Kamis, 03 Februari 2022

Mandiri Bersama Pembiayaan Ultra Mikro (UMi)



Diedit oleh Canva


Dulu, setiap pagi di depan rumah sering lewat penjual  sarapan.  Usahanya sederhana sekali, hanya berkeliling dengan sepeda motor beserta lemari besi kecil yang dipasang pada jok.  Sarapan yang dijual pas di lidah, yaitu lontong sayur dan nasi uduk. Kemasannya juga rapi dan bersih. Lontong dan nasi dibungkus terpisah dengan kuahnya, sehingga dijamin tidak cepat basi.


Sayangnya, usaha tersebut tak bertahan lama.  Suatu hari, bapak penjual sarapan tiba-tiba menghilang. Beliau memang tak pernah muncul lagi, sehingga saya tak tahu persis apa penyebabnya. Tapi, kalau boleh berasumsi, ada satu faktor yang mungkin jadi pemicu.


Yang saya ingat, saat itu ada kabar kalau harga minyak goreng akan naik. Seperti yang diketahui, mengolah lontong dan nasi uduk membutuhkan minyak goreng.  Bumbu-bumbu perlu ditumis, demikian juga dengan beberapa bahan tambahan seperti tahu dan tempe. Masakan ini membutuhkan minyak goreng yang tidak sedikit. 


Benar saja. Begitu harga minyak goreng resmi melonjak, mulai besok dan seterusnya bapak penjual sarapan tak pernah muncul lagi. Sampai sekarang.   


Kita sering bertemu dengan pedagang ultra mikro seperti bapak tadi.  Walaupun sederhana, keberadaan mereka sangat mempermudah kita mendapat kebutuhan sehari-hari.  Seperti  penjual sarapan yang berjualan keliling di kompleks, hanya dengan duduk manis di depan rumah, kita bisa sarapan enak tanpa repot mencari keluar. 


Saya pernah mendengar cerita dari seorang penjual makanan langganan, kalau usaha mereka sering kesulitan karena modal yang terbatas, apalagi kalau harga bahan pokok mulai melonjak. Menaikkan harga dagangan berarti menyulitkan pelanggan yang berasal dari kelas sosial beragam.  Sementara kalau memakai harga lama, keuntungan penjualan semakin menipis. Jadi serba salah.


Padahal, pedagang ultra mikro dekat dengan rutinitas rakyat.  Mereka biasanya berada di sekitar tempat tinggal kita dan sering disinggahi untuk membeli kebutuhan sehari-hari. Harganya juga cenderung terjangkau, karena sesuai dengan kantong masyarakat kebanyakan.


Seperti untuk membeli kebutuhan sehari-hari, mulai dari makanan hingga kebutuhan rumah, pedagang di pasar sering jadi andalan. Pilihan di sana juga banyak, asalkan pembeli rajin dan sabar mencari barang yang diinginkan. Kita juga bisa mendapatkan kebutuhan sesuai kemampuan kantong.


Sering bolak-balik dan berbelanja ke pasar, ada beberapa penjual yang kenal akrab dengan pembelinya.  Karena rajin bertransaksi di sana,  penjual yang sering saya datangi sudah hapal daftar belanjaan saya.  Penjual sayur tahu apa jenis sayur yang biasa dibeli, demikian juga dengan ikan. Kalau satu jenis saja tak dibeli, mereka bakalan mengingatkan.  Tapi, kalau persediaan di rumah masih ada, terpaksa saya tolak dulu dan akan dibeli lain kali.


Diedit oleh Canva


Secara omzet para pedagang ultra mikro boleh jadi lebih kecil dari pedagang yang biasa kita lihat di pusat perbelanjaan. Namun, keakraban dengan mereka memang beda. Di pasar, para penjual mau menyapa walau hari itu kita tak belanja dan hanya sekedar lewat. Hal yang sulit kita temukan ketika datang ke pusat perbelanjaan modern. Pramuniaga jarang mengenali pembeli meskipun bolak-balik belanja di sana.


Kalau belanja ke pasar, kita juga bisa santai dengan kaos oblong, celana selutut, hingga sandal jepit.  Tak perlu mencari pakaian yang lebih rapi seperti pusat perbelanjaan. Penampilan boleh biasa-biasa saja, tapi diusahakan tetap belanja banyak supaya pedagangnya senang dan mudah ingat sama kita. Hehehe. 


Namun, badai pandemi banyak mengguncang sektor usaha, bahkan mungkin saja ada banyak pedagang ultra mikro yang kesulitan atau gulung tikar.  Salah satunya adalah warung makan favorit dekat rumah saya. Jenis hidangannya beragam, murah meriah, dan pas selera. Sayangnya, sejak awal pandemi warung langsung tutup dan pemiliknya pulang kampung.  Alasannya, pembeli mulai sepi. 


Usaha ultra mikro adalah tempat banyak orang menggantungkan mata pencarian. Lapangan kerja yang terbatas dan persaingan yang ketat, membuat usaha ultra mikro jadi alternatif yang pas untuk bertahan hidup. Sudah saatnya mereka mendapat uluran tangan agar mampu bertahan.  Melalui bantuan modal, diharapkan mereka agar kelak dapat memperbesar jangkauan usahanya dan bisa mandiri.


Bantuan untuk Pedagang Ultra Mikro

Tidak sedikit dari para pedagang ultra mikro adalah orang dengan kreativitas dan ide-ide segar.  Mereka pintar memasak masakan lezat, tahu memilih barang yang bagus untuk dijual, hingga gigih berusaha bersaing di pasaran yang ketat.  Namun, tekad dan kemampuan saja sepertinya kurang memadai kalau tidak didukung oleh modal.


Mencari pinjaman modal adalah salah satu cara agar usaha mereka tetap berkembang. Umumnya para pedagang ultra mikro ingin mencari pinjaman modal di bank. Hanya saja, bank tidak bisa mengabulkan semua permintaan pinjaman, termasuk yang diajukan pedagang ultra mikro.


Ini karena mereka tidak mampu memenuhi syarat yang diajukan oleh bank, yaitu adanya agunan terhadap pinjaman. Menurut peraturan Bank Indonesia (BI) Nomor 9/PBI/2007 yang dapat dijadikan agunan ke bank adalah, areal tanah, bangunan seperti rumah dan hotel, mesin-mesin pabrik, surat-surat berharga, kendaraan bermotor, terakhir adalah kapal laut dan pesawat terbang. Semua harus lengkap dengan surat keterangannya dan bebas sengketa.


Dari segi agunan saja mereka sudah terpinggirkan, hingga sulit berjuang secara mandiri untuk mengembangkan usahanya.  Sayang sekali apabila orang-orang gigih seperti ini dikesampingkan hanya karena tak punya modal yang mencukupi. 
 

Nah, sekarang sudah ada program yang sesuai untuk mereka. Pedagang ultra mikro  mendapat bantuan dari pemerintah, yaitu melalui program  Pembiayaan Ultra Mikro (UMi). Program ini ditujukan pada pedagang lapis terbawah yang tidak dapat akses peminjaman modal usaha ke bank (tidak bankable), terutama karena gagal memenuhi persyaratan agunan.



Diedit oleh Canva


Yuk, Kenalan dengan UMi

Seperti yang sudah dijelaskan secara singkat di atas, UMi adalah program pemerintah yang menyasar pada usaha lapisan terbawah. Tujuannya agar kelak mereka mampu mandiri, usahanya semakin berkembang, dan tidak menjadi beban di masyarakat. Apalagi di tengah pandemi seperti sekarang, UMi diharapkan bisa menjadi booster untuk pedagang ultra mikro agar tetap menjalankan usaha.


