar (kopi darat) 
Jika dulu anggota IIDN lebih sering bertemu secara online, maka kopdar (kopi darat) memungkin mereka untuk langsung bertatap muka.  Kalau selama ini hanya berkenalan melalui layar laptop atau hape, sekarang bisa ngobrol seru.


Sumber : fimela.com

Inilah kesempatan untuk bersua dengan banyak blogger, sekaligus berbagi tips sukses menulis.  Waktu yang tepat untuk  untuk menambah relasi, siapa tahu ada tawaran kerjasama menarik.  Berbagi kartu nama, nomor WA, atau email, bisa jadi langkah awal memperluas jejaring di di bidang per-blogger-an. 


Kegiatan IIDN pada tahun 2022

Nah, ini informasi menarik bagi yang ingin bergabung di komunitas IIDN. Seperti tahun-tahun sebelumnya, IIDN sudah menyiapkan kegiatan beragam untuk tahun ini, yaitu :

1. Kelas basic
IIDN kembali membuka kelas bagi calon penulis atau penulis pemula untuk bergabung dan belajar pondasi awal dari kepenulisan blog. Di kelas basic ini, pemula belajar tentang dasar-dasar dulu.  Diajak mencari kesenangan dalam ngeblog, termasuk menemukan ide sederhana namun bisa jadi tulisan yahud.


Menurut pengalaman saya, kelas basic ini penting diikuti sebelum berniat serius jadi blogger.  Ada tata cara berbeda antara menulis blog dengan menulis  buku. Kalau menulis secara konvensional, sederhana saja.  Tinggal mencari penerbit yang mau menerbitkan karya kita.


Beda dengan blog, kita bisa langsung menerbitkan tulisan secara digital , langsung terbit pada hari yang sama, nggak perlu penantian lama. Hanya saja, blogger sebaiknya melek teknologi supaya tulisan kita sering dilirik oleh Google sekaligus netizen.  Ada istilah seo, da/pa, ga, yang sangat mempengaruhi rekam jejak tulisan kita di dunia maya.  Istilah-istilah inilah yang perlu dipelajari.




Walaupun ada trik dan tips sukses di mesin pencari, kualitas tulisan tetap diprioritaskan. Bagaimana cara membuat tulisan berkualitas sekaligus dianakemaskan Google? Nah, itulah gunanya ikut kelas di IIDN.  Kita belajar bersama di komunitas ini.


2. Program sharing dengan penerbit buku dan belajar editor
Selain blog, IIDN juga mendukung anggotanya yang mempunyai potensi sebagai penulis buku. Walaupun sejak 2017 lebih memfokuskan pada konten digital, tapi peluang penerbitan buku tetap terbuka.  


Sampai sekarang IIDN masih menyelenggarakan sharing dengan para penerbit dan editor. Kegiatan ini banyak ditayangkan melalui webinar. Jadi, kesempatan untuk mengajukan buku, terbuka untuk semua anggota di berbagai daerah.


3. Penerbitan antologi 

IIDN tetap membuka kesempatan bagi para penulis untuk ikut dalam program nulis bareng buku antologi, dengan tema beragam. Kisah-kisah unik serta memenuhi syarat akan dikumpulkan dan diterbitkan bersama, seperti tahun-tahun sebelumnya.


Apa kelebihan buku antologi?  Proyek barengan ini jadi menarik karena sumbernya diambil dari karya banyak penulis, yang berkarakter.  Setiap kisah yang dimuat, punya ciri khas yang berbeda dengan cerita lainnya. Pembaca tak akan bosan membaca lembar demi lembar, karena ada kejutan dari setiap kisah kontributor.




4. Grup WAG untuk blogger
IIDN selalu membuka kesempatan untuk perempuan yang berminat menjajaki arena per-blogger-an. Banyak kesempatan untuk belajar, bersosialisasi, menambah relasi, hingga penghasilan pada aktivitas ini. 


Hanya saja, sukses di sebagai blogger perlu proses, tidak bisa instan,  melalui pembelajaran di kelas online ataupun mencari pengalaman dengan praktek langsung. Ada masa-masa bersemangat ataupun jenuh yang muncul silih berganti.