Melalui Departemen Keuangan, UMi diatur agar tepat sasaran dan membawa manfaat.  Ibu Sri Mulyani, sebagai Menteri Keuangan, dalam setiap kesempatan  gencar mengkampanyekan UMi. Kampanye langsung dari pimpinan Departemen Keuangan ini diharapkan agar diliput media, sehingga membuat gaungnya lebih kuat dan sampai pada masyarakat yang membutuhkan.  


Sejak diluncurkan tahun 2017 pencapaian UMi cukup menggembirakan.  Per tanggal 31 Desember 2020 Pembiayaan Ultra Mikro (UMi) mencapai 3.440.045 debitur, dengan penyaluran dana Rp 11.050 triliun.  Sektor usaha terbanyak adalah pedagang eceran, disusul oleh perikanan, pertanian, dan perkebunan, kemudian, industri pengolahan, serta terakhir sektor jasa.


Kemudian per tanggal 6 Juli 2021, debitur meningkat mencapai angka 4.491.959 dengan penyaluran dana sebesar Rp 14.780 triliun. Saat pandemi seperti sekarang, diharapkan semakin banyak pedagang ultra mikro yang ikut program pembiayaan UMi, agar tangguh menghadapi goncangan ekonomi.


Apa saja yang diperoleh melalui pinjaman UMi?


Debitur UMi memperoleh pinjaman maksimal Rp 10 juta, dengan bunga terjangkau, antara 2% - 4%, untuk jangka waktu pelunasan kurang dari 52 minggu.  Ada yang tidak memakai agunan, ada pula yang menggunakan agunan berupa Buku Kepemilikan Kendaraan Bermotor (BPKB), tergantung lembaga penyalur.  Keterangan lebih lengkap akan diuraikan selanjutnya.


Apakah debitur harus menerima sebesar nominal di atas?


Tidak harus karena disesuaikan dengan kemampuan debitur, Rp 10 juta adalah jumlah maksimalnya. Debitur bisa hanya meminjam Rp 2 juta dan akan dipantau kemampuan pembayarannya. Bila pelunasan memenuhi batas waktu, maka debitur diperbolehkan meminjam kembali.

Mengenal Lembaga-Lembaga Penyalur UMi

UMi adalah program yang dibuat pemerintah untuk pedagang ultra mikro yang tidak bisa memenuhi syarat mendapatkan suntikan modal dari bank (tidak bankable). Berada di bawah naungan Departemen Keuangan, koordinasi pembiayaan UMi adalah BLU (Badan Layanan Umum) dan PIP (Pusat Investasi Pemerintah).



Diedit Oleh Canva


Karena tidak melalui bank, maka ada beberapa lembaga yang ditunjuk pemerintah penyaluran dana UMi. Setiap lembaga ini memiliki perannya sendiri yang menguntungkan para debitur, yaitu :


PT Pegadaian

Dikenal sebagai lembaga yang memberikan pinjaman pada masyarakat dengan bunga terjangkau.  Biasanya, di sini kita menjaminkan emas, BPKB, hingga barang elektronik agar memperoleh pinjaman.  Bisa juga mencicil emas untuk investasi hari depan. Bunganya cukup terjangkau. Lokasi kantor Pegadaian juga sudah menyebar ke pemukiman.


Sekarang Pegadaian ikut ditunjuk sebagai lembaga penyalur pembiayaan UMi. Reputasi Pegadaian yang cepat mencairkan dana pinjaman dengan bunga terjangkau, mudah-mudahan menular pada calon debitur UMi.


Syarat mendaftar sebagai debitur UMi di Pegadaian cukup mudah dan tak memerlukan jaminan dalam jumlah nominal besar seperti di bank. Permohonan pada PT Pegadaian cukup membawa surat-surat yang diminta dan  BPKB sebagai jaminan.


PT Permodalan Nasional Madani, Mekaar. 

Melalui lembaga ini, debitur tidak memerlukan agunan, tapi akan digabungkan dalam sebuah kelompok dan diharapkan untuk disiplin hadir pertemuan, serta membayar kredit.  Mereka  diberi bimbingan serta pendampingan dalam mengelola pinjaman modal.  


Pendampingan untuk debitur dilakukan dengan cara memberikan motivasi, pengawasan terhadap usaha, meningkatkan SDM, serta jasa konsultasi apabila  ada kesulitan.  Intinya, debitur tetap dipantau hingga dianggap bisa menjalankan usahanya secara mandiri dan mampu mengembalikan pinjaman.


Sistem ini bertujuan membantu memberdayakan ekonomi masyarakat lapisan terbawah.  Caranya adalah dengan memberikan pinjaman lunak kepada mereka, tanpa jaminan.  


Agar tidak memberatkan pengembalian pinjaman, debitur diberikan nominal secara bertahap, misalnya Rp 2 juta dulu. Melalui kelompok pendampingan, para debitur dipantau, termasuk melihat kemajuan usahanya dan kemampuannya membayar kredit.  


Apabila debitur mampu melunasi pinjaman dalam jangka waktu tertentu, maka dia boleh meminjam kembali. Jika dianggap sudah mampu, maka debitur tersebut boleh keluar dari kelompok pendampingan dan sudah mandiri untuk menutupi pinjaman.



PT Bahana Artha Ventura (BAV), Koperasi. 

BAV adalah lembaga linkage, yaitu menghubungkan antara bank dengan pedagang ultra mikro, karena mereka tidak bisa langsung mendapat bantuan dari bank.  Tujuannya adalah supaya usaha ultra mikro bisa berkembang dan mandiri, melalui pinjaman modal.  Jadi, walaupun tidak bisa langsung menerima dari bank, mereka tetap dapat bantuan pemerintah.

 
BAV juga menggunakan sistem KOMIDA (Koperasi Simpan Pinjam Mitra Dhuafa), yang mengutamakan perempuan dari golongan ekonomi terbawah untuk memperoleh pinjaman. Mengapa perempuan?  Karena biasanya perempuan yang paling rentan menjadi korban kemiskinan. Apalagi umumnya perempuan tidak hanya menanggung diri sendiri, melainkan juga keluarga termasuk anak-anak.


Perempuan dianggap gigih dan kreatif dalam berusaha, hingga patut mendapat bantuan modal. Mereka bisa berdagang sayuran, membuat jamu, hingga menjual berbagai makanan untuk dijual.  Sayang sekali apabila ketekunan dan jerih payah mereka tidak didukung oleh dana yang mencukupi.


Diedit oleh Canva

Ada fakta menarik dalam pembiayaan UMi terkait dengan perempuan. Dicatat kalau debitur UMi 93.65% adalah perempuan, pria hanya terdata 6.35%.  Mungkin ini bisa jadi bukti kegigihan perempuan untuk berusaha dan mau keluar dari kemiskinan.



Syarat-syarat UMi

Untuk mendapat bantuan modal dari UMi, calon debitur cukup memenuhi beberapa syarat  mudah, yaitu :



Pertama. Pemohon tidak sedang memiliki utang pada bank atau koperasi.  Di zaman digital seperti sekarang, sebaiknya jangan mencoba menyembunyikan data-data keuangan, apalagi utang pada lembaga tertentu. Riwayat keuangan, termasuk pinjaman, sudah tercatat secara online dan bisa terbaca melalui Nomor Induk Kependudukan (NIK) elektronik. Selesaikan dulu masalah perhutangan, kemudian baru ajukan kembali permohonan pembiayaan UMi.


Kedua.  Status WNI yang dibuktikan dengan kepemilikan Nomor Induk Kependudukan (NIK) elektronik.  Dengan NIK ini data calon debitur sudah direkam dan dapat dilacak, termasuk riwayat utang seperti yang sudah dijelaskan di atas.  


Jika karena sesuatu hal calon debitur belum memiliki E-KTP, maka permohonan pembiayaan UMi tetap dapat diajukan. NIK sudah cukup sebagai syarat mendapat bantuan modal.

Ketiga. Memiliki surat keterangan usaha atau izin usaha dari instansi pemerintah. Kalau syarat ini masih belum jelas, calon debitur bisa bertanya pada petugas yang ada di masyarakat.


Sekarang di tiap lingkungan pemukiman ada lurah, kepling (kepala lingkungan), kepala desa, hingga ketua RT/RW. Mereka adalah orang-orang yang termasuk dalam jajaran petugas pemerintahan. Setiap hari tinggal di lingkungan tugasnya, mereka telah mengenal rutinitas, serta bisnis warganya. Calon debitur bisa meminta arahan mereka untuk mendapat surat keterangan atau izin usaha.  Siapa tahu bisa memperoleh solusi yang tepat.


Diedit oleh Canva


Sejak awal diluncurkan tahun 2017, jumlah debitur Pembiayaan UMi terus meningkat.  Ini cukup menggembirakan, mengingat tujuan diluncurkannya program ini adalah agar pedagang ultra mikro dapat terus bertahan hingga mandiri, serta tidak terjerat rentenir, apalagi pinjaman online yang bunganya melilit.


Di masa pandemi sekarang, boleh jadi semakin banyak pedagang ultra mikro yang terpuruk.  Inilah kesempatan membantu mereka agar bangkit dan bertahan melalui pembiayaan UMi. Kegigihan, semangat, dan kerja keras mereka jangan dipandang sebelah mata.


Dengan lapangan kerja terbatas, hingga persaingan yang keras, pedagang ultra mikro tetap gigih menjalankan usahanya. Mereka bekerja halal dan tidak mencari kegiatan yang meresahkan masyarakat untuk mencari nafkah. Semoga melalui pembiayaan UMi, nasib mereka dapat diperbaiki.


Sumber Referensi :
1.https://www.ocbcnisp.com/id/article/2022/01/12/umi-adalah, Mengenal Pembiayaan Ultra Mikro (UMi) dan Cara Pengajuannya.
2.https://djpb.kemenkeu.go.id, DJPb Kementerian Keuangan

Sabtu, 29 Januari 2022

Imlek Datang, Kue Bakul Terhidang




Gambar diedit oleh Canva


Tepat pada tanggal 1 Februari 2022 nanti, seluruh dunia akan merayakan Tahun Baru Imlek 2573. Pergantian tahun ini menandakan dimulainya Shio Macan Air 2022. Awal mula tradisi Imlek adalah perayaan petani di China untuk menyambut pergantian dari musim dingin ke musim semi.  Karena itu awalnya disebut dengan Festival Musim Semi.


Angpao dan barongsai jadi simbol Imlek yang paling menonjol. Dari antara keduanya yang tepopuler tentu saja angpoa.  Amplop berwarna merah ini kerap dibagi-bagikan sebagai tanda transfer kegembiraan dan harapan keberuntungan di tahun baru.  Entah benar atau tidak, pernah ada orang yang cerita, kalau dari perolehan angpoa saja dia bisa beli sepeda motor.  Mungkin saja, kan?


Sementara barongsai yang menyerupai singa adalah tontonan meriah yang sayang untuk dilewatkan.  Para pemainnya begitu lincah, gesit, dan harmonis. Barongsai membawa filosofi yang mengajarkan manusia untuk meneladani sifat singa. Bukan keganasannya, tapi keberanian dan semangat untuk bertahan hidup.


Selain angpao dan barongsai, ada satu lagi yang dijadikan simbol Imlek, namun sering terlewatkan, yaitu kue bakul atau kue keranjang. Ini adalah penganan khas Imlek yang menurut saya lezat  Rasanya yang manis serta legit untuk jadi cemilan. Walau bukan dari etnis Tionghoa, saya ikut beli kue ini saat Imlek tiba.


Si Manis dan Awet Bernama Kue Bakul 

Walaupun jadi salah simbol Imlek, ada juga orang yang belum mengenal jenis makanan ini. Mungkin karena beda selera saja, enak sama kita belum tentu cocok di lidah orang lain. Saya sendiri pernah ke salah satu toko kue untuk menanyakan penganan ini, yang penjualnya jadi kebingungan. Dia pikir, saya salah sebut nama. Cari bakul kok masuk ke toko kue?


Dikutip dari Berbagai sumber


Walaupun tak sepopuler angpao atau barongsai, kue bakul hadir sebagai salah satu penganan wajib Imlek.  Rasanya yang  gurih pas dinikmati bersama keluarga dan kerabat.  Hanya saja memakannya agak sedikit merepotkan, karena lengket di tangan atau pisau yang memotongnya.  Anggap saja inilah seni memakan kue bakul, agak ribet tapi enak di lidah.


Kemasan kue bakul ada dua macam, ada yang dibungkus pakai plastik dan yang lainnya dibungkus menggunakan daun pisang. Di pusat perbelanjaan biasanya yang tersedia adalah kue bakul yang dilapisi plastik, serta dikemas dalam kotak berwarna merah. Kotak ini dihiasi dengan gambar-gambar yang menjadi simbol Imlek.


Walaupun tidak disusun dalam kotak, kue bakul dengan bungkusan daun pisang tak kalah menarik. Lapisan daun pisang membuatnya alami dan sehat. Warna kecoklatan daun yang  dikukus, jadi pemanis tampilan kue ini.


Pemilihan kue bakul tergantung pada selera pembeli yang berbeda-beda. Sekarang kue bakul dalam kemasan plastik lebih banyak di jual di pertokoan. Boleh jadi karena kemasan plastik lebih rapi dan praktis digunakan.


Kue bakul dengan bungkusan daun pisang ataupun plastik,  sama-sama punya makna kelekatan. Ada filosofi tentang kekerabatan di dalamnya. Tekstur bahan yang lengket mengambarkan hubungan akrab dan erat.  Kue yang tahan lama menjelaskan tentang kekerabatan yang senantiasa awet melewati waktu yang lama.


Perayaan Imlek, Dulu dan Sekarang

Sebelum membahas kue bakul, tak lengkap rasanya menceritakan kemeriahan Imlek, tanpa menguraikan kisah pelarangannya di masa lampau. 
 

Hari ini kita bisa merayakan Imlek secara meriah dan terbuka.  Pusat-pusat perbelanjaan bersolek dengan memakai warna kemerahan, yaitu warna simbolis Imlek yang melambangkan keberuntungan.  Angpao banyak dibagikan, barongsai tampil tidak hanya di pusat kota dan keramaian, tapi juga ke pemukiman penduduk yang merayakannya.

Gambar diedit oleh Canva


Bertahun-tahun yang lalu ketika rezim Orde Baru berkuasa, hari raya Imlek dilarang.  Pemerintah  memberangus semua kegiatan yang berhubungan dengan Imlek melalui Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 14 Tahun 1967, mengenai Agama, Kepercayaan, dan Adat Istiadat Tionghoa.


Konon penyebabnya adalah kecurigaan penguasa terhadap etnis tersebut berkaitan dengan sejarah kelam bangsa di masa lalu.  Kejadian pahit yang sudah menghilangkan banyak nyawa, dan etnis tertentu dianggap terlibat dalam peristiwa itu.