Bagaimana agar tetap konsisten nge-blog? Salah satu caranya adalah bergabung dengan komunitas penulis perempuan, seperti IIDN. Apalagi tahun 2022 ini, IIDN tetap membuka kesempatan baru bagi perempuan yang tertarik menjadi blogger profesional.


Caranya? Follow saja akun IG IIDN @ibuibudoyannulis. Semua kegiatan komunitas disebarkan melalui medsos. Jadi supaya tak ketinggalan informasi terkait, rajin-rajinlah memantau kabar yang dimuat di akun ini.


5. Kelas blogging
ini adalah lanjutan dari dari grup WAG di atas.  Untuk para anggota yang berminat melanjutkan niat sebagai blogger, akan diadakan kelas dengan topik pilihan.


Kalau tahun-tahun sebelumnya ada kelas berbayar, maka pada tahun ini akan banyak diadakan kelas tidak berbayar, tapi ditukar dengan karya (blogpost/tulisan di blog) yang memenuhi syarat dan komitmen. Jadi, semua anggota bisa ikut belajar di kelas online, yang ditukar dengan tulisan  berkualitas.


6.  Lomba blog
Apa gunanya sering belajar dan berlatih, tapi ilmunya belum pernah dipraktekkan? Kita akan sulit mengetahui sampai sejauh mana kemajuan dari usaha jerih payah selama ini.


Lomba-lomba blog adalah feedback bagi blogger untuk mengukur kemampuannya. Melalui event seperti ini, blogger jadi berani berkompetisi secara sehat, sekaligus mengetahui kemahiran dalam menuturkan ide dan opini.



Tahun ini, IIDN kembali akan menyelenggarakan berbagai lomba blog. Yuk, ajak teman-teman semua. Semakin ramai, semakin seru kompetisinya.


Genap Berusia 12 Tahun, Sukses Selalu untuk IIDN

Akhir kata, selamat ulang tahun ke-12 untuk IIDN.  Senantiasa tangguh dan gigih menginspirasi perempuan Indonesia untuk berani berkarya dan berdaya dalam kepenulisan.  




Melalui komunitas penulis ini, semoga perempuan mampu jadi figur berkarakter dan mandiri, serta berdampak bagi lingkungan sekitarnya. Perempuan bisa jadi sosok membanggakan dan diandalkan dalam situasi berkilau atau kelam, karena dia adalah berlian yang selalu memancarkan sinar walaupun lama terkubur dalam tanah.



Sumber referensi :

1.  Indari Mastuti, Srikandi Ibu-ibu Doyan Nulis dan Sekolah Perempuan, Kompasiana, 24 Oktober 2017.
https://www.kompasiana.com/ikhwanulparis/59ee2f22f1334448b22756d2/indari-mastuti-srikandi-ibu-ibu-doyan-n

2. Komunitas Ibu-ibu Doyan Nulis :  Buka Peluang Lewat Menulis, 05 Maret 2021,
https://www.fimela.com/fimelahood/read/4493140/komunitas-ibu-ibu-doyan-nulis-buka-peluang-lewat-menulis

3. Permintaan ISBN Meningkat Setiap Tahunnya, Pernerbit Berkontribusi Mendukung Sisi Hulu Literasi, 28 Mei 2021
https://www.perpusnas.go.id/news-detail.php?lang=id&id=210528123402SgO6tmKQGz

4. https://ibu-ibudoyannulis.com/

5. Pixabay

6. Canva


Selasa, 14 Juni 2022

Who Moved My Cheese dan Memanfaatkan Pikiran Negatif




Ceritanya, beberapa hari yang lalu pas lagi bersih-bersih lemari,  saya menemukan buku Who Moved My Cheese karya Spencer Johnson, M.D.  Edisi terbitan lawas ini terdiri dari 105 halaman, hurufnya dicetak besar seperti buku anak SD. Kalimatnya juga sederhana dan dijamin nggak membuat kulit dahi berkerut.


Dengan tampilan demikian, mudah membacanya hingga selesai dalam waktu singkat.  


Dulu pernah membaca buku ini, tapi cuma sekilas saja. Pada waktu itu, isinya belum relevan dengan situasi dunia yang masih aman dan damai. Namun, sejak pandemi merebak, kisah dalam buku ini jadi akrab. Banyak terjadi perubahan yang membuat rumit jika tidak siap beradaptasi.  Salah satunya adalah teknologi.


Nggak mudah kalau mau berubah, apalagi jika sudah masuk dalam daftar gaptek-er. Tapi, menolak perubahan dan enggan belajar lagi, akibatnya bisa ketinggalan dari orang lain yang sudah melesat kencang. Yap, seperti tokoh-tokoh dalam Who Moved My Cheese?.


Sekilas isi buku seperti kisah dongeng, tapi sebenarnya cerita ini disampaikan oleh figur Michael pada reuni singkat dengan teman-teman sekelas dulu. Bermula dari keluhan mereka tentang carut-marut hidup yang berbeda dari pelajaran di sekolah, Michael memaparkan kisah tentang dua tikus, Sniff dan Scurry, versus dua kurcaci, Hem dan Haw, dalam mengatasi tantangan.


Kisahnya dimulai dengan kedua tikus yang identik dengan hewan, ternyata lebih mudah beradaptasi daripada kurcaci, yang lebih dekat dengan karakter manusia. Dengan penciumannya yang tajam, tikus Sniff dan Scurry, tahu kalau persediaan keju yang mulai menipis. Mereka pun keluar dari pojokan nyaman, Stasiun C (Cheese), untuk pergi menyusuri labirin misterius.


Beda dengan Hem dan Haw yang masih mengandalkan status kelas atasnya, dua kurcaci ini menolak fakta kalau keju sudah semakin langka. Mereka yakin, entah bagaimana caranya, persediaan keju akan kembali stabil. Kelangkaan itu cuma ilusi, toh dari dulu aman-aman saja.


Hingga kemudian prediksi Sniff dan Scurry terbukti, keju benar-benar habis dan kelaparan mulai mengancam. 



Lain lagi dengan Hem dan Haw. Mereka dihantui kepanikan karena persediaan makanan terus menipis. Terbiasa dengan posisi stabil, awalnya Hem dan Haw menolak mencari persediaan keju baru. Keduanya justru marah-marah karena menganggap ada yang mengurangi porsi keju.  


Pada pertengahan kisah, Haw akhirnya mengikuti jejak tikus untuk keluar dari Stasiun C (Cheese), pergi menyusuri labirin. Dia tahu harapan mendapat tambahan keju di tempat lama sudah pupus. Keju tidak tumbuh sendiri seperti pepohonan. Kalau mau bertahan hidup, Haw sebaiknya mencari lokasi baru.


Sementara Hem tetap bertahan dengan keyakinan kalau situasi akan kembali normal.


Hem dan Haw sama-sama diliputi pikiran-pikiran negatif tentang situasi dan kondisi mereka. Bedanya Haw mau mengikuti perubahan, belajar menelusuri jalan baru, meskipun tanpa pengalaman. Sementara Hem menyerah pada nasib.


Petualangan Haw bukan berarti bebas tantangan. Banyak kesalahan dibuatnya, beberapa kali tersesat, termasuk menemukan keju yang kualitasnya jauh dari harapan. Namun, Haw terus berusaha, bukan menyerah pada rasa takut. Dia menganggap labirin adalah lorong-lorong fantasi dengan variasi impian yang sudah menunggu di suatu tempat.


Hingga di akhir perjalanan dia menemukan kejutan!


Kedua kurcaci ini punya pikiran negatif, namun respon mereka membuat hasil berbeda.  Apa saja pikiran-pikiran negatif mereka?


  • Takut
Haw dan Hem terbiasa hidup tenang dan nyaman di Stasiun C. Mungkin keduanya nggak pernah melihat dunia luar, karena selama ini semua kebutuhan mereka terpenuhi. Untuk apa mencari pengalaman baru di daerah asing kalau bisa bersantai sekarang?  Dalam benaknya, dunia luar itu penuh dengan ancaman dan tindak kejahatan (memang ada benarnya juga).  


Jadi, ketika persediaan keju menipis, mereka terus menetap di stasiun C. Ketakutan pada dunia labirin yang tak pernah dijelajahi, membuat kedua kurcaci tersebut bertahan di tengah ancaman kelaparan.


Namun, kemudian Haw berubah pikiran. Daripada fokus pada cerita tentang jebakan labirin, Haw lebih takut mati kelaparan. Boleh jadi dia berpikir,  tinggal di Stasiun C atau berkelana di antara labirin, resikonya sama saja. Sama-sama bisa mati karena kelaparan atau mati tersesat di labirin.  