Saya sempat menyaksikan bagaimana perayaan Imlek di masa Orde Baru. Jangan harap ada tanggal merah di kalender, apalagi hari libur nasional.  Tanggal perayaan Imlek disampaikan dengan omongan dari mulut ke mulut.  Saat hari Imlek tiba, tidak ada kemeriahan. Kegiatan rutinitas berlangsung seperti biasa.


Situasinya adem ayem. Walaupun dirayakan, tapi secara tertutup di kalangan keluarga atau kerabat dekat saja.  Kalau ingin melihat keramaian Imlek, siapkan kantong tebal untuk bepergian ke Malaysia atau Singapura.


Berasal dari keluarga sederhana, tentu saya tak punya cukup dana untuk jalan-jalan ke luar negeri. Namun, ada cara lain untuk melihat kemeriahan Imlek.  Kami tinggal di kota kecil, di mana televisi dengan antena biasa dapat menangkap siaran dari negara tetangga.  Melalui siaran-siaran mereka, saya bisa melihat kemeriahan Imlek di negeri seberang, yang meriah persis seperti hari raya keagamaan di sini.


Keadaannya berbanding terbalik di kota kami. Fasilitas umum berjalan normal. Sekolah-sekolah dan kantor-kantor tetap buka, seperti hari-hari biasa.  Tiada lampion, apalagi barongsai.  Kalau beruntung, kita bisa mendapat angpao.  Kue bakul saja yang banyak dijual.   Mungkin karena tampilannya tidak menarik perhatian dan mudah diselipkan di antara kue-kue lain di toko.


Semuanya berubah ketika penguasa Orde baru tumbang.  Saat Gus Dur menjabat sebagai presiden, beliau mencabut pemberlakuan Inpres Nomor 24/1967, kemudian menerbitkan Inpres Nomor 6/2000 pada 17 Januari 2000.


Dengan diberlakukannya Inpres ini, maka etnis Tionghoa bebas menjalankan kepercayaan serta adat istiadat mereka. Gus Dur berpendapat etnis Tionghoa adalah bagian dari budaya Indonesia yang patut dilestarikan.  Salah satu cara melestarikannya adalah dengan memberikan kebebasan untuk merayakannya seperti kebudayaan lain.


Perubahan belum selesai sampai di situ. Pada tanggal 9 April 2001, melalui Keppres Nomor 9 tahun 2001 Gus Dur meresmikan Imlek sebagai hari libur nasional. Mulailah Imlek bisa dirayakan secara terbuka. Tak perlu lagi jauh menyeberang ke luar negeri untuk melihat kemeriahan Imlek.

Gambar diedit oleh Canva


Teman Lintas Suku dan Ras

Sekarang, sama seperti perayaan lain, Imlek sudah menjadi kemeriahan nasional. Pusat perbelanjaan merah membara menampilkan simbol warna yang dianggap membawa kegembiraan dan keberuntungan.  Lampion menghias rumah-rumah warga yang merayakannya. Masyarakat ramai menonton barongsai, tanpa memandang suku, ras, atau agama. 


Situasi ini nyaris mustahil terjadi sebelum Gus Dur membuat peraturan baru. Apalagi dampak dari peraturan yang dibuat penguasa Orde Baru cukup serius. Kecurigaan antar suku dan ras terjadi di  masyarakat. Ada kelas-kelas sosial yang membatasi pembauran individu-individu yang berbeda suku dan ras.


Peraturan boleh membatasi, tapi benarkah semua saling curiga dan tak boleh berteman? Sepertinya enggak semua, kok. Pengalaman bapak saya dan temannya mungkin boleh dijadikan pelajaran.


Bapak bekerja sebagai pegawai di salah satu instansi pemerintah, yang kliennya banyak pemilik usaha atau disebut pebisnis. Suka atau tidak, sebagian besar jaringan bisnis kita dipegang oleh etnis keturunan Tionghoa.  Apalagi saat itu etnis Tionghoa tidak bisa masuk dalam lembaga pemerintahan, sehingga lebih fokus pada bisnis.


Dari sekian banyak kenalannya, ada satu orang teman yang paling akrab.  Sebut saja namanya Om Ali.  Walaupun beliau dari etnis Tionghoa, tapi saya memanggilnya om, bukan koko seperti sebutan lazim untuk pria Tionghoa.  Ingat kan, saat itu segala sesuatu yang berbau Tionghoa dilarang.  Maka supaya aman, teman bapak dipanggil 'om' saja.


Saya kurang tahu persis sejak kapan bapak kenalan dengan Om Ali.  Dari masih usia kanak-kanak, saya sudah kenal beliau karena beberapa kali datang ke rumah untuk membahas pekerjaan. Mereka berteman baik, lepas dari kecurigaan antar ras saat itu.


Walaupun Om Ali murah hati, tapi bapak mendidik kami untuk tidak meminta apapun pada temannya itu. Pekerjaan adalah pekerjaan, urusan pribadi adalah urusan pribadi.  Jangan dicampur aduk antar keduanya.  Kami sebagai anak tentu saja patuh.


G

Gambar Pixabay dan diedit oleh Canva


Suatu hari, ada peristiwa menarik.  Waktu bapak pergi, Om Ali datang sambil membawa berkas pekerjaan.  Saat itu bukan seperti sekarang yang mudah menghubungi orang melalui ponsel.  Dulu alat komunikasi masih sangat terbatas.  Bahkan ponsel pun belum ada.  


Karena enggan menunggu, Pak Ali pun pamit pulang dulu.  Sebelum pergi beliau bertanya sama saya dan kakak di rumah. ""Nanti Om datang lagi. Mau dibawakan makanan apa?"


Pertanyaan itu sangat merdu untuk perut anak-anak, tapi kami adalah bocah-bocah yang taat pada perintah orang tua.  Maka kami pun menjawab.  "Tidak usah, Om."


Walau di dalam rongga badan, jantung sudah berkelap-kelip.


Untuk sebagian orang mungkin itu dianggap keanehan.  Sudah ditawari kok ditolak?  Toh, cuma makanan kan?  Tapi waktu itu kalau dilarang orang tua kami ikut saja, tanpa banyak bertanya.


Saya kurang tahu apakah sikap bapak yang menarik garis tegas antara pekerjaan dan kepentingan pribadi itu ada manfaatnya. Yang saya tahu pertemanan antara mereka awet sampai bertahun-tahun.


Ketika kami pindah ke luar kota, Om Ali ikut mengantar keberangkatan kami. Bahkan beliau berkunjung ke rumah ketika suatu hari datang ke kota baru tempat kami bermukim.  Demikian juga sebaliknya dengan bapak kalau pulang kampung ke kota lama.


Setelah bapak pensiun, mereka masih berteman baik. Komunikasi tetap terjaga Saya ingat bapak pernah cerita, kalau beliau  sering ngobrol dengan Om Ali tentang gejolak politik Indonesia dan pengaruhnya pada dunia bisnis.  


Dan yang tak kalah penting, ketika bapak meninggal, ada yang melihat Om Ali sempat datang ke acara pemakaman. Saya sendiri sebenarnya kurang memperhatikan dan hanya mendengar dari orang lain. Saat itu banyak tamu dan dalam situasi demikian, tentu saya kurang memperhatikan siapa saja orang-orang yang datang.  


Kalau pun itu benar, maka saat itu adalah kali terakhir saya terdengar kabar tentang beliau.  Setelah bapak tiada, kami tidak pernah lagi berkomunikasi dengan Om Ali. Bagaimana kabarnya sekarang, saya tidak tahu.