Rasa takut justru membuatnya berani melangkah pada tempat yang sama sekali asing. Pikiran negatif ini mendorongnya untuk mencari pengalaman baru pada lokasi yang belum pernah disinggahi.  Ketakutan justru jadi motivasi Haw untuk terus maju.


  • Cemas 
Beda dengan perasaan takut yang berasal dari situasi yang  pernah dialami, cemas adalah kekuatiran dari hal-hal yang belum kelihatan.  Hem dan Haw sudah cemas duluan pada kenyataan yang mungkin mereka temukan di labirin misterius. 


Kedua kurcaci cemas bagaimana mampu beradaptasi dengan dunia luar.  Juga cemas membangun hubungan sosial lain, apalagi selama ini mereka sudah punya banyak teman di Stasiun C. Status sosial di tempat lama sudah mentereng. Berada di lingkungan baru berarti memulai kembali lagi dari nol, yang biasanya butuh energi ekstra.



Namun, Haw lebih cemas lagi dengan keadaan mereka di masa mendatang. Siapa yang bisa memastikan apakah besok masih ada persediaan keju?  Adakah yang mau menolong mereka kelak, sementara makanan terus menipis?  


Daripada berasumsi terus dan berkutat dengan kecemasan, Haw memilih untuk keluar dan melihat langsung bagaimana situasi di labirin. Asumsi jarang memberikan solusi, bertindak langsung boleh jadi pembuktian terbaik.


  • Imajinasi
Overthinking, mungkin itu istilah yang lebih akrab, yaitu memikirkan hal-hal yang belum tentu terjadi. Hem dan Haw sudah membayangkan duluan resiko-resiko yang muncul saat keluar mencari lokasi baru.


Bagaimana kalau nanti mereka tersesat di jalan? Apa jaminan  persediaan keju masih ada di luar? Jangan sampai sia-sia berjalan jauh, jika hasilnya tidak ada. Karena overthingking duluan, kedua kurcaci ini tetap sembunyi di Stasiun C.


Kemudian Haw memilih mengubah imajinasi menakutkan menjadi fantasi yang menyenangkan. Alih-alih memikirkan marabahaya yang mungkin muncul dari labirin, dia hanya membayangkan kejutan dan tantangan yang akan ditemukannya di sana.


Karena pola pikirnya sudah berubah, Haw jadi bersemangat mengharapkan petualangan seru yang akan dilalui, yakin menemukan keju baru.  Setiap kesalahan atau kesulitan yang terjadi dalam labirin, dibawa dengan tawa saja, persis seperti namanya (Hawhawhaw).


Hem dan Haw sama-sama terjebak dalam pikiran negatif.  Hanya saja, Haw menolak takluk dan memilih jalannya sendiri. Sedangkan Hem terus bertahan di tempat lama sambil terus berkutat dengan pikiran negatif. Hingga akhir cerita nasib Hem masih misterius, persis seperti cerita anak-anak dulu, Pilih Sendiri Petualanganmu. Pembaca diajak menarik kesimpulan.


Usaha Haw mengubah pikiran negatif menjadi peluang untuk menemukan pengalaman baru, mengingatkan saya pada awal pandemi tahun 2020 lalu.  


Kebayang, kan, setiap hari melihat tembok rumah selama karantina massal?  Kata orang, kalau terus menerus melihat hal yang sama setiap hari, bisa kebingungan sendiri. Ada yang menyarankan, carilah kegiatan baru supaya hati tetap tenang.


Tapi, kegiatan apa?  


Kalau berkebun, biasanya tanaman yang disemai justru banyak yang mati. Kalau memasak, sering rasa makanannya jadi kacau. Kegiatan yang banyak dikerjakan orang lain, kok nggak ada yang menarik. Kayaknya harus cari ide lain.


Karena di rumah ada gadget dan wifi, maka dicobalah buat blog.  Siapa tahu menyenangkan?  Benar, awalnya memang hanya coba-coba, karena kelihatannya mudah saja buat blog.  Tinggal ketak-ketik, selesai!


Ternyata salah besar.


Membaca blog saja jarang, tiba-tiba sekarang saat mau menulis blog, maka yang muncul malah kekacauan. Tulisannya gimana, temanya apa, kadang membingungkan. Nggak terhitung berapa kesalahan yang dibuat.


Tapi, namanya juga sudah minat dan niat. Kalau sudah ada niat, biasanya lebih mudah untuk mau belajar. Jadi, sejak pandemi, saya terus cari info tentang blog.



Banyak istilah-istilah dalam blog yang belum dipahami. Bagi yang terbiasa nge-blog, mungkin sudah familiar dengan seo, ga, da/pa, atau kw. Tapi sama pemula istilah ini sukses buat minder. Kalau belum paham yang beginian, ketahuan jam terbangnya masih merangkak. Hehehe. Langsung kelihatan mana yang sudah berpengalaman, mana yang masih perlu sering terjun ke lapangan.


Seperti kisah Haw, walaupun sulit dan agak membingungkan, tetaplah dipelajari dulu. Menulis blog memang agak ribet, karena bukan hanya belajar tentang kepenulisan, desain atau gambar, tapi juga istilah-istilah yang diatas tadi, alias paham IT.


Sebenarnya bisa saja nggak peduli dengan perkembangan IT dan tetap ikut cara lama, nulis-nulis seperti biasa, misalnya. Tapi, melihat orang lain terus berkembang, sementara kita tetap terpaku di tempat lama, kayaknya kurang pas kalau cuma berdiam diri. Nggak ada salahnya penasaran, karena ternyata ... asyik juga belajar blog.


Pesan dari buku Who Move My Cheese ini cocok dengan situasi setelah melewati pandemi 2 tahun. Teruslah cari kesempatan untuk menemukan pengalaman baru, karena ada peluang untuk memperluas posisi nyaman.  Seperti Haw, buatlah rasa takut dan cemas jadi motivasi untuk berkarya. Beranilah berimajinasi, walaupun jalan yang ditempuh masih misterius.







Sabtu, 04 Juni 2022

Dedikasi Super Pak Ferry Bekerja Sebagai Petugas Kebersihan


"Hah! Nulis tentang saya? Waduh! Jangan, Kak, nanti jadi cerita sedih." Begitu tanggapan Pak Ferry mendengar niat saya meliput kegiatannya sebagai petugas kebersihan super.


Bekerja sejak tahun 2010 sebagai petugas kebersihan (pengangkut sampah) di kompleks kami, menarik juga kalau bisa berbagi cerita tentang Pak Ferry.  Selama ini cuma kenal selintas saja, sekedar urusan sampah.  Namun, melihat dedikasinya sampai bertahun-tahun, boleh juga kalau kisahnya ditulis. 


Jarang-jarang ada orang yang bisa bertahan segitu lama, apalagi kerjanya setiap hari di lapangan, kena hujan dan sinar matahari. Dengan seragam lengan panjang kuning plus sepatu boot, Pak Ferry konsisten bertugas tahun demi tahun.


Inilah topik yang ingin saya angkat jadi tema tulisan. Bukan cerita sedih seperti yang diucapkannya di atas. Sudah banyak cerita sedih di luar sana, saya tak mau lagi menambahnya di sini.


Setelah saya jelaskan, akhirnya Pak Ferry setuju kisahnya dimuat di blog ini.  Siapa tahu bermanfaat untuk orang lain.



Pak Ferry bukan petugas kebersihan pertama yang ditempatkan di kompleks kami.  Seingat saya, sebelum bapak ini datang, ada 3 atau 4 orang petugas kebersihan yang semuanya bermasalah.


Gimana nggak bermasalah? Ada yang nongol cuma seminggu sekali. Setelah sampah dibiarkan menggunung, barulah petugas kebersihan muncul tanpa rasa bersalah. Ditegur berkali-kali? Cuek saja dia!  Kalau menagih iuran, cepat datangnya. 


Warga marah dengan petugas ini. Melalui kepling (kepala lingkungan), digantilah dengan orang lain.


Masalah belum selesai. Petugas yang baru  juga jarang nongol, pernah datang sekali dua minggu.  Alasannya iuran nggak dibayar. Lagi-lagi warga tak puas. Kami sudah membayar iuran,  tapi nggak jelas uangnya mengalir ke mana.  Terjadi pergantian lagi.