Kue Bakul dan Hubungan Kekerabatan yang Awet

Awet, manis dan lengket ketika dimakan, itulah sifat dari kue bakul.  Jika dihubungkan dengan harapan di hari Imlek, kue bakul menggambarkan rasa manis dari kekerabatan yang tetap terjalin tahun demi tahun.

Gambar diedit oleh Canva


Tekstur kue bakul yang lengket tapi manis, menggambarkan relasi yang erat melewati waktu demi waktu. Perbedaan bukan hambatan untuk menjalin pertemanan.  Keakraban dan hubungan awet bisa melewati perbedaan batas suku dan ras.


Bercermin dari kisah bapak saya dengan Om Ali, makna kue bakul bisa menggambarkan  pertemanan yang terjalin bertahun-tahun, mulai dari saya anak-anak, beranjak dewasa, hingga akhirnya bapak meninggal. Berawal dari rekan kerja, mereka tetap berkawan dalam jangka waktu yang lama, walaupun berbeda asal-usul. 


Pertemanan yang awet seperti kue bakul yang tahan disimpan lama.


Hari perayaan Imlek semakin dekat. Dalam kemeriahannya, semoga jalinan toleransi di masyarakat tetap terjaga hingga kita bisa hidup berdampingan secara damai. 


Akhir kata, selamat menyambut Hari Raya Imlek untuk yang merayakannya.  Gong Xi Fa Cai.  Kiranya senantiasa dilimpahi berkah dan keberuntungan melimpah di tahun yang akan datang.  


Rabu, 26 Januari 2022

Ngeblog dari Nol, Langkah Awal Blogger Pemula



Foto :  Pixabay dan Canva



Ngeblog. Dari dulu saya sudah sering mendengar istilah ini, namun masih awam dengan pengertiannya karena belum pernah ikutan ngeblog. Istilah blogger sendiri mulai dikenal sejak banyak penulis blog yang membagi tulisan keren, seperti travelling, yang kemudian jadi viral. Dalam bayangan saya, para blogger adalah orang-orang yang punya 1001 macam ide, kemudian dituangkan dalam bentuk tulisan dan visual menarik. Mereka sulit kehabisan ide serta punya cara tertentu untuk tetap konsisten berkarya.  


Rumit juga jadi blogger, begitu sempat muncul opini di pikiran. Selain rajin mencari ide, blogger tentu paham internet. Sedangkan saya hanya tahu  meng-google saja. Namun karena penasaran, saya pernah coba buat blog sendiri. Usaha itu sukses membuat semakin bingung. Banyak istilah-istilah blog yang belum dimengerti. Sempat pula kehabisan tema tulisan. Alhasil blognya lebih sering kosong melompong.


Hingga suatu hari saya dapat info berharga dari teman online. Jangan heran, zaman pandemi begini bisa punya banyak teman  melalui jalur online.  Mereka  berasal dari seluruh penjuru nusantara. Berteman online itu unik. Enggak pernah ketemu, tapi punya hobi sama. Kita belajar dan diskusi melalui WA grup, zoom, atau google meet. Lumayan, nambah ilmu walaupun hanya di rumah saja.


Apa pula info yang diperoleh dari si teman online? Awalnya, kenalan dengan kawan ini melalui salah satu grup kepenulisan dan kita saling follow medsos. Melalui story-nya, dia berbagi link grup WA para blogger pemula. Saya pun coba ikuti. Nama grupnya Ngeblog  dari 0 yang dibuat oleh IIDN (Ibu-Ibu Doyan Nulis). Tujuan saya sebenarnya cuma intip-intip saja karena belum banyak kenalan di sana. Pingin tahu,  kira-kira apa yang akan dibahas nanti?


Di sinilah mulai berkenalan dengan banyak blogger, dari yang sudah berpengalaman hingga yang tertatih-tatih seperti saya. Senang belajar di sini karena masih ada teman  dengan kemampuan tingkat pemula. Maksudnya, enggak bingung sendiri karena bisa bingung bersama :)  Kemudian, pelan-pelan mencoba memahami materi dan mulai menambah wawasan sedikit demi sedikit tentang blog.


Tenyata enggak sia-sia merapat ke sana. Ada pengetahuan dan wawasan yang saya peroleh. Dari grup ini saya tahu ada satu buku yang cocok untuk digunakan oleh para blogger pemula. Judulnya, Ngeblog dari Nol, Panduan Lengkap Belajar Blogging untuk Pemula.


Diedit oleh Canva


Buku yang ditulis oleh Ibu Widyanti Yuliandari (ketua IIDN), Ibu Alfa Kurnia, serta Ibu Nunu Amir, disampaikan dengan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti oleh pembaca.  Inti dari buku ini adalah ilmu dasar yang perlu diketahui seorang blogger pemula. Termasuk dibahas bagaimana cara agar  bisa ngeblog secara konsisten, supaya kelak mendapat manfaat dari ngeblog.


Ngeblog dari Nol, Langkah Awal Membuat Blog Menarik

Apa saja yang bisa diperoleh pembaca dari buku  ini?

Dalam satu paket, ada dua buku yang akan diperoleh pembaca.  Buku pertama, yaitu Ngeblog dari Nol, berisi tentang materi ngeblog untuk pemula lengkap dengan tahapan awal pembuatan blog.  Buku kedua adalah Blog Planner, berupa agenda untuk mencatat rencana tema penulisan blog (blogpost) selanjutnya.  



Diedit oleh Canva
 
Buku ini adalah panduan untuk membuat blog non-TLD (Top Level Domain), alias blog gratisan seperti blogspot dan wordpress. Sedangkan blog berbayar alias TLD, seperti .com dan .id, hanya dibahas sekilas. Mengapa demikian? Karena blogger pemula disarankan untuk fokus dulu pada konsisten menulis.


Inti dari ngeblog adalah membuat tulisan yang menarik dan bermanfaat untuk orang lain.  Sebagai pemula bisa menulis 400 - 500 kata saja sudah jadi latihan yang bagus.  Pemula biasanya bingung sendiri di tengah jalan, karena idenya sering tiba-tiba mandek.  


Agar bisa menulis blog dengan baik, perlu ditambah jam membaca dan berlatih menulis.  Sebelum mulai menulis, dahulukan dulu banyak membaca buku berkualitas. Karena tanpa ide dari bacaan, sulit menemukan topik untuk dipindahkan ke blog. Selain memberikan ide, membaca juga membuat blogger punya banyak kosa kata dan tidak miskin diksi.

Kemudian, barulah mulai berlatih menulis. Sayangkan kalau sudah banyak membaca, tapi idenya berhenti saja di pikiran.  Kenapa tidak coba dituangkan dalam blog?  Siapa tahu tulisan kita bisa menginspirasi orang lain.  Sebagai langkah awal bolehlah dulu menulis pengalaman sendiri. 

Ingin nambah ilmu tentang ngeblog?  Ayo, pesan bukunya di sini.



Langkah Awal Sebagai Blogger

Buku ini cocok sebagai pedoman bagi orang-orang yang mau membuat blog untuk pertama kali.  Sebagai pembuka, dijelaskan tentang cara membuat blogspot dan wordpress. Walaupun di akhir buku ada membahas tentang blog berbayar (TLD), tulisannya hanya berupa perbandingan antara kekurangan dan kelebihan dibandingkan dengan non-TLD.

Kalau masih pemula sebaiknya menggunakan blog gratisan saja alias non-TLD.  Blogger pemula fokus dulu pada usaha membuat tulisan berkualitas.  Karena jika memakai TLD, perlu membayar untuk sewa hosting blog. Sayang kalau uang sudah dibayar, ternyata blognya agak mandek di tengah jalan.