Sekali ini petugas kebersihannya dapat yang  rajin. Kerjanya memang oke. Sayangnya, hanya bertahan beberapa bulan karena dia jatuh sakit. Barulah kemudian datang Pak Ferry.


Akhirnya, Pak Ferry yang terus bertugas di kompleks kami.  Sampai sekarang. Kerjanya pun bersih dan rajin.  Bapak ini datang seminggu 3 kali. Jadwal disesuaikan selang 2 hari,  kecuali hari Minggu.



Setiap tahun, cuti terlama Pak Ferry adalah saat Lebaran, itu pun cuma 3-4 hari.  Warga juga sudah dapat pemberitahuan lebih dulu kalau dia mau cuti lama, jadi bisa mengantisipasi jika punya banyak sampah. Warga bisa memilih, apakah membuang sendiri atau sabar menunggu 4 hari.  


Kalaupun Pak Ferry ada keperluan selama beberapa hari dan harus cuti, biasanya sudah disiapkan pengganti. Jadi, sampah warga nggak terlantar.  Pokoknya, selama bertahun-tahun ini, kebersihan lingkungan warga aman terkendali. 


Walaupun sudah bekerja dengan baik, banyak penghuni kompleks yang tidak mengenal nama bapak ini.  Ketika saya tanyakan pada tetangga dan satpam, jarang ada yang kenal dekat.  Semua hanya tahu "petugas pengangkut sampah". Itu saja. 


Bapak ini sepertinya bukan tipe yang hobi ngobrol ngalor-ngidul.  Orangnya lebih suka diam dan hanya berbicara seperlunya. Jarang bersosialisasi dengan warga.  Mungkin bagi dia yang penting tugas selesai.



Karena itu saya sempat ragu waktu mau menyampaikan niat untuk menulis profilnya. Bakalan diterima atau ditolak, nih?  Orangnya pendiam sekali.  Sempat juga kuatir akan dicuekin. Untunglah, kekuatiran saya tak terbukti. 

Pandemi dan Menang atas Rasa Takut

Dua tahun ini, pandemi jadi peristiwa yang paling mempengaruhi masyarakat. Ketakutan, kecemasan, kekuatiran, mencengkeram kuat sisi kehidupan sehari-hari. 


Saya ingat masa awal pandemi,  setiap hari media selalu menayangkan berita-berita mencekam. Orang-orang jatuh sakit karena virus misterius. Korban terus bertambah, rumah sakit kewalahan menangani pasien. Sementara, solusi mengatasi masalah ini belum ada. 


Selagi rame membahas berita di media,  mendadak muncul kabar mengejutkan di kompleks perumahan kami. Salah seorang warga yang baru pulang dari luar kota,  tiba-tiba sesak nafas dan dibawa ke rumah sakit. Setelah beberapa hari dirawat, pasien itu meninggal dunia.


Hasil diagnosa dokter sudah bisa ditebak.


Kepanikan menyebar secepat hembusan angin di kompleks. Semua warga langsung berkurung di rumah. Pedagang keliling segera dibatasi masuk ke lingkungan. Suasana jadi benar-benar sepi.  Apalagi malam hari, sudah seperti kota mati,  tak ada terdengar suara apa pun.


Begitu juga pagi hari,  warga hanya duduk sambil berjemur di depan rumah masing-masing. Semua sibuk dengan kekuatirannya.  Kalau tak perlu,  nggak usah dulu ketemu siapapun.  Berbicara dengan orang lain saja selalu berjarak jauh, seperti ada permusuhan. 


Di saat banyak orang ketakutan, saya lihat Pak Ferry tetap bekerja mengangkat sampah seperti biasa.  Datang dengan seragam lengkapi, tapi sekarang ditambah masker dan sarung tangan. Dia anteng saja bekerja, seperti tak terjadi apa-apa.  Kelihatan tenang-tenang saja, tapi entahlah dalam hatinya.


Kalau dipikir, seram juga mengangkat sampah situasi begini. Masker, tisu, hingga kapas yang kena cairan tubuh, banyak bertebaran di tong sampah dan rentan sebagai pembawa virus. Resikonya besar juga. 


Pandemi di kompleks terus berlanjut dan dari informasi yang saya dengar,  ada sekitar 50% warga yang terjangkit Covid19. Dari jumlah itu,  sebagian meninggal,  ada yang masuk perawatan rumah sakit, hingga isoman. 


Di situasi demikian,  saya lihat Pak Ferry terus rutin bekerja, nggak ada cutinya. Dia sehat selalu. Saya pikir, sakti mandraguna juga bapak ini.  Nggak pernah  terjangkit.  Mungkin karena sering kena sinar matahari, virus yang sempat hinggap langsung mati.  Atau sudah  kebal sama virus gara-gara setiap hari pegang sampah.  Entahlah. 




Karena dia bugar selalu, saat pandemi lingkungan kami tetap bersih. Apalagi, Pak Ferry terus konsisten bekerja. Mau hujan atau panas terik, lewat semua. 


Sebenarnya, beruntung juga warga karena Pak Ferry tetap sehat.  Kalau bapak ini ikutan sakit, alamat gawat. Jika sampah menumpuk, jangan-jangan virusnya makin betah. Untunglah,  hal itu nggak pernah terjadi karena petugas kebersihan kami baik- baik saja.

Alasan Pak Ferry Layak Jadi Pahlawan 

Pahlawan di negara kita dikenal sejak zaman peperangan melawan penjajah, lebih 76 tahun lalu.  Saat itu banyak orang yang berjuang untuk merebut kemerdekaan bangsa. Sebagian dari pejuang itu dianugerahi tanda jasa pahlawan nasional. Sebagian lagi wafat sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. 


Sekarang ketika perang sudah usai,  pahlawan bukan hanya orang yang melawan penjajah.  Pahlawan zaman sekarang adalah mereka  yang berjasa karena memberi manfaat untuk masyarakat,  walau keberadaannya sering luput dari perhatian. Meski demikian, mereka tetap bekerja dengan penuh dedikasi, hingga layak disebut pahlawan. 


Menurut saya, Pak Ferry patut mendapatkan gelar pahlawan,  walaupun tugasnya setiap hari hanya mengangkat sampah. Berkat tenaganya, warga bisa menghirup udara segar bebas aroma busuk. 


Kalau dengar cerita dari Bapak ini, nggak mudah bekerja sebagai petugas kebersihan. Selain menghirup sampah setiap hari,  dia juga bekerja di beberapa kompleks perumahan lain. Waktunya setiap hari berurusan dengan sampah, kecuali Minggu. Kadang-kadang tanggal merah pun masih bekerja.


Dulu sebelum ada petugas kebersihan di kompleks, warga kurang disiplin membuang sampah.  Jangan heran kalau di perumahan pernah ada gunung sampah. Waktu itu,  penghuninya masih sedikit,  sekitar 50 kepala keluarga.  Jadi,  gunung sampah belum jadi masalah.


Seiring proyek perumahan terus berkembang,  penghuni kompleks ikut bertambah. Gunung sampah terus meninggi,  mulai memanggil lalat dan menyebarkan aroma busuk. Banyak warga kuatir dengan kesehatan, terutama untuk anak-anak. Maka mulailah dicari solusi dengan memanggil petugas kebersihan. 


Selain mencegah gunung sampah, petugas kebersihan juga membuat warga tidak membuang sampah lagi ke sungai.  Kebetulan kompleks kami "bertetangga" dengan sungai. Sudah jadi rahasia umum kalau aliran air ini sering dijadikan tong sampah raksasa.  


Akibatnya?


Kota tempat saya tinggal rentan dengan banjir. Hujan deras beberapa jam saja sudah membuat ruas jalan banjir, termasuk meluapnya sungai dekat rumah.


Karena  berdekatan dengan sungai, saya tahu persis bagaimana mudahnya banjir terjadi di musim hujan.  Sungai ini sebenarnya dangkal. Dalam situasi normal,  tingginya hanya selutut orang dewasa.  Namun,  kalau banjir bisa mencapai 3 meter. 


Kompleks perumahan ini beruntung berada di lokasi cukup tinggi,  yaitu sekitar 5 meter dari ketinggian sungai. Masih amanlah kalau hujan deras dan banjir.  Walaupun aman, tapi seram juga lihat air butek yang menggenangi permukaan sungai.