Buku Ngeblog dari Nol akan memberikan panduan bagaimana cara menulis blog secara konsisten dan berkualitas.  Blogger pemula dibimbing agar mampu membuat dan merencanakan blogpost, artinya mandiri membangun blog sendiri. Apa saja keahlian yang diperlukan oleh seorang blogger?  Selain mampu memilih tema dan outline (kerangka tulisan), blogger juga sebaiknya belajar self editing atas karyanya.  


Ngeblog membutuhkan konsisten dan kemauan belajar, serta ketekunan.  Minimal seminggu sekali kita membuat blogpost, jangan sampai blognya kelamaan nganggur. Terus berkarya walaupun pemula biasanya sulit mencari ide, apalagi jika menulisnya masih gagap. Belum lagi dengan membuat foto illustrasi. Latihan demi latihan akan membuat blogger pemula jadi lebih mahir.

Infografis oleh Canva


Belajar dari Blogger Senior

Setelah belajar dasar-dasar ngeblog, buku Ngeblog dari Nol juga memuat contoh-contoh tulisan dari blogger-bloger tanah air yang sudah malang melintang di dunia per-blogger-an. Mereka telah membuktikan kepiawaiannya dengan karya-karya yang sudah banyak dibaca, serta berkualitas dan bermanfaat.

Tulisan mereka bukan untuk membuat para blogger pemula jadi minder, tapi sebagai pembelajaran agar nanti bisa membuat blog yang lebih bagus.  Dengan membaca kaya mereka, kita tahu standard tulisan yang banyak dilirik pembaca.

Mengamati karya orang lain yang sudah lebih dulu sukses, bukan berarti jadi peniru yang tidak punya jati diri.  Setiap blogger unik dan memiliki ciri khas. Silahkan belajar dari tulisan senior, tapi tetap temukan gaya tulisan kita sendiri.  Mudah-mudahan gaya tulisan tersebut bisa jadi kejutan menarik di dunia per-blogger-an.

Blog itu banyak manfaatnya, mulai berbagi opini, berkomunitas dan menambah teman, memperluas  ilmu serta wawasan, hingga jadi mesin penambah pundi-pundi.  Karena alasan tersebut, banyak orang berlomba untuk jadi blogger.

Tidak salah mencari keuntungan dari ngeblog. Cuma, ada saran yang pernah saya dengar dari para blogger yang sudah berpengalaman.  Menurut mereka, tidak ada yang instan dalam arena ngeblog.  Semuanya melewati proses panjang dan belum tahu kapan kita akan memetik hasilnya.  Kesabaran dan ketekunan diperlukan untuk bisa bertahan dan memperoleh manfaat dari ngeblog. 

"Tulis aja dulu, yang lain menyusul," begitu yang sering didengungkan para blogger.

Foto oleh Pixabay dan Canva


Sanggup dan sabar melewati prosesnya? Semua kembali kepada pribadi masing-masing.  Agar tak mudah jenuh dan tetap bersemangat,  sebaiknya cari cara agar ngeblog itu jadi sarana yang menyenangkan.  Tulis saja hal-hal yang jadi hobi kita, supaya tetap termotivasi untuk sering membuat blogpost.  Jadi, ngeblog bukan sekedar rutinitas, tapi tempat menuangkan opini seorang blogger.



Mulai tertarik ngeblog? Ayo, segera pesan buku ini.














 

 

Sabtu, 08 Januari 2022

Yuk, Berlibur ke Central Park Zoo and Resort






Hampir berlumut.  Mungkin itu situasi yang tepat untuk menjelaskan nyaris dua tahun tidak bisa pergi ke mana-mana.  Hanya di rumah saja sambil disuguhi media yang memberitahu angka penderita Covid dari hari ke hari.  Sampai malas bertanya, kapan virus ini hilang?


Di rumah sudah menyesuaikan diri, gimana cara menghilangkan jenuh, mulai dari cari hobi yang bisa bermanfaat, termasuk buat blog walau masih agak gagap.  Namanya juga belajar, nggak bisa instant, sering ada proses.  Mau pesan ayam goreng cepat saji saja perlu proses, kan?  Ayamnya dipotong, dibumbui, digoreng, dijual, kemudian pengunjung antri membeli.  Apalagi dengan menulis.


Kemudian vaksin datang dan mulai disosialisasikan pada masyarakat. Walau sempat muncul pro kontra mengenai dampak negatif vaksin, akhirnya orang berbondong-bondong untuk dapat suntikan.  Dan ... blass!  Curva Covid mulai melandai.


PPKM telah dicabut, pasien Covid sudah menurun.  Terus, apa mau di rumah saja?  Covid memang belum lenyap, tapi kalau masih bisa dengan prokes, kenapa tidak coba berjalan-jalan sejenak?  Rindu juga melihat keramaian lagi, orang berkumpul kembali tanpa rasa takut. Termasuk nongkrong bareng teman sambil ketawa-ketiwi dan bertukar cerita.


Seorang kawan kemudian bercerita tentang tempat wisata di pinggir kota Medan, yang cocok untuk bersantai melonggarkan badan yang terkurung lama di rumah.  Central Park namanya, fasilitasnya lengkap dengan kolam renang, kebun binatang, permainan anak, hingga pondok untuk piknik bersama.


Lokasinya oke juga, kok.  Agak ke pinggiran kota, alias sekitar 15 menit dari lokasi rumah.  Jadi, tidak perlu keluyuran jauh hanya untuk mencari tempat berwisata-ria. Udara di sana juga cukup sejuk, beda dengan kota Medan yang menghangat.


Jadi, tunggu apalagi? Kesepakatan  tercapai, teman-teman  menyanggupi untuk ikut, jadwal sudah ditentukan.  Di rumah saya segera menyiapkan dana untuk karcis masuk dan sekedar membeli makanan di sana.  Nggak bagus, kan, keliling-keliling dengan perut keroncongan.  Yang ada nanti badan tambah kurus.  Lagipula, siapa tahu ada banyak pilihan makanan di sana. Kesempatan untuk cari cemilan bervariasi.


Setelah semua persiapan selesai, tiba-tiba seorang teman memberi kabar.  "Ke sana cukup bawa badan saja. Untuk karcis dan makan siang serta cemilan, sudah ada donatur."


Nah, punya alasan lain untuk nggak ikutan?


Perjalanan Akhir Pekan

Awalnya saya pikir lokasi Central Park mepet di pinggir jalan. Ternyata dugaan itu salah besar.  Lokasinya luas sekali mencapai lebih kurang 10 ha. Dari wahana yang sudah dibuka untuk umum, masih ada lagi renovasi di tanah kosong. Mungkin kalau datang lain kali, sudah ada pengembangan sarana baru untuk pengunjung.

Pertama kali tiba, kami langsung disambut dengan terowongan dan jalan menurun yang berliku. Kehijauan pepohonan benar-benar menyejukkan pandangan mata. Lapangan parkirnya juga cukup luas sehingga nggak ribet cari tempat saat akhir pekan yang ramai.



Central Park Zoo and Resort terletak di Jalan Jamin Ginting km. 20, Desa Sungau, Kec. Pancur Batu, Kab. Deli Serdang, Sumut. Karena menggunakan kendaraan pribadi, perjalanan kami relatif lancar. Hanya duduk manis di mobil, lihat kiri kanan sambil ngobrol-ngobrol, sampailah di tujuan.

Gimana kalau naik kendaraan pribadi? Tenang, ada angkot hingga becak motor khas Medan yang sampai ke sana. Kalau dari tengah kota Medan, carilah dulu angkot Rahayu warna merah hijau bernomor 103 tujuan ke pasar  Pancur Batu.  Kemudian dari Pancur Batu menyambung lagi dengan menggunakan angkot tertentu, kata penduduk setempat "angkot  gunung" karena memang tujuannya ke dusun-dusun pedalaman. Ada juga becak motor dari pasar yang siap mengantar ke lokasi.


Hanya, pulangnya saja yang agak repot. Kalau perginya relatif mudah karena ada pasar Pancur Batu sebagai tempat parkir angkot dan becak. Sementara pulangnya, terlihat jarang angkot dan becak melewati lokasi wisata, sebab terletak agak ke pinggir kota. Jadi, sebaiknya agak sabar menunggu. Atau boleh coba panggil kendaraan online, siapa tahu muncul.


Untuk hari biasa, yaitu Senin sampai Jumat, Central Park menjual karcis pada harga Rp 30.000,-.  Sementara Sabtu, Minggu, dan hari libur nasional, harga tiket dijual di harga Rp 40.000,-. Jam operasionalnya berlangsung antara pukul 09.00 - 17.00 WIB.


Apa saja yang bisa diperoleh dengan harga karcis itu?


Ada kolam renang tempat untuk berendam sepuasnya.  Kalau hari libur, bener-benar penuh hingga berdesakan dengan pengunjung lain. Selain itu bisa juga berkeliling melihat aquarium, kebun binatang mini, hingga masuk ke sangkar burung raksasa alias aviary. Semuanya bisa dikunjungi gratis karena sudah termasuk harga tiket.



Tapi, ada juga yang harus dibayar terpisah, seperti wahana bermain anak, penginapan, pondok beristirahat, hingga tikar, dan tentunya kantin.  Semua kembali pada pilihan dan kemampuan kantong pengunjung.  Semakin tebal kantongnya, semakin puas menikmati fasilitas yang disediakan.


Dijamin tidak bosan berkeliling kompleks sambil cuci mata.  Asal badan bugar dan kaki kuat, asyik juga jalan-jalan berputar lokasi, karens jadi perpaduan antara olah raga dan rekreasi. Waktu yang dihabiskan berjam-jam di sana tidak terasa berlalu begitu saja.
  

Untuk cerita selengkapnya, yuk kita bahas di bawah ini.


Liburan Nyaman di Pinggiran Kota  

Begitu masuk dari gerbang pembelian karcis, kita langsung ketemu dengan kolam renang nan luas.  Kebetulan hari itu adalah hari Sabtu.  Kolam penuh dengan pengunjung berbagai usia yang berenang dan bermain sambil tertawa-tawa ria.

Saya yang belum pernah ke sana, hanya ikut teman yang membawa kami ke pondok tempat beristirahat, sambil menunggu makan siang.  Pondoknya bagus dan terbuat dari bambu.  Dan yang paling penting ... bersih.  Ini kan, yang membuat kita nyaman dan betah berlama-lama di tempat wisata.


Di sini kita boleh memilih pondok dengan sewa Rp 75.000,-. Bangunannya benar-benar nyaman untuk kongkow bersama. Kalau mau berhemat, bisa sewa tikar dengan harga Rp 25.000,- saja. Cuma hujan dan panas nggak ditanggung ya. Hehehe.


Kebersihan sangat diperhatikan di sini.  Ada tong sampah setiap jarak 10 meter, demikian juga dengan kran air dan handsanitizer. Para petugas sudah siap sedia membersihkan pondok ketika penghuni terdahulu telah pulang. Tidak hanya membuang sampah yang tertinggal, tapi juga menyapu serta mengepel lantai pondok bambu.  Mantap!



Jalan-jalan keliling?  Nanti dulu.  Hampir tengah hari, perut mulai nyaring berdenting. Ternyata nasi dan lauk pauk memang sudah disediakan oleh teman.  Porsinya?  Wow, cukup untuk dua kali makan.  Hihihi.  Belum lagi cemilan.  


Oya, untuk pengunjung yang belum sempat beli makanan, di sini juga tersedia kantin. Tempatnya bersih dengan berbagai pilihan makanan. Tinggal disesuaikan saja dengan selera masing-masing. Serba lengkaplah.


Kenyang setelah makan?  Pertanyaan yang tak perlu dijawab.  Perut rasanya kayak karung beras, apa nggak buncit nanti?  Tapi tak apalah.  Namanya juga sesekali.  Apalagi dalam suasana senang dan ramai, selera makan memang bertambah.


Belakangan saya tahu, ternyata energi dari nasi dua porsi tadi ada manfaatnya juga.

Perlu Tenaga Ganda untuk Berkeliling Kompleks Central Park Zoo

Selesai makan, enaknya ngapain?  Duduk dululah, minimal selama 15-20 menit, katanya agar pencernaan makanan  ke dalam tubuh bisa lancar.  Tapi, duduk terlalu lama nggak enak juga, kuatir nanti makanan jadi timbunan lemak.


Setelah lewat 15 menit, barulah dimulai acara cuci mata keliling area wisata.  Ketika teman-teman lain masih asyik ngobrol, saya lanjut saja sendirian.  Lagipula lebih enak kok jalan sendirian.  Bisa sesuka hati berhenti lama di tempat yang menarik.  Kalau sama teman, biasanya saling tunggu-tungguan. 


Pertama-tama, saya mendatangi kandang kuda sambil memegang hewan bersurai itu.  Ada yang jinak sama pengunjung, tapi ada juga yang pemarah dan mau menyeruduk.  Untung saja mereka diparkirkan di kandang, jadi nggak mungkin bisa ngejar orang.  Bagi saya ini pengalaman menarik karena sebenarnya takut sama kuda. Dalam bayangan saya, kuda itu adalah hewan yang suka menendang.


Ada banyak jenis hewan yang tinggal di Central Park Zoo.  Mulai dari harimau, singa, berbagai macam unggas, kelinci, kucing, kandang burung hingga beruang dan ikan-ikan di aquarium. 


Dari sekian banyak hewan itu, ada beberapa yang menarik perhatian.

Singa

Waktu singgah di kandang singa, saya kaget melihat lihat situasi di sana.  Di dalam kandang ada dua ekor singa betina sedang bermain bersama ditemani pawang. Yap, pawangnya adalah manusia bertubuh utuh yang sedang santai bermain hape.  Seperti tak terjadi apa-apa, kedua singa itu asyik bermain bercanda-ria dan mengabaikan si pawang.



Darimana kita bisa langsung tahu jenis kelamin singa?  Mudah saja.  Singa betina tubuhnya lebih kecil dan tak punya surai, alias leher dan kepalanya botak mulus.  Beda dengan singa jantan yang bertubuh besar gagah dan punya surai.



Tapi, apa singa betina nggak menyerang. Setahu saya, yang berburu di alam bebas justru singa betina, yang jantan malah nunggu mangsa. Karena penasaran, saya langsung teriak.  "Bang, kenapa Abang nggak diterkam singa?"


Bukannya menjawab.  Dia malah tersenyum sambil mengambil botol air mineral yang sudah kosong, kemudian melemparnya ke arah singa tersebut.  Tebak apa yang terjadi?


Melihat pemandangan di dalam kandang, saya percaya kalau kedua singa itu sudah dirasuki roh anjing.  Mereka berdua bermain, melompat, dan berguling-guling, sambil memperebutkan botol air mineral tadi.


Saya takjub, kok bisa begitu ya. Apa sekarang singa sudah berubah jadi jinak?  Setelah mengamati seisi kandang, barulah paham kalau singa betina memang sudah dilatih jinak dan sengaja dilepas.  Sedangkan singa jantan dikurung dalam kandang khusus sambil terus meraung. Singa yang ini jelas terlihat naluri mau menyerang.