Kalau banjir surut,  maka di pinggiran sungai tampak tumpukan plastik keresek warna-warni,  seperti corak pelangi.  Selain plastik, segala macam sampah lain bertebaran merusak pemandangan. 


Sudah ada larangan membuang sampah sembarangan,  tapi kenyataan berkata lain. Sampah berserakan di mana-mana.  Banjir terus terjadi  karena bukan hanya sungai,  tapi selokan juga mampet. 


Petugas kebersihan seperti Pak Ferry banyak membantu warga untuk membuang sampah pada tempatnya. Lingkungan jadi bersih, kan, kalau sampah terkumpul dalam satu tempat. Sayangnya, masih ada warga yang belum mau memakai jasa ini.  Mereka lebih memilih membuang sampah sendiri. 


Saya kurang tahu apa alasan mereka menolak memakai jasa petugas kebersihan. Kalau alasannya iuran, kayaknya kurang tepat.  Iuran bulanan sangat terjangkau,  lebih murah dari harga 1 kg minyak goreng. Ya gitulah, setiap orang punya alasan masing-masing. 





Petugas seperti Pak Ferry sudah banyak menolong warga untuk menjaga lingkungan tetap bersih dan bebas banjir. Mudah-mudahan melalui kompetisi blog Super ini, orang-orang Pak Ferry yang sudah memberi banyak manfaat ke masyarakat, bisa lebih dikenal masyarakat.  


Pekerjaan mereka mungkin sering luput dari perhatian kita, tapi dedikasi para petugas kebersihan ini luar biasa.

Aplikasi Super

Bicara soal dedikasi,  ada satu aplikasi yang juga berdedikasi untuk memberi manfaat bagi masyarakat, yaitu Aplikasi Super di Playstore dan web Aplikasi Super. 


Dari aplikasi ini kita bisa belanja kebutuhan sehari-hari dengan harga terjangkau.  Bukan hanya belanja saja,  bayar tagihan pun bisa dari gadget.  Jadi,  sambil rebahan bolehlah klak-klik untuk belanja atau bayar tagihan.  Beres semua.


Oya, tersedia gratis ongkir super dan juga voucher belanja super. Asyik, kan, jadi bisa belanja dobel hemat. 


Selain belanja murah, Aplikasi Super juga membuka kesempatan untuk jadi Agen Super. Tugas Agen Super adalah menghubungkan Aplikasi Super dengan para agen sembako, toko kelontong, serta pelanggan lain yang membutuhkan.




Ada beberapa keuntungan menjadi Agen Super, yaitu :

  • Bebas menentukan jam kerja.
Agen Super bisa mengatur mandiri kapan bekerja, kapan pula berkumpul dengan keluarga.  Asalkan mampu memaksimalkan waktu luang, pendapatan akan terus meningkat.

  • Bonus menarik
Agen Super bisa mendapatkan bonus dari komisi penjualan.  Semakin giat dan banyak mendapatkan pelanggan tetap, penghasilan akan semakin bertambah.

  • Tak memerlukan modal
Agen Super tak perlu modal pada awal kegiatan. Cukup fokus pada penjualan barang kebutuhan sehari-hari untuk meningkatkan penjualan. Agar lancar komunikasi dengan pelanggan, medsos sangat dibutuhkan.

  • Syaratnya mudah dan gratis
Tidak ada syarat khusus dan biaya pendaftaran Agen Super juga gratis.  Tertarik?


Ini dia syarat-syaratnya :
  1. Domisili calon Agen Super di Surabaya, Sidoarjo, Malang, Batu, Gresik, Pasuruan, Lamongan, dan Mojokerto.
  2. Hubungi nomor admin via WhatsApp di 0821 4112 7223
  3. Melalui WhatsApp, isi form data diri (nama, no. telp. alamat, no. KTP)
  4. Proses pendaftaran selanjutnya akan dihubungi oleh admin aplikasi super.
  5. Super Agen sudah terdaftar.

Yuk, gabung sebagai Agen Super agar bisa mendapatkan penghasilan layak.








Maksimalkan Manfaat Gaming untuk Lansia Bersama ROG Phone 8

    "Wah, Nenek masih mahir ikut gaming."     Kalimat ini akan terucap dari seorang cucu yang menyaksikan Neneknya mahir mengutak-...