Oh, pantaslah, pawangnya cuma berani sama perempuan.


Aviary

Tempat kedua yang menarik perhatian saya adalah aviary alias kandang burung. Bentuknya luas dengan berbagai jenis burung bebas beterbangan di dalammya.  Menarik, karena lihat banyak burung beradu dengan variasi suara berbeda.  Bahkan ada dua ekor burung cantik warna-warni yang sengaja ditambatkan di tiang, untuk diajak foto bersama pengunjung.



Ribut riuh di dalam, iya tentu saja.  Semua jenis burung seakan pamer keunikan suara masing-masing, dari yang cempreng sampai yang merdu.  Bukan hanya suara, rupa dan warna bulu-bulu mereka juga bercorak menarik.  Cantik sekali.


Di pinggir kandang ada seekor anak rusa jinak yang duduk malu-malu.  Saya coba mendekati dan menyentuhnya lembut.  Dia diam saja, tidak melawan tapi juga tidak lari ketakutan. Di tenang seperti sudah terbiasa dengan keriuhan pengunjung.  Anak rusa yang manis, jadi seperti cerita-cerita dalam dongeng fabel. 

Aquarium

Tempat berikutnya yang tak kalah bagus adalah aquarium. Dari dulu saya termasuk orang yang suka dengan aquarium.  Rasanya senang sekali melihat ikan-ikan kecil berenang berseliweran, dengan berbagai rupa dan warna.  Konon, melihat ikan yang berenang diaquarium bisa jadi terapi untuk menenangkan pikiran.  Boleh juga nih dicoba untuk yang lagi puyeng.


Niat untuk memelihara ikan selalu gagal. Pernah coba beli ikan mas koki dalam stoples. Berkali- kali dibeli, berkali-kali juga umurnya cuma sehari dua hari. Piara ikan di stoples nggak beres, gimana pula mau buat aquarium. Jadinya, cuma bisa lihat aquarium milik orang lain sajalah.


Kembali lagi ke aquarium Central Park. Banyak juga jenis ikannya di sana, mulai dari yang mini, seperti ikan teri, hingga yang besar seukuran ikan hiu.  Untuk yang kecil, namanya kurang dikenal saking banyaknya.  Tapi yang besar ada jenis kerapu dan ikan hiu sirip hitam.



Ikan kerapu mengingatkan saya pada tukang sayur yang sering lewat di depan rumah pagi hari.  Namun, ikan kerapu ini jelas berbeda dengan yang biasa dijual. Ukurannya beberapa kali lebih besar daripada yang sering disantap di rumah.  Penasaran juga, gimana ya rasa ikan kerapu dalam aquarium?


Ikan kerapu ternyata ikan asli perairan Indonesia, yang terdiri dari 46 spesies berbeda.  Ikan ini sudah banyak dibudidaya karena bisa jadi komoditas ekspor yang menguntungkan.  Perairan Indonesia adalah habitat yang cocok untuk perkembangbiakannya.  Persediaan ikan kerapu di alam mulai berkurang, tapi permintaan pasar dunia tetap tinggi, hingga harganya terus melejit. (Sumber : http://www.upacaya.com/mengenal-ikan-kerapu/


Sedangkan ikan hiu sirip hitam mudah dikenal melalui ciri-ciri warna hitam di ujung sirip.  Panjangnya sekitar 1,5 meter, hidup di laut tropis dan sub tropis seluruh dunia.  Yang paling penting, mereka nyaris punah dan sudah perlu dilindungi.  Hiu ini banyak diburu demi kepentingan ekonomi, yaitu untuk mengambil siripnya.  Menurut kabar, sirip hiu banyak manfaatnya mulai dari dibuat makanan hingga kosmetik.  (Sumber : https://www.dictio.id/t/apa-yang-anda-ketahui-tentang-ikan-hiu-sirip-hitam/64155


Beruntung saya bisa melihat ikan ini langsung di aquarium Central Park.


Mau Menginap? Boleh-boleh saja

Sesuai namanya, Central park Zoo and Resort bisa jadi tempat berakhir pekan bersama keluarga. Disediakan rumah mungil, seperti bungalow, untuk menghabiskan waktu bersama keluarga. Tempat beristirahat yang nyaman dengan pemandangan ke sungai jernih serta kehijauan di lokasi wisata.



Untuk hari biasa, pengelola memasang tarif sewa Rp 500.000,- per malam.  Sedangkan akhir pekan atau hari libur, tarif agak naik sedikit menjadi Rp 600.000,-  per malam. 


Tidak perlu jauh untuk jeda sejenak dari hiruk pikuk kota besar. Central Park Resort menyediakan fasilitas liburan yang lengkap. Boleh bersantai di penginapan, tapi kalau bosen di ruangan  bisa  langsung berenang sepuasnya.  Atau olahraga sambil melihat hewan-hewan di kebun binatang mini.

Anak-anak Puas, Orang Tua Cemas

Di tengah lokasi ada berbagai permainan anak yang tersedia, yaitu sejenis kegiatan outbound. Harganya cukup terjangkau dan beragam,  mulai dari Rp 25.000,- hingga Rp 40.000,- tergantung pilihannya.


Tersedia juga kelas mewarnai untuk anak-anak. Mereka bisa melukis dan menggambar sepuasnya di lapangan terbuka. Disediakan kanvas dan cat warna-warni untuk melatih kreativitas.


Cemilannya juga unik dan beragam.  Ada satu jenis makanan seperti kue-kue kecil, saya lupa namanya, tapi berasap.  Siapa yang memakannya, niscaya dari hidungnya keluar asap. Persis kayak cerita naga bernafas di dongeng-dongeng. Ada-ada saja.


Belum lagi bermacam-macam mainan beraneka rupa dan harga. Bentuknya unik dan lucu-lucu.  Anak-anak yang tak kuat iman, bisa meraung seperti singa kalau orang tua tak mau membelikan untuk mereka.



Peristiwa inilah yang mempengaruhi jadwal kepulangan kami. 


Hari sudah sore ketika kami masih asyik mengobrol. Karena sudah lama tak bertemu, ada saja topik yang dibahas. Hari masih terang dan cerah, tak ada kegiatan lain menunggu.  Akhir pekan bersama jadi ajang diskusi seru.


Tiba-tiba ada seorang teman nyeletuk. "Jam 5 sore sudah bisa pulanglah kita. Kalau nggak, nanti kantongku makin parah."


Kami semua tertawa. Teman saya, seorang papa dengan dua orang anak kecil, hanya bisa meringis sambil menatap kedua buah hatinya. Yang satu asyik mencoba semua permainan. Yang lain ngamuk kalau nggak dipenuhi permintaannya. Kantong papanya pun mulai jebol.


Menjelang pukul 17.00, mulailah kami berkemas untuk pulang.  Selain waktu operasional tempat wisata memang sudah mau tutup, kita juga turut bersimpati dengan teman tadi.  Hmm ...


Kalau saya sendiri, senang sekali bisa jalan-jalan ke sana. Keliling-keliling melihat hewan dan wahana bermain yang seru, tak terasa waktu terus berputar. Akhirnya, nasi dua porsi plus cemilan yang saya lahap tadi, sudah dibakar lunas jadi energi.






Maksimalkan Manfaat Gaming untuk Lansia Bersama ROG Phone 8

    "Wah, Nenek masih mahir ikut gaming."     Kalimat ini akan terucap dari seorang cucu yang menyaksikan Neneknya mahir mengutak-